Pengoperasian ruang kendali-operasi situation room Presiden di Karakteristik Responden

82 Universitas Indonesia Gorontalo, dan Pemerintah Kabupaten Gorontalo. LAPOR dapat menghubungkan seluruh unit kerja yang berada di suatu instansi pemerintah, seperti Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Kota Bandung yang menghubungkan seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD. Gambar 4.4 Keterpaduan LAPOR Sumber: Laporan Tahunan LAPOR 2014 Dari segi ketuntasan laporan, LAPOR memfasilitasi seluruh pihak untuk turut serta mengawal ketuntasan laporan. Setiap pengaduan yang telah diverifikasi oleh Administrator LAPOR dapat dilihat dan ditambahkan tindak lanjut oleh pelapor danatau instansi terlapor melalui situs http:lapor.ukp.go.id. Selain itu masyarakat umum dapat memberikan komentar dan dukungan atas laporan melalui fitur yang telah disediakan. LAPOR juga menyediakan fitur anonim dan laporan rahasia untuk laporan yang mengandung informasi sensitif agar tetap terjaga kerahasiaan identitas pelapor dan isi laporannya. Dalam Laporan Tahunan LAPOR 2014 diterangkan mengenai visi, misi, dan nilai LAPOR mempunyai visi menjadi sarana pengelolaan aspirasi dan penyelesaian pengaduan publik secara terpadu bagi seluruh Kementerian, Lembaga Pemerintah Non-Kementerian, dan Pemerintah Daerah. Hal ini sejalan dengan amanat Perpres 762013 tentang Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik yang mengamanatkan pembentukan sistem pengelolaan pengaduan pelayanan publik nasional. Sedangkan misi LAPOR mewujudkan pengelolaan aspirasi dan penyelesaian pengaduan publik secara terpadu untuk mendorong pembangunan 83 Universitas Indonesia yang inklusif melalui partisipasi masyarakat, Kementerian, Lembaga Pemerintah Non-Kementerian, dan Pemerintah Daerah. Tiga nilai strategis LAPOR yakni mudah, terpadu, dan tuntas. Mudah berarti selalu memberikan kemudahan bagi pemangku kepentingan dalam menyampaikan aspirasi, pengaduan, dan penyelesaian pengaduan pelayanan publik. Terpadu artinya menghubungkan Kementerian, Lembaga Pemerintah Non-Kementerian, Pemerintah Daerah, beserta jajarannya dalam alur koordinasi yang efisien. Tuntas diartikan mendorong setiap pengaduan diselesaikan secara terukur.

4.2.2 Komposisi Pengelola dan Alur Kerja LAPOR

Pengelola LAPOR terdiri atas pengelola induk, pengelola, dan pengawas. Mereka mempunyai tiga peran dan fungsi yang berbeda dalam operasionalisasi LAPOR sebagaimana dijelaskan di bawah ini: 1. Pengelola Induk menjalankan peran dan fungsi manajerial, pengembangan dan asistensi sistem; verifikasi laporan; quality control atas penuntasan laporan oleh seluruh instansi pemerintah yang terhubung; dan sosialisasi kepada masyarakat maupun pemerintah. Hal ini dijalankan oleh UKP-PPP dengan komposisi yang terdiri atas Kepala UKP4, Deputi III UKP4, Manajer Program, Lemsaneg Crypto Task Force, Spesialis Komunikasi, Spesialis Administrasi, dan Spesialis Development dan Programming. Untuk lebih jelasnya mengenai koordinasi dan komando pada pengelola induk dapat dilihat pada gambar 4.5; 2. Pengelola menjalankan peran dan fungsi verifikasi laporan khusus untuk instansi dengan model keterhubungan integrasi penuh, penuntasan laporan, analisis pengaduan yang diterima, sosialisasi kepada masyarakat maupun internal, dan laporan kepada pimpinan KementerianLembagaPemda KLD. Dijalankan oleh penghubungoperator yang ditunjuk oleh masing-masing KLD. Model keterhubungan sendiri ada tiga, yaitu: sentral, semi integrasi, dan integrasi penuh. Perbedaan antara ketiga model ini terletak pada verifikasi laporan dan penerusan laporan ke unit kerja terkait. Pada model sentral verifikasi masih dilakukan oleh pengelola induk, pejabat penghubung berfokus pada 84 Universitas Indonesia penuntasan laporan, pada model ini koordinasi pejabat penghubung dengan unit kerja yang berwenang dilakukan di internalnya sendiri. Mayoritas KL terhubung dengan model ini. Berikutnya pada model semi integrasi verifikasi dan penuntasan laporan masih sama seperti model sentral, perbedaannya laporan masyarakat dapat diteruskan ke unit kerja yang berwenang di KL tersebut melalui sistem LAPOR. Terdapat sejumlah KL yang terhubung dengan model semi integrasi seperti Kepolisian RI dan Kementerian BUMN. Pada model yang ketiga yakni integrasi penuh, verifikasi, penerusan, dan penuntasan laporan ditangani langsung oleh masing-masing KLD. Seluruh Pemerintah Daerah yang terhubung, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Hukum dan HAM sudah menerapkan model ini; 3. Pengawas menjalankan peran dan fungsi untuk memastikan ketuntasan laporan dan menindaklanjuti laporan yang berkadar pengawasan. Dijalankan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah APIP di KLD atau unit kerja dengan kewenangan yang sama dan bekerjasama dengan Ombudsman Republik Indonesia Laporan Tahunan LAPOR, 2014. Gambar 4.5 Komposisi Pengelola Induk Sumber: Laporan Tahunan LAPOR 2014 Selanjutnya mengenai alur kerja penanganan pengaduan masyarakat melalui LAPOR. Alur kerja ini terdiri atas beberapa bagian, mulai dari penerimaan, verifikasi, disposisi, tindak lanjut, dan penyelesaian laporan. Berikut ini penjelasan alur kerja LAPOR: 85 Universitas Indonesia Gambar 4.6 Alur Kerja LAPOR Sumber: Laporan Tahunan LAPOR 2014 1. Pengelola induk atau KLD model integrasi penuh menerima laporan, pelapor dapat menyampaikan laporannya melalui SMS, website, dan aplikasi android. Laporan yang ditindaklanjuti atau approve adalah laporan yang mempunyai informasi lengkap dan instansi terlapor sudah terhubung dengan LAPOR; 2. Laporan diverifikasi paling lambat 3 hari kerja sejak laporan diterima oleh pengelola induk atau KLD model integrasi penuh. Verifikasi yang dimaksud adalah memeriksa relevansi dan kelengkapan informasi, serta mengontak pelapor untuk melengkapi laporan yang belum lengkap; 3. Laporan yang sudah lengkap lalu didisposisikan danatau disalinkan kepada instansi pemerintah berwenang oleh pengelola induk atau ke unit kerja terkait oleh KLD model integrasi penuh dan semi integrasi. Maksud dari laporan disalinkan adalah ditujukan ke beberapa instansi atau unit kerja, karena substansi laporan berkaitan dengan lebih dari satu instansi atau unit kerja. Seperti misalnya pengelolaan air bersih di pulau terpencil, hal ini bisa menjadi kewenangan Kementerian Kelautan dan 86 Universitas Indonesia Perikanan, Kementerian Daerah Tertinggal, dan Pemerintah Daerah setempat; 4. Instansi pemerintah terdisposisi danatau tersalinkan memberikan jawaban atas tindak lanjut yang sudah dilakukan danatau yang akan dilakukan paling lambat 5 hari kerja setelah laporan diterima; 5. Laporan akan tertutup secara otomatis dalam waktu 10 hari kerja setelah instansi terkait memberikan jawaban berupa informasi hasil tindak lanjut, kecuali jika pelapor menyanggah atau ketika pengelola induk menahan hold laporan jika tindak lanjut yang diberikan instansi pemerintah terkait belum menuntaskan permasalahan yang dilaporkan; 6. Laporan dan ketuntasannya terekapitulasi secara otomatis dalam statistik yang dapat dilihat maupun diunduh oleh masing-masing instansi pemerintah terhubung. Pelapor dan masyarakat umum juga dapat melihat statistik ketuntasan laporan oleh KLD di situs http:lapor.ukp.go.id; 7. Laporan yang berhubungan dengan program prioritas nasional sebagaimana yang telah dijabarkan di atas disalinkan ke Penanggung Jawab Prioritas Nasional terkait di UKP4; 8. Laporan yang berhubungan dengan pelayanan publik disalinkan ke Ombudsman RI Laporan Tahunan LAPOR, 2014.

4.2.3 Perkembangan LAPOR

LAPOR pertama kali diluncurkan pada tahun 2011, sampai dengan Juni 2014 LAPOR telah mengalami tiga fase pengembangan yang dilaksanakan sesuai dengan prinsip mudah, terpadu, dan tuntas. Pengembangan sistem LAPOR dilakukan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan pemerintah dalam pemanfaatan LAPOR. Pada fase 1.0 LAPOR hanya menerima laporan terkait dengan program prioritas nasional yang diamanatkan kepada UKP4. Pada tahun 2012 fungsi LAPOR diperluas melalui pembaruan sistem versi 2.0, pada fase ini seluruh aspirasi dan pengaduan terkait program pemerintah termasuk pelayanan publik dapat dilaporkan melalui LAPOR. Pengelola induk juga telah merampungkan rancangan versi 3.0 untuk memperbarui sistem LAPOR dengan mengadopsi fitur-fitur media sosial terkini, hal ini bertujuan untuk meningkatkan interaksi antar pengguna dalam mengawal ketuntasan setiap laporan. 87 Universitas Indonesia Sebagai kanal pengaduan berbasiskan online dan mobile yang tergolong baru, LAPOR telah mengukir sejumlah prestasi. LAPOR berhasil meraih tiga besar nominasi Government Web Award dalam Bubu Awards v.08 pada bulan Juni 2013 dan pada bulan Oktober 2013 LAPOR dipresentasikan di Open Government Partnership Summit 2013 di London, Inggris sebagai salah satu dari tujuh best practice pemerintahan terbuka di dunia. Sampai dengan 16 April 2015 terdapat 291.779 pengguna LAPOR dengan laporan yang diterima setiap harinya berjumlah 821 laporan, total laporan keseluruhan yang diterima 624.444 laporan, dan 69.767 laporan telah didisposisikan. Peningkatan jumlah pengaduan dan pelapor secara signifikan terjadi pada bulan Juni 2013, karena pada saat itu Kementerian Komunikasi dan Informasi mengirimkan SMS ke 245 juta nomor HP berisikan informasi untuk mengadukan permasalahan yang timbul dari kenaikan harga BBM ke nomor 1708, yang merupakan nomor LAPOR Introduksi dan Pemanfaatan LAPOR, 2015. Saat ini LAPOR dikelola dibawah koordinasi Kantor Staf Presiden yang dibentuk melalui Perpres 262015.

4.3 Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini, peneliti melihat karakteristik responden berdasarkan enam kategori, yakni: jenis kelamin, usia, domisili, pendidikan terakhir, pendapatan atau keuntungan per bulan, dan pekerjaan saat ini. Untuk kategori pendapatan atau keuntungan per bulan dan pekerjaan saat ini, peneliti mengacu kepada penelitian Pattinasarany 2012, karena kategorisasi kelas sosial yang digunakan sesuai dengan karakteristik pengguna LAPOR pada penelitian sebelumnya dari Sadat 2014 dan Sitoresmi 2013, yang menunjukkan sebagian besar pengguna LAPOR berasal dari daerah perkotaan di pulau Jawa. Ringkasan dari karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Karakteristik Responden Karakteristik Responden Frekuensi Persentase Jenis Laki – laki 100 82.6 88 Universitas Indonesia Kelamin Perempuan 21 17.4 Usia 15 – 24 tahun 20 16.5 25 – 44 tahun 84 69.4 45 – 64 tahun 14 11.6 Lebih dari 64 tahun 3 2.5 Domisili Aceh 1 0.8 Sumatera Utara 7 5.8 Riau 1 0.8 Sumatera Selatan 3 2.5 Lampung 1 0.8 Kepulauan Bangka Belitung 1 0.8 Banten 7 5.8 DKI Jakarta 34 28.1 Jawa Barat 30 24.8 Jawa Tengah 13 10.7 DI Yogyakarta 4 3.3 Jawa Timur 8 6.6 Bali 2 1.7 Nusa Tenggara Barat 1 0.8 Kalimantan Barat 1 0.8 Kalimantan Tengah 2 1.7 Kalimantan Selatan 3 2.5 Kalimantan Timur 1 0.8 Luar Negeri 1 0.8 Pendidikan Terakhir Tidak Tamat SD 1 0.8 Tamat SD Sederajat 3 2.5 Tamat SMP Sederajat 2 1.7 Tamat SMA Sederajat 28 23.1 Tamat Diploma 11 9.1 Tamat Sarjana S1 64 52.9 Tamat Pasca Sarjana S2 dan S3 12 9.9 89 Universitas Indonesia Pendapatan atau Keuntungan per Bulan Kurang dari Rp600.000,- 14 11.6 Antara Rp600.001,- sampai Rp900.000,- 5 4.1 Antara Rp900.001,- sampai Rp1.500.000,- 4 3.3 Antara Rp1.500.001,- sampai Rp3.000.000,- 29 24 Antara Rp3.000.001,- sampai Rp6.000.000,- 37 30.6 Lebih dari Rp6.000.000,- 32 26.4 Tabel 4.1 Sambungan Karakteristik Responden Pekerjaan saat ini Profesional dokter, arsitek, pengacara, akuntan, penari profesional, manajer tingkat tinggi posisi direktur, dan pemilik usaha 19 15.57 Manajer tingkat rendah supervisor, perencana, finance controller, staf akuntansi, pegawai negeri dengan posisi manajemen pengawas, penasihat walikota, perencana, dan pemilik usaha 30 24.8 Pekerja non-manual tingkat tinggi tata usaha, teller bank, customer service, pegawai negeri dengan posisi non- manajemen penyuluh, humas, administrasi, pengaduan, perijinan, guru, dosen, peneliti, apoteker, perawat, dan pemilik usaha 26 21.5 Pekerja non manual tingkat rendah kasir, SPG, pekerja terampil pengrajin, juru masak, baker, penjahit, penata rambut, 5 4.1 90 Universitas Indonesia mekanik, dan pemilik usaha Teknisi, operator mesin, komputer, petugas keamanan, sopir pribadi sopir perusahaan, asisten bidan, dan pemilik usaha 8 6.6 Pekerja tidak terampil dan semi terampil penjaga toko, pelayan toko, pelayan warung restoran, pekerja sektor angkutan sopir bis angkot, kondektur, tukang becak, kernet, Pekerja bebas jasa perseorangan asisten rumah tangga, penjaga sekolah, petani pemilik skala kecil gurem, pedagang keliling, buruh pabrik, bangunan, tani, tambang, dan pemilik usaha 9 7.4 Tidak Bekerja Ibu Rumah Tangga, Pelajar, Mahasiswa, Pengangguran 24 19.8 Seberapa sering menggunakan LAPOR? Jarang 1 – 2 laporan 83 68.6 Sering 3 – 5 laporan 30 24.8 Sangat Sering Lebih dari 5 laporan 8 6.6 Kanal Media yang digunakan untuk mengakses LAPOR? SMS ke 1708 10 8.3 Situs lapor.ukp.go.id 98 81 Aplikasi mobile android atau blackberry 13 10.7 Topik atau Kategori yang diadukan oleh Kesehatan 49 34.8 Infrastruktur 7 5 Pendidikan 13 9.2 Reformasi Birokrasi 32 22.7 Politik Hukum dan Keamanan 13 9.2 91 Universitas Indonesia Responden Pengentasan Kemiskinan 4 2.8 Teknologi Informasi dan Komunikasi 6 4.3 Energi dan SDA 4 2.8 Perekonomian 4 2.8 Kesejahteraan Rakyat 5 3.5 Lingkungan Hidup 3 2.1 Perdagangan 1 0.7 Seperti yang terlihat pada tabel di atas, berdasarkan jenis kelamin mayoritas pengguna LAPOR merupakan laki-laki dengan persentase 82.6 dan perempuan 17.4. Data ini tidak banyak mengalami perubahan jika mengacu pada penelitian sebelumnya, dalam penelitian Sadat 2014 laki-laki persentasenya 82.6 dan perempuan 17.4, sedangkan dalam penelitian Sitoresmi 2013 persentase laki-laki 80 dan perempuan 20. Pada gambar 4.7 di bawah ini, terlihat bahwa dalam formulir registrasi yang terdapat pada web LAPOR tidak terdapat permintaan untuk memilih jenis kelamin. Hal ini membuat pengguna tidak perlu memberitahukan jenis kelaminnya di awal pendaftaran pada pengelola LAPOR. Begitu juga dengan pengaduan melalui SMS ke nomor 1708, pengguna tidak perlu memberitahukan jenis kelamin terdahulu. Cukup dengan mengirimkan SMS pengaduan, maka nomor tersebut sudah terdaftar menjadi pengguna LAPOR Dari sisi usia, mayoritas responden 69.4 berusia 25 sampai 44 tahun, di urutan kedua yakni usia 15 sampai 24 tahun 16.5, usia 45 sampai 64 tahun 11.6 di urutan ketiga, dan urutan keempat adalah responden yang berusia lebih dari 64 tahun 2.5. Hal ini sejalan dengan temuan APJII dan Puskakom UI 2015 yang menunjukkan bahwa 97.4 persen pengguna internet di Indonesia berusia 18 – 45 tahun. Sama halnya dengan jenis kelamin, tim LAPOR tidak memiliki data pasti mengenai usia penggunanya. Kecuali pelapor tersebut masuk ke web LAPOR dan melakukan editing pada bagian “profil saya”. Dari sisi domisili tempat tinggal, mayoritas responden tinggal di pulau Jawa dengan proporsi sebesar 79.3, pulau Sumatera 11.6, pulau Kalimantan 5.8, pulau Bali dan Nusa Tenggara Barat 2.5, dan tinggal di luar Indonesia 0.8. Tingginya responden yang berasal dari pulau Jawa, terutama dari Provinsi 92 Universitas Indonesia DKI Jakarta dan Jawa Barat tidak lepas dari keterhubungan LAPOR dengan pemerintah daerah setempat, yakni pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pemerintah Kota Bandung. Gambar 4.7 Formulir Registrasi pada Web LAPOR Sumber: www.ukp.go.id Keterhubungan ini membuat warga di daerah tersebut dapat melaporkan permasalahan terkait pelayanan publik dan pembangunan kepada pemerintah daerahnya melalui LAPOR. Sehingga hal ini dapat berdampak pada partisipasi warga di daerah-daerah tersebut dalam menggunakan LAPOR, warga yang daerahnya sudah terhubung dengan LAPOR tingkat partisipasi lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya yang belum terhubung dengan LAPOR. Untuk data domisili lokasi penggunanya, tim LAPOR mengetahuinya berdasarkan laporan yang diberikan dan fitur geo-tagging jika pelapor mengakses LAPOR melalui situs web. Data ini digunakan tim LAPOR untuk melihat persebaran dan substansi laporan di seluruh Indonesia untuk kemudian dianalisa lebih lanjut mengenai permasalahan apa saja yang terjadi di daerah-daerah. Berdasarkan riwayat pendidikan terakhir yang dicapai oleh responden, mayoritas responden berstatus tamat sarjana S1 dengan persentse 52.9, tamat SMA Sederajat 23.1, tamat pasca sarjana S2 dan S3 9.9, tamat diploma 9.1, tamat SD Sederajat 2.5, tamat SMP Sederajat 1.7, dan tidak tamat 93 Universitas Indonesia SD 0.8. Dari data ini terlihat mayoritas responden berpendidikan tinggi, hal ini ditandai dengan banyaknya responden yang tamat sarjana. Dari sisi pendapatan, mayoritas responden berpendapatan atau mempunyai keuntungan per bulan dengan nilai antara 3 juta sampai 6 juta rupiah 30.6, lalu lebih dari 6 juta rupiah per bulan dengan persentase 26.4, dan di urutan ketiga antara 1.5 juta sampai 3 juta rupiah per bulan sebesar 24 dari total 121 responden. Mengacu kepada penelitian Pattinasarany 2012, maka mayoritas responden dalam penelitian ini berasal dari kelas sosial atas bawah di urutan pertama, atas atas di urutan kedua, dan menengah atas pada urutan ketiga. Dilihat dari sisi pekerjaan, mayoritas responden berdasarkan kategori kelas sosial oleh Pattinasarany 2012, mayoritas responden berasal dari kelas sosial atas bawah dengan persentase 24.8, berikutnya kelas sosial menengah atas 21.5, dan 15.57 dari kelas sosial atas atas. Peneliti juga membuka kategori baru yakni tidak bekerja, mengacu ke penelitian Sadat 2014, terdapat pengguna LAPOR yang berstatus pelajar mahasiswa. Dalam penelitian ini terdapat 19.8 responden yang berstatus tidak bekerja, kategori tidak bekerja artinya responden tersebut merupakan ibu rumah tangga, pelajar, mahasiswa, sudah pensiun, atau pengangguran. Temuan menarik lainnya terkait frekuensi dalam menggunakan LAPOR, ternyata mayoritas responden jarang menggunakan LAPOR dengan persentase 68.6, sering 24.8, dan sangat sering 6.6. Data ini dapat dimaknai bahwa mayoritas responden hanya melapor satu sampai dua pengaduan saja melalui LAPOR, tidak banyak responden yang menyampaikan laporan di atas lima kali. Selain itu, dapat diketahui bahwa mayoritas responden ternyata mengakses LAPOR melalui situs web dengan proporsi 81, disusul oleh pengguna aplikasi mobile 10.7, dan terakhir melalui SMS ke 1708 8.3. Peneliti juga melakukan penelusuran pada sistem LAPOR untuk melihat topik atau kategori yang sering diadukan oleh responden. Berdasarkan data yang ditemukan, terlihat bahwa topik atau kategori yang paling banyak diadukan oleh responden penelitian ini adalah kesehatan dengan proporsi 34.8, berikutnya reformasi birokrasi 22.7, pendidikan dan politik hukum dan keamanan 9.2. Sedangkan topik atau kategori yang paling sedikit diadukan oleh responden 94 Universitas Indonesia adalah perdagangan 0.7, lingkungan hidup 2.1, perekonomian 2.8, energi dan SDA 2.8, dan pengentasan kemiskinan 2.8. Gambar 4.8 Infografis Pengguna LAPOR

4.4 Variabel Proses Penanganan Pengaduan

Dalam penelitian ini, proses penanganan pengaduan menjadi variabel independen yang memengaruhi kepuasan masyarakat pada sistem penanganan pengaduan masyarakat LAPOR sebagai variabel dependen. Proses penanganan pengaduan dilihat dari enam dimensi, yakni: visibilitas, aksesbilitas, responsivitas, objektivitas, kerahasiaan, dan akuntabilitas. Terdapat dua kategori berdasarkan proses penanganan pengaduan, yakni rendah dan tinggi. Berdasarkan pandangan responden dalam survei penelitian ini mengenai proses penanganan pengaduan, ditemukan bahwa proses penanganan pengaduan dengan kategori tinggi 51.2 mempunyai persentase lebih besar dibandingkan kategori rendah 48.8. Hal ini menggambarkan proses penanganan pengaduan LAPOR sudah baik, namun perbedaan antara kategori tinggi dan rendah tidak terlalu jauh. Perbedaan yang tidak terlalu jauh ini salah satunya disebabkan instansi yang 95 Universitas Indonesia dilaporkan tidak menindaklanjuti laporan. Hal ini diperkuat dengan kutipan pernyataan yang disampaikan oleh salah satu responden pada pertanyaan terbuka dalam kuesioner. “Sering terlapor tidak menindaklanjuti laporan, bahkan tidak ada tanggapan. Apalagi saat ini dimana UKP4 telah dibubarkan. Keberadaan LAPOR menjadi tidak ditakuti oleh terlapor ”, ungkap responden S. Diagram 4.1 Proses Penanganan Pengaduan Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa instansi terlapor tidak menanggapi aduan dari pelapor. Dilihat dari konteks laporan yang dibuat pelapor pada periode Oktober – Desember 2014, maka dapat diketahui gambaran kondisi pada saat itu sesuai pernyataan pelapor. Pada saat itu UKP4 memang belum dibubarkan, namun tidak ada status kejelasan akan dipertahankan atau dibubarkan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo Tribunnews.com, 12 November 2014. Pasca 20 Oktober 2014, posisi UKP4 berada di bawah koordinasi Sekretaris Kabinet, dalam hal ini yakni Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto, karena posisi Kepala UKP4 Kuntoro Mangkusubroto telah selesai seiring dilantiknya Presiden Joko Widodo. Kondisi tersebut memengaruhi koordinasi tim LAPOR dengan instansi lainnya yaitu Kementerian dan Lembaga. Hal ini membawa dampak pada proses penanganan pengaduan, tercermin dari tidak adanya jawaban atau tanggapan dari instansi terlapor atas laporan yang masuk melalui LAPOR setelah bergantinya pemerintahan. Hal ini diakui oleh Manajer Program LAPOR, yang dalam wawancara mendalam mengatakan surat yang dikirim tidak mendapat tanggapan dari instansi 48,8 51,2 Rendah Tinggi 96 Universitas Indonesia terlapor. Pengelola LAPOR selalu mengirim surat resmi kepada instansi terlapor, jika instansi tersebut tidak menindaklanjuti pengaduan, dengan catatan notifikasi yang diberikan melalui situs LAPOR diabaikan. Berikut ini kutipan wawancaranya: “Oktober November sampe Desember itu masih sih beberapa yang dikirim Mengirim surat ke instansi yang tidak menjawab pengaduan, tapi pas udah Januari – Februari – Maret….. Nggak, ga ada……… ga ada yang keluar Tidak mengirim surat lagi pada bulan Januari – Maret 2015. Nggak kali, mereka paling ngiranya udah…udah bubar Surat tidak dibalas oleh instansi terlapor karena mengira UKP4 sudah bubar. Iya, dari Oktober, 20 Oktober ilang dia Salah satu instansi tidak menjalin koordinasi dengan LAPOR setelah 20 Oktober 2014. Maka itu, mungkin dia ngira udah bubar kali Performa instansi tersebut selama ini bagus, tapi setelah 20 Oktober menghilang dari LAPOR. Ya bisa jadi kurang tau, bisa jadi sok ga tau gitu Perihal ketidaktahuaan instansi tersebut mengenai keberadaan UKP4 yang masih ada.” Wawancara dengan Informan G, Manajer Program LAPOR, 17 April 2015. Hasil wawancara mendalam ini secara tidak langsung menunjukkan pergantian pemerintahan membawa dampak pada proses penanganan pengaduan LAPOR. Instansi terlapor bukan hanya tidak menjawab pengaduan yang masuk melalui LAPOR, tapi juga mengabaikan surat resmi dari tim LAPOR, karena mengira UKP4 sebagai lembaga yang menjadi induk dari LAPOR sudah bubar. Hal ini juga disadari oleh pelapor yang dalam pernyataannya melihat keberadaan LAPOR kini tidak lagi disegani oleh instansi terlapor karena UKP4 dibubarkan. Selain mengira UKP4 sudah bubar, hal lain yang terjadi berkaitan dengan bergantinya pemerintahan adalah perubahan kewenangan suatu kementerian. Seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang kini hanya mengurus pendidikan dasar dan menengah saja. Pendidikan tinggi kini menjadi kewenangan Kementerian Riset dan Teknologi. Akibatnya pengaduan yang mengenai persoalan pendidikan tinggi, tidak dapat dijawab oleh pihak yang mengurus pendidikan tinggi karena masih mengalami proses transisi. Informasi ini peneliti peroleh ketika melakukan wawancara dengan informan M yang merupakan Participation Analyst LAPOR. “Terus juga DIKTI, nah kalo DIKTI ini lagi ada permasalahan struktural. Kan dia di lepasin dari Kemendikbud jadi Kementerian sendiri, nah proses transisinya itu belum lancar di sana ”, ungkap informan M. Kondisi seperti ini sebenarnya secara tidak langsung merugikan masyarakat sebagai pelapor, pengaduan yang mencerminkan aspirasi mereka 97 Universitas Indonesia sebagai warga negara tidak mendapat tanggapan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat dilihat pada laporan dengan tracking id 1253448, dalam laporannya pelapor menyampaikan kegelisahannya mengenai beasiswa Dikti Luar Negeri yang tidak kunjung cair, akibatnya pelapor beserta ribuan penerima beasiswa lainnya terlambat membayar segala keperluan selama menjalani perkuliahan di luar negeri. Sampai saat ini laporan tersebut tidak dijawab oleh pihak Dikti dikarenakan masih dalam proses transisi, padahal tanggapan instansi sangat ditunggu oleh pelapor untuk memberi kepastian mengenai turunnya dana beasiswa. Terlepas dari dampak yang disebabkan oleh bergantinya pemerintahan di tahun 2014, hal lain yang memengaruhi proses penanganan pengaduan juga dapat dilihat dari berbagai dimensinya. Keenam dimensi diukur berdasarkan pertanyaan yang pada umumnya dikontekstualisasi sesuai dengan penggunaan LAPOR. Keenam dimensi tersebut akan dijelaskan di bawah ini satu per satu disertai dengan grafik sebagai penjelas.

4.4.1 Visibilitas LAPOR

Visibilitas LAPOR merupakan salah satu dimensi dalam variabel proses penanganan pengaduan. Pertanyaan yang diajukan dalam dimensi ini melihat kemudahan pengguna LAPOR dalam melihat, mendapatkan, dan memahami informasi mengenai petunjuk untuk membuat pengaduan, syarat dan ketentuan untuk membuat pengaduan, alur kerja, dan fitur LAPOR. Chen, Huang, Hsaio 2003 menyampaikan bahwa prosedur pengaduan harus dipublikasikan dan memastikan setiap orang dapat menggunakan prosedur tersebut. Itulah mengapa dimensi visibilitas penting untuk diukur. Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, ditemukan bahwa visibilitas LAPOR dengan kategori tinggi persentasenya lebih besar daripada kategori rendah. Kategori tinggi memperoleh 50,4, sedangkan kategori rendah memperoleh 49,6. Angka tersebut menggambarkan dari segi visibilitas LAPOR dipandang oleh mayoritas responden sudah baik. Namun sebagian besar responden lainnya memandang visibilitas LAPOR belum baik, hal ini terlihat dari perbedaan persentase yang tidak terlalu jauh antara kategori rendah dan tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram 4.2. 98 Universitas Indonesia Tinggi atau rendahnya visibilitas LAPOR ditentukan dari bagaimana responden melihat, mendapatkan, dan memahami informasi tentang LAPOR baik itu membuat dan atau mengolah pengaduan. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana LAPOR menginformasikan produk layanannya kepada masyarakat, misalnya melalui kanal yang dimilikinya yakni: website lapor.ukp.go.id, aplikasi android SMS ke 1708. Diagram 4.2 Visibilitas LAPOR Dilihat dari desain web LAPOR, baik itu ketika responden sudah login atau belum, maka yang terlihat adalah tampilan desain yang ramai. Hal ini dapat menimbulkan kebingungan bagi masyarakat awam yang baru mengakses LAPOR. Memang di halaman awal terdapat gambar alur kerja beserta gambar pendukung lainnya, namun informasi yang secara spesifik mengenai petunjuk membuat pengaduan, syarat dan ketentuan, alur kerja, dan fitur LAPOR berada di halaman paling bawah dengan ukuran huruf yang tidak terlalu besar. Hal tersebut dapat menyulitkan pengunjung situs LAPOR untuk menemukan informasi yang lengkap mengenai LAPOR. Situs LAPOR yang terlihat ramai menjadi perhatian salah satu responden dengan inisial A ketika diminta masukannya untuk LAPOR dalam pertanyaan terbuka yang terdapat pada kuesioner. “Desain web dapat diupgrade agar lebih komunikatif, minimalis, dan tidak terlalu ramai”, ungkap responden A. Menanggapi hal tersebut, pihak pengelola LAPOR memang sudah merencanakan untuk memperbarui sistem LAPOR secara keseluruhan. Sistem LAPOR yang saat ini dijalankan merupakan versi 2.0, pengembangan dari versi 1.0. Versi 2.0 sendiri sudah dimulai dari bulan Mei 2012, artinya sudah sekitar tiga tahun dijalankan. Selama tiga tahun terakhir tetap dilakukan peningkatan 49,6 50,4 Rendah Tinggi