Besar kecilnya marjin pemasaran sering digunakan sebagai kriteria untuk menilai apakah pasar tersebut sudah efisien. Namun tinggi-rendahnya marjin
pemasaran tidak selamanya dapat digunakan sebagai ukuran efisiensi kegiatan pemasaran, harus dilihat dari analisis lainnya seperti
Farmer’s share, analisis rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran, dan total biaya pemasaran.
Secara umum suatu sistem pemasaran dikatakan efisiensi, apabila dalam memasarkan suatu komoditas yang sama terdapat penyebaran marjin yang merata
di semua pelaku pemasaran. Dalam kondisi ini diharapkan terjadi suatu keadaan di mana masing-masing pihak memiliki keuntungan, baik pada produsen, pelaku
pemasaran dan konsumen.
3.1.7. Farmer’s Share
Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi pemasaran adalah dengan membandingkan bagian yang diterima petani
farmer’s share terhadap harga yang dibayar konsumen akhir. Bagian yang diterima lembaga pemasaran
dinyatakan dalam bentuk persentase Limbong dan Sitorus, 1987. Kohls dan Uhl 2002 dalam Hapsary 2014 mendefinisikan
farmer’s share sebagai persentase harga yang diterima oleh petani produsen sebagai imbalan dari
kegiatan usahatani yang dilakukannya dalam menghasilkan produk. Dalam analisis efisiensi pemasaran
farmer’s share lebih sering digunakan sebagai alat analisis yang baik.
Saluran pemasaran yang efisien adalah saluran pemasaran yang memiliki nilai
Farmer’s share terbesar di antara saluran pemasaran lainnya. Jika nilai Farmer’s share besar berarti nilai jual komoditas tersebut di tingkat konsumen
tinggi, yang mengakibatkan meningkatnya pendapatan petani produsen.
3.1.8. Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Pemasaran
Tingkat efisiensi pemasaran dapat juga diukur melalui besarnya rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Rasio keuntungan terhadap biaya
pemasaran mendefinisikan besarnya keuntungan yang diterima atas biaya pemasaran yang dikeluarkan. Dengan demikian semakin meratanya penyebaran
rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran, maka dari segi operasional sistem pemasaran semakin efisien Limbong dan Sitorus, 1987.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Pada usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang memerlukan sistem pemasaran yang terjadi pada suatu pasar komoditas ubi jalar, hal ini terbentuk dengan
beberapa lembaga pemasaran yang terlibat. Diantara lembaga pemasaran pada sistem pemasaran tersebut dapat terbentuk adanya perbedaan harga yang cukup
besar di tingkat petani produsen ubi jalar dan harga di tingkat pedagang pengecer, di mana antara petani produsen dan pedagang pengecer terdapat lembaga
pemasaran yang terlibat. Penelitian mengenai pemasaran ubi jalar dilakukan dengan analisis yang
digunakan adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi analisis fungsi-fungsi pemasaran, saluran pemasaran, mulai dari petani
produsen sampai dengan pedagang pengecer. Analisis kuantitatif meliputi analisis marjin pemasaran untuk mengetahui perbedaan harga di tingkat lembaga
pemasaran yang terdiri dari biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran, untuk mengetahui perolehan petani produsen digunakan analisis
farmer’s share dengan membandingkan harga yang dibayarkan konsumen akhir dan dinyatakan dalam
bentuk persentase. Analisis rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran untuk mengetahui merata tidaknya penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya
pemasaran di setiap lembaga pemasaran. Untuk mengetahui efisiensi pemasaran dapat diukur melalui efisiensi
operasional dengan memperhatikan nilai total Marjin pemasaran, farmer’s share,
rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Efisiensi operasional menunjukkan biaya pemasaran minimum yang dapat dicapai dalam pelaksanaan fungsi dasar
pemasaran yaitu pengumpulan, transportasi, penyimpanan, pengolahan, distribusi dan fasilitas.
Dengan melihat hasil dari efisiensi operasional sehingga dapat dilihat saluran pemasaran mana yang efisien dan dapat meningkatkan pendapatan petani
produsen dengan perbedaan harga yang tidak terlalu berbeda dan harga yang terjadi konstan.
Pada saluran pemasaran yang terjadi di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor terdapat perbedaan harga ubi jalar yang cukup tinggi
antara petani produsen dengan konsumen akhir. Hal ini diakibatkan keterlibatan lembaga pemasaran yang terlibat di setiap saluran pemasaran ubi jalar di Desa
Cikarawang. Ubi jalar merupakan komoditas pertanian yang memiliki peluang
pengembangan yang cukup baik mengingat tingginya produksi yang dihasilkan tiap tahunnya. Peluang pengembangan ini juga didukung oleh peningkatan
kesadaran masyarakat akan pemenuhan kebutuhan vitamin dan mineral, maka konsumsi masyarakat terhadap ubi jalar terus meningkat.
Melihat potensi pengembangan yang cukup baik ini, maka harus didukung dengan sistem pemasaran yang efektif dan efisien. Dengan sistem pemasaran yang
efektif dan efisien maka tiap lembaga pemasaran yang ikut dalam upaya memasarkan komoditas ubi jalar dapat menerima keuntungan dari pemasaran
komoditas ubi jalar, khususnya meningkatkan pendapatan petani produsen ubi jalar.
Seperti yang telah ditunjukkan pada Gambar 2, sistem pemasaran yang terbentuk pada suatu pasar, terbentuk karena adanya keterlibatan beberapa
lembaga pemasaran. Diantara lembaga pemasaran pada sistem pemasaran tersebut, terbentuk perbedaan harga yang terjadi di antara tingkat petani produsen sampai
ke konsumen akhir dan harga akan terbentuk berbeda di setiap lembaga pemasaran yang terlibat, di mana antara petani produsen sampai dengan konsumen akhir
terdapat biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan berbeda jumlahnya antara lembaga pemasaran yang terlibat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor.
Desa Cikarawang, yang terdapat di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah penghasil ubi jalar di Jawa Barat dan merupakan
sentral penghasil ubi jalar. Pemasaran ubi jalar yang terjadi di wilayah ini melibatkan lembaga-lembaga pemasaran seperti petani produsen, Poktan Hurip,
pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer di mana lembaga-lembaga pemasaran tersebut masing-masing menjalankan fungsi-fungsi pemasaran yang
berbeda-beda dan mengeluarkan biaya pemasaran yang berbeda-beda serta menginginkan keuntungan atas fungsi yang dijalankannya.
Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional. Usahatani Ubi Jalar di Desa Cikarawang Cikarawang
Rendahnya posisi tawar petani dan perbedaan harga yang tinggi antara petani produsen dan konsumen
Analisis Kualitatif 1.
Saluran pemasaran
dan lembaga
pemasaran 2.
Fungsi-fungsi
Analisis Kuantitatif 1.
Marjin pemasaran 2.
Farmer’s share 3.
Rasio keuntungan dan biaya
Efisiensi pemasaran
Efisiensi operasional
1. Marjin pemasaran
2. Farmer’s share
3. Rasio keuntungan dan biaya
Saluran pemasaran ubi jalar yang efisien bagi petani produsen