Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data Posttest

berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan bahwa data berdistribusi normal bila memenuhi kriteria L hitung L tabel sedangkan jika L hitung L tabel maka data tidak berdistribusi normal diukur pada taraf signifikasi α tertentu. Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan dengan taraf signifikan α = 0,05, maka untuk n = 26 didapatkan harga L tabel = 0,173. Hasil uji normalitas posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat seperti pada tabel 4.9 di bawah ini, sedangkan perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran halaman 184 dan 188. Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Posttest Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol L hitung 0,110 0,151 L tabel 0,173 0,173 Kesimpulan Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal Dari tabel di atas teramati bahwa hasil uji normalitas posttest pada kelas eksperimen didapatkan L hitung 0,110 L tabel 0,173 menunjukkan data berdistribusi normal. Sedangkan pada kelas kontrol didapatkan L hitung 0,151 L tabel 0,173 menunjukkan data berdistribusi normal. Maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas sampel penelitian pada data posttest berdistribusi normal karena memenuhi kriteria L hitung L tabel .

2. Uji Homogenitas

Setelah kedua kelas sampel penelitian dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya dicari nilai homogenitasnya untuk mengetahui kesamaan antara dua populasi. Dalam penelitian ini, nilai homogenitas didapat dengan menggunakan uji homogenitas dua varians atau uji Fisher dimana varians terbesar dibanding varians terkecil. Kriteria pengujian yang digunakan yaitu jika F hitung ≤ F tabel maka H diterima, yang berarti varians dua populasi homogen. Sedangkan jika F hitung ≥ F tabel maka H ditolak, yang berarti varians dua populasi tidak homogen. Hasil uji homogenitas posttest kedua kelas sampel penelitian dapat dilihat seperti pada tabel 4.10 di bawah ini, sedangkan perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran halaman 191. Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Posttest Statistik Hasil Varians Terbesar 167,42 Varians Terkecil 111,60 F hitung 1,50 F tabel 1,94 Kesimpulan Homogen Pengujian dilakukan pada taraf signifikan α = 0,05 dengan derajat kebebasan dk penyebut 25 dan derajat kebebasan dk pembilang 25, maka didapat harga F tabel = 1,96. Dari tabel di atas, teramati bahwa pada hasil uji homogenitas posttest F hitung 1,50 F tabel 1,94. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil uji homogenitas posttest kelas sampel penelitian menunjukkan varians dua populasi homogen karena memenuhi kriteria pengujian F hitung ≤ F tabel .

3. Uji Hipotesis

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelas eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelas kontrol. Hasil perhitungan uji hipotesis hasil posttest disajikan pada tabel 4.11 di bawah ini. Adapun penghitungan uji hipotesis hasil posttest selengkapnya dapat dilihat pada lampiran halaman 194. Tabel 4.11 Uji Hipotesis Hasil Posttest Keterangan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Jumlah Sampel 26 26 Nilai Rata-Rata 73,35 58,15 Sg 11,81 t hitung 4,64 t tabel 1,68 Kesimpulan Berbeda Dari tabel di atas diperoleh nilai t hitung sebesar 4,64 dan t tabel 1,68 pada taraf signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan dk = 50. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa t hitung 4,64 t tabel 1,68, maka H ditolak dengan demikian hipotesis alternatif H a diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelas eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelas kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan model inkuiri terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan pretest, nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen lebih rendah dari pada nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa kelas kontrol. Namun, setelah kedua kelas tersebut diberi perlakuan dengan model pembelajaran yang berbeda, hasil rata- rata posttest berpikir kreatif siswa kelas eksperimen menjadi lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini karena model inkuiri yang diterapkan pada kelas eksperimen membantu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Hal tersebut semakin jelas adanya setelah dilakukan pengujian hipotesis dengan uji-t pada data pretest dan posttest. Uji perbedaan dua rata- rata hasil pretest dengan rata-rata kelas eksperimen sebesar 30,54 dan rata-rata kelas kontrol sebesar 32,50 menghasilkan t hitung sebesar −1,27. Sedangkan t tabel yang dihasilkan dari 26 sampel kelas eksperimen dan 26 sampel kelas kontrol dengan taraf signifikan α = 0,05 sebesar 1,68. Nilai rata-rata yang tidak jauh berbeda sehingga menghasilkan uji perbedaan dua rata-rata uji-t hasil pretest yang diperoleh menunjukkan bahwa t hitung −1,27 t tabel 1,68, sehingga memenuhi kriteria dimana H diterima dan hipotesis alternatif H a ditolak dengan kata lain tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest kelas kontrol. Sedangkan pada uji perbedaan dua rata-rata hasil posttest dengan rata-rata kelas eksperimen sebesar 73,35 dan rata-rata kelas kontrol sebesar 58,15 menghasilkan t hitung sebesar 4,64. Dari 26 sampel kelas eksperimen dan 26 sampel kelas kontrol dengan taraf signifikan α = 0,05 dihasilkan t tabel sebesar 1,68. Menunjukkan hasil yang berbeda dengan hasil uji perbedaan dua rata- rata pada hasil pretest, hasil uji perbedaan dua rata-rata uji-t hasil posttest yang diperoleh menunjukkan bahwa t hitung 4,64 t tabel 1,68, sehingga memenuhi kriteria dimana H ditolak dan hipotesis alternatif H a diterima. Dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelas eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelas kontrol dimana model inkuiri yang diterapkan menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelas eksperimen. Dengan kata lain, terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model inkuiri terhadap perkembangan kemampuan berpikir kreatif siswa pada konsep hidrolisis garam. Dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri siswa terlibat langsung dalam setiap tahap pembelajarannya. Menurut Eggen dan Kauchack tahapan model inkuiri adalah merumuskan pertanyaan atau permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesisanalisis data dan membuat kesimpulan. 1 Melalui keterlibatan siswa secara langsung dalam setiap tahap pembelajaran membantu melatih kemampuan berpikir kreatif siswa karena siswa belajar mandiri dalam menemukan pembuktian kebenaran 1 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas, Cet. 1; Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2010, h. 95