Kepuasan Masyarakat Kepuasan Masyarakat pada Sistem Penanganan Pengaduan Masyarakat

26 Universitas Indonesia pengaduan masyarakat merupakan keseluruhan proses yang mencakup penerimaan, pemrosesan, dan penyelesaian pengaduan masyarakat. The British and Irish Ombudsman Association 2007 mengatakan bahwa setiap skema sistem pengaduan memiliki standar dan prosedur yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan organisasi itu sendiri. Berarti setiap skema sistem pengaduan berbeda-beda di setiap unit organisasi penerima pengaduan, bergantung kepada latar belakang dibentuknya organisasi penerima pengaduan. Namun sekalipun cara menangani keluhan setiap organisasi dapat berbeda-beda, pada dasarnya prinsip penanganan pengaduan tetap sama Health Services Review Council, 2005. Lovelock dan Wirtz 2007 menambahkan, sistem manajemen pengaduan yang sukses harus memecahkan permasalahan pelanggan, juga memastikan pelanggan puas dengan proses penanganan pengaduan itu sendiri, termasuk pemrosesan pengaduan, kecepatan jawaban dari organisasi, dan kompetensi staf dalam menangani pengaduan Rothenberger, Grewal, dan Iyer, 2008, p. 361.

2.2.1.4 Kepuasan Masyarakat pada Sistem Penanganan Pengaduan Masyarakat

Menurut Stauss 2002 kepuasan pengaduan adalah kepuasan pengadu dengan jawaban perusahaan terhadap pengaduan pengadu. Pengertian ini dianggap terlalu sempit karena hanya menekankan pada jawaban yang diberikan saja, padahal bagian sebelumnya diterangkan bahwa sistem penanganan pengaduan masyarakat mencakup keseluruhan dari awal pengaduan diterima, sampai dengan penyelesaian pengaduan. Maka pengertian yang lebih komprehensif dapat dilihat pada penjelasan yang diberikan oleh Orsinger, Valentini, dan Angelis 2010 bahwa kepuasan pelanggan pada penanganan pengaduan dapat diketahui dengan membandingkan persepsi pelanggan tentang kinerja aktual dari prosedur penanganan pengaduan dengan harapan mereka terhadap kinerja itu. Pelanggan yang puas memersepsikan kinerja aktual dari prosedur penanganan pengaduan sudah sesuai harapan, sebaliknya pelanggan yang tidak puas memersepsikan kinerja aktual dari prosedur penanganan pengaduan belum sesuai harapan. Harapan dalam konteks ini 27 Universitas Indonesia merupakan bentuk ideal yang dibayangkan oleh pelanggan dari suatu sistem penanganan pengaduan. Agar kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik dapat diketahui, maka penting bagi penyelenggara layanan mengadakan survei kepuasan masyarakat. Survei rutin kepuasan masyarakat dapat membantu sistem penanganan pengaduan dalam memastikan pelapor mendapatkan informasi yang relevan dan terbaru, serta mengetahui kemudahan yang dirasakan pelapor dalam mengakses layanan pengaduan The British and Irish Ombudsman Association, 2007. Dalam penelitian ini, kepuasan masyarakat berperan sebagai variabel dependen. Oleh karena itu kepuasan masyarakat hanya diukur menggunakan satu indikator, yakni kepuasan masyarakat secara keseluruhan pada sistem penanganan pengaduan masyarakat LAPOR. Hal ini sesuai dengan pernyataan Orsinger, Valentini, dan Angelis 2010 sebelumnya, dengan menanyakan kepuasan masyarakat secara keseluruhan, maka dapat menggambarkan persepsi responden tentang kinerja aktual yang dirasakannya dan bentuk ideal yang mereka harapkan. 2.2.2 Proses Penanganan Pengaduan 2.2.2.1 Penanganan Pengaduan Vos, Huitema, dan Ros 2008 mendefinisikan penanganan keluhan sebagai aktivitas terkait dengan kegiatan operasional yang berfokus pada membantu pelanggan mengatasi keluhan mereka Razali dan Jaafar, 2012, p. 382. Sebagai sebuah kegiatan operasional, penanganan pengaduan mempunyai prosedur dalam pelaksanaannya. Terdapat delapan prosedur yang dijabarkan oleh BAPPENAS 2010, diantaranya yaitu: 1 pencatatan dan pendokumentasian, 2 pilah dan pilih dengan prinsip mulai dari yang paling mendesak dan mulai dari yang bukan surat kaleng, 3 mengumpulkan data dan informasi terkait dengan masalah yang diadukan, 4 pembuatan tanggapan dan penanganan responds atas pengaduan tersebut, 5 sampaikan responds pada pihak pengadu untuk memperoleh umpan balik, 6 Meminta dan mencatat umpan balik dari pihak pengadu dan respon yang mereka terima, 7 pembuatan laporan penanganan, dan 28 Universitas Indonesia 8 penyampaian laporan penanganan pengaduan kepada pihak-pihak terkait p. 55.

2.2.2.2 Proses Penanganan Pengaduan

Proses penanganan pengaduan menjadi variabel independen dalam penelitian ini. Variabel ini merujuk kepada Stauss 2002 yang membuat analogi berdasarkan pembagian Gronroos 1984 mengenai kualitas fungsional dan kualitas teknis. Proses penanganan pengaduan dianggap sama dengan kualitas fungsional yang mengacu pada proses atau cara penyampaian layanan. Jadi, proses penanganan pengaduan menurut Stauss 2002 adalah evaluasi bagaimana pengaduan pelapor ditangani. Maka dapat dikatakan bahwa proses penanganan pengaduan adalah serangkaian aktivitas dalam mengelola pengaduan, namun tidak mencakup hasil penanganan pengaduan itu sendiri. Sebelumnya peneliti telah mengidentifikasi prinsip-prinsip penanganan pengaduan yang baik good complaint handling dari berbagai literatur. Peneliti telah memilih beberapa prinsip yang dapat menjadi dimensi untuk mengukur proses penanganan pengaduan. Prinsip-prinsip yang dipilih, peneliti anggap sesuai dengan konsep proses penanganan pengaduan dan konteks penelitian ini yakni pengaduan berbasis online dan SMS. Prinsip-prinsip tersebut antara lain: visibilitas, aksesbilitas, responsivitas, objektivitas, kerahasiaan, dan akuntabilitas. Berikut ini penjelasan dari enam prinsip tersebut: Selain itu penting bagi pelayanan pengaduan untuk mempunyai manajemen yang baik agar dapat menciptakan kepuasan masyarakat, karena prosedur yang adil dan dapat diakses belum tentu memberi kepuasan masyarakat. 1. Visibilitas Visibility: Dimensi ini berkaitan dengan informasi yang tersedia untuk umum dan didapatkan dengan mudah mengenai kejelasan cara atau prosedur dalam membuat dan mengolah pengaduan. Chen, Huang, Hsaio 2003 berpendapat bahwa prosedur pengaduan harus dipublikasikan dan memastikan setiap orang dapat menggunakan prosedur tersebut. Cara dan prosedur di sini mencakup informasi mengenai pengaduan yang diterima dan alur kerja pengolahan pengaduan; 2. Aksesbilitas Accessibility: Mekanisme penanganan pengaduan harus mudah diakses baik secara struktural, kultural, dan ekonomi oleh pelapor