Aksesbilitas LAPOR Variabel Proses Penanganan Pengaduan

104 Universitas Indonesia administrator internal LAPOR hanya satu orang dan empat orang pemagang mahasiswa. Hal ini tentu tidak memadai untuk memverifikasi ratusan laporan yang masuk setiap harinya. Untuk itu jumlah administrator internal LAPOR ke depan harus diperbanyak, baik itu dari UKP4 atau dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Kemenpan-RB. Kemenpan-RB dipandang tepat untuk turut serta mengelola LAPOR, karena Kemenpan-RB diamanahkan untuk menyusun roadmap sistem pengelolaan pengaduan nasional sesuai Perpres 762013. Kerjasama antar kedua lembaga ini ditandai dengan penyampaian komitmen Kemenpan-RB untuk mengelola LAPOR bersama-sama dengan UKP4 www.jpnn.com, 19 Desember 2014. Dengan demikian nantinya jumlah administrator internal LAPOR dapat semakin banyak, agar proses verifikasi laporan sesuai waktu yang telah ditetapkan.

4.4.4 Objektivitas LAPOR

Dalam variabel proses penanganan pengaduan, objektivitas menjadi salah satu dimensi variabel tersebut. Pertanyaan yang diajukan untuk mengukur objektivitas dapat dibagi berdasarkan tiga hal, yakni substantif, prosedural, dan perlakuan adil. Seperti misalnya isi aduan tidak dikurangi atau tidak ditambahkan selama proses verifikasi, hal ini penting untuk mengukur objektivitas dari administrator dalam memverifikasi laporan. Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden, yakni sebesar 70,2 setuju bahwa penanganan pengaduan melalui LAPOR dilakukan secara objektif. Sedangkan sisanya 29,8 menganggap penanganan pengaduan melalui LAPOR belum dilakukan secara objektif. Dengan kata lain, jumlah responden yang menganggap LAPOR sudah objektif lebih besar daripada yang menganggap LAPOR belum objektif, perbedaan di antara keduanya cukup jauh. Berikut ini diagram 4.5 objektivitas LAPOR: 105 Universitas Indonesia Diagram 4.5 Objektivitas LAPOR Penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda dengan penelitian Sadat 2014, dalam penelitiannya terdapat responden yang mengatakan isi laporan yang sudah didisposisikan berbeda dengan laporan mereka kirimkan sebelumnya. Pernyataan seperti ini ada karena selama proses verifikasi administrator melakukan revisi terhadap laporan pelapor, revisi yang dilakukan bertujuan untuk membuat pesan menjadi lebih jelas, karena terdapat laporan yang secara substansi tidak jelas dan menggunakan bahasa lokal Sadat, 2014. Perbedaan hasil penelitian ini mengindikasikan telah ada perubahan dalam proses verifikasi laporan, dengan kata lain pengelola LAPOR telah melakukan evaluasi dan perbaikan berdasarkan masukan dari pelapor. Bahkan jika dibandingkan dengan dimensi lainnya, dimensi objektivitas LAPOR persentasenya lebih tinggi. Hal ini merupakan sesuatu yang positif bagi LAPOR, karena dapat menandakan pengelolaan pengaduan melalui LAPOR sudah dilakukan secara objektif.

4.4.5 Kerahasiaan LAPOR

Dimensi berikutnya pada variabel proses penanganan pengaduan adalah kerahasiaan. Dimensi ini melihat kerahasiaan dan keamanan data laporan yang disampaikan pelapor, beserta identitas pelapor tersebut. Jaminan kerahasiaan dan keamanan menjadi penting untuk memastikan keselamatan pelapor dari berbagai upaya yang dapat membahayakannya seperti tindakan kriminalisasi atau diskriminasi oleh pihak tertentu. Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat 50,4 responden setuju bahwa kerahasiaan pelapor terjamin, sedangkan sisanya 49,6 menganggap menyampaikan pengaduan melalui LAPOR belum dapat menjamin kerahasiaan. 29,8 70,2 Rendah Tinggi 106 Universitas Indonesia Dari data tersebut dapat dimaknai bahwa masih terdapat responden yang merasa LAPOR belum dapat menjamin kerahasiaan data laporan atau identitas pelapor. Diagram 4.6 Kerahasiaan LAPOR Kekhawatiran responden mengenai keselamatan dirinya cukup beralasan. Mengacu pada hasil penelitian Pusat Telaah dan Informasi Regional PATTIRO tahun 2005 terdapat sebagian orang yang takut untuk mengadu terutama pada kalangan keluarga miskin, ketakutan muncul disebabkan faktor hambatan budaya dan ketiadaan jaminan bahwa pengadu tidak mendapat resiko apapun dari pengaduannya Cendikia, Wibowo, Sudarno, Rostanti, 2007. Dalam menggunakan LAPOR, pelapor mempunyai kuasa untuk menentukan laporan dan atau identitasnya dapat dirahasiakan melalui fitur rahasia atau anonim. Seandainya pelapor tidak menggunakan fitur tersebut, ketika proses verifikasi admin juga dapat menentukan laporan tersebut dirahasiakan atau dianonimkan berdasarkan isi laporan. Jika laporan tersebut terdapat informasi rahasia atau menyebut identitas orang lain yang dapat menimbulkan fitnah, maka laporan tersebut akan dirahasiakan. Laporan yang sudah dikategorikan rahasia, maka tidak dapat dilihat oleh masyarakat luas. Sedangkan laporan anonim, laporannya dapat dilihat masyarakat luas tapi identitas pelapor dianonimkan. Berdasarkan penjelasan ini, maka dapat diasumsikan mengadu menggunakan LAPOR dijamin kerahasiannya baik data atau identitas pelapor. Namun, permasalahan terkait kerahasiaan pernah dialami oleh beberapa pelapor. Terdapat dua kasus yang sampai ke ranah hukum, dibawa ke kepolisian. Hal ini terjadi karena kelalaian administrator LAPOR yang lupa mengubah kategori laporan tersebut menjadi anonim dan rahasia. Administrator LAPOR ini bukan berasal dari admin induk, melainkan dari administrator yang terhubung 49,6 50,4 Rendah Tinggi