nilai rata-rata kelas kontrol lebih tinggi dari kelas eksperimen dalam hasil pretest berpikir kreatif siswa. Hal ini dapat diamati dari nilai rata-rata
kelas kontrol sebesar 32,50 dengan varians 30,98 lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 30,54 dengan varians 31,38.
Hasil pretest kedua kelas penelitian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran halaman 162.
Selanjutnya data pretest dari kedua kelas tersebut dihitung berdasarkan indikator masing-masing soal tes berpikir kreatif yang
diberikan. Penyajian data berdasarkan indikator berpikir kreatif dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini :
Tabel 4.2 Nilai Rata-Rata Pretest Indikator Berpikir Kreatif Siswa
Dari tabel indikator hasil tes berpikir kreatif di atas, dapat diamati bahwa nilai rata-rata indikator berpikir kreatif kelas eksperimen tertinggi
ada pada indikator flexibility berpikir luwes yaitu sebesar 44,13 dengan kriteria cukup kreatif dan terendah ada pada indikator elaboration
berpikir merinci yaitu sebesar 14,93 dengan kriteria tidak kreatif. Sedangkan nilai rata-rata indikator berpikir kreatif kelas kontrol tertinggi
ada pada indikator originality berpikir orisinal yaitu sebesar 46,60 dengan kriteria cukup kreatif dan terendah ada pada indikator elaboration
berpikir merinci yaitu sebesar 15,80 dengan kriteria tidak kreatif. Secara
No. Indikator
Nilai Rata-Rata Kelas
Eksperimen Kriteria
Kelas Kontrol
Kriteria 1
Fluency Berpikir Lancar
27,90 Kurang
Kreatif 32,70
Kurang Kreatif
2
Flexibility Berpikir Luwes
44,13 Cukup
Kreatif 43,20
Cukup Kreatif
3
Elaboration Berpikir Merinci
14,93 Tidak
Kreatif 15,80
Tidak Kreatif
4
Originality berpikir orisinal
42,10 Cukup
Kreatif 46,60
Cukup Kreatif
keseluruhan hasil pretest berpikir kreatif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda yaitu dibawah kriteria
kreatif.
2. Hasil Posttest Berpikir Kreatif Siswa
Setelah dilakukan perlakuan yeng berbeda pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model
inkuiri sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan dengan model pembelajaran konvensional, selanjutnya dilakukan pengumpulan data
posttest. Data posttest yang terkumpul dari hasil tes berpikir kreatif siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol selanjutnya dianalisis dan
dilakukan perhitungan. Hasil perhitungan data posttest tersebut disajikan dalam tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3 Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Statistik Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Jumlah Sampel 26
26 Nilai Minimum
55 40
Nilai Maksimum 90
81 Mean
73,35 58,15
Modus 75,50
50,00 Median
74,00 56,30
Varians 111,60
167,42 Standar Deviasi
10,56 12,94
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dengan jumlah sampel yang sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu 26 menghasilkan
nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dalam hasil posttest berpikir kreatif siswa. Hal ini dapat diamati dari nilai rata-rata
kelas eksperimen sebesar 73,35 dengan varians 111,60 lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 58,15 dengan varians 167,42.
Hasil posttest kedua kelas penelitian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran halaman 162.
Selanjutnya data posttest dari kedua kelas tersebut dihitung berdasarkan indikator masing-masing soal tes berpikir kreatif yang
diberikan. Penyajian data berdasarkan indikator berpikir kreatif dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini :
Tabel 4.4 Nilai Rata-Rata Posttest Indikator Berpikir Kreatif Siswa
No. Indikator
Nilai Rata-Rata Kelas
Eksperimen Kriteria
Kelas Kontrol
Kriteria 1
Fluency Berpikir Lancar
97,10 Sangat
Kreatif 59,60
Cukup Kreatif
2
Flexibility Berpikir Luwes
72,85 Kreatif
46,18 Cukup
Kreatif
3
Elaboration Berpikir Merinci
74,80 Kreatif
66,15 Kreatif
4
Originality Berpikir Orisinal
88,50 Sangat
Kreatif 66,60
Kreatif
Dari tabel indikator hasil tes berpikir kreatif di atas, dapat diamati bahwa nilai rata-rata indikator berpikir kreatif kelas eksperimen tertinggi
ada pada indikator fluency berpikir lancar yaitu sebesar 97,10 dengan kriteria sangat kreatif dan terendah ada pada indikator flexibility berpikir
luwes yaitu sebesar 72,85 dengan kriteria kreatif. Sedangkan nilai rata- rata indikator berpikir kreatif kelas kontrol tertinggi ada pada indikator
originality berpikir orisinal yaitu sebesar 66,60 dengan kriteria kreatif dan terendah ada pada indikator flexibility berpikir luwes yaitu sebesar
46,18 dengan kriteria cukup kreatif. Menunjukkan hasil posttest yang cukup jauh berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol terhadap
kemampuan berpikir kreatif. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan
model inkuri dalam proses pembelajaran menghasilkan pengaruh yang positif terhadap perkembangan kemampuan berpikir kreatif siswa.
3. Hasil Lembar Observasi
Pengamatan keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada konsep hidrolisis garam
menggunakan lembar observasi. Lembar observasi dibuat berdasarkan tahapan model inkuiri terbimbing yang ada, yaitu merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, analisis data dan membuat kesimpulan. Hasil lembar observasi diperoleh dengan melakukan
pengamatan terhadap siswa kelas eksperimen yang dilakukan oleh 2 orang pengamat observer pada setiap pertemuannya. 2 orang pengamat
observer terkait dalam penelitian ini adalah seseorang yang ahlitahu dibidang kimia yaitu guru kimia di SMA Darul Muttaqin Kabupaten
Bekasi. Dari hasil pengamatan aktivitas siswa terhadap keterlaksanaan
tahapan model inkuiri terbimbing yang dilakukan oleh observer, maka didapat hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 4.5 dibawah ini.
perhitungan selengkapnya pada lampiran halaman 171.
Tabel 4.5 Hasil Observasi Keterlaksanaan Tahapan Model Inkuiri Terbimbing
No. Tahapan Model Inkuiri
Terbimbing Persentase
Kriteria Penilaian
1 Merumuskan Masalah
79 Baik
2 Merumuskan Hipotesis
75 Baik
3 Mengumpulkan Data
86 Sangat Baik
4 Analisis Data
79 Baik
5 Membuat Kesimpulan
87 Sangat Baik
Rata-Rata Keseluruhan 81,2
Sangat Baik
Dari tabel di atas terlihat bahwa persentase keseluruhan hasil observasi keterlaksanaan tahapan model inkuiri terbimbing adalah sebesar
81,2 dengan kriteria penilaian sangat baik. Hal itu menunjukkan bahwa penerapan model inkuiri terbimbing yang dilakukan pada kelas
eksperimen terlaksana dengan sangat baik.
B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data Pretest
1. Uji Normalitas
Dalam penelitian ini, uji normalitas didapat dengan menggunakan uji Liliefors. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan bahwa data berdistribusi normal bila memenuhi kriteria L
hitung
L
tabel
sedangkan jika L
hitung
L
tabel
maka data tidak berdistribusi normal diukur pada taraf signifikasi α
tertentu. Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan dengan taraf signifikan α = 0,05, maka untuk n = 26 didapatkan harga L
tabel
= 0,173. Hasil uji normalitas pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat dilihat seperti pada tabel 4.6 di bawah ini, sedangkan perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran halaman 182 dan 186.
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Pretest
Statistik Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
L
hitung
0,121 0,157
L
tabel
0,173 0,173
Kesimpulan Berdistribusi Normal
Berdistribusi Normal
Dari tabel di atas teramati bahwa hasil uji normalitas pretest pada kelas eksperimen didapatkan L
hitung
0,121 L
tabel
0,173 menunjukkan data berdistribusi normal. Sedangkan pada kelas kontrol didapatkan
L
hitung
0,157 L
tabel
0,173 menunjukkan data berdistribusi normal.
Maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas sampel penelitian pada data pretest berdistribusi normal karena memenuhi kriteria L
hitung
L
tabel
.
2. Uji Homogenitas
Setelah kedua kelas sampel penelitian dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya dicari nilai homogenitasnya untuk mengetahui
kesamaan antara dua populasi. Dalam penelitian ini, nilai homogenitas didapat dengan menggunakan uji homogenitas dua varians atau uji Fisher
dimana varians terbesar dibanding varians terkecil. Kriteria pengujian yang digunakan yaitu jika F
hitung
≤ F
tabel
maka H diterima, yang berarti
varians dua populasi homogen. Sedangkan jika F
hitung
≥ F
tabel
maka H ditolak, yang berarti varians dua populasi tidak homogen.
Hasil uji homogenitas pretest kedua kelas sampel penelitian dapat dilihat seperti pada tabel 4.7 di bawah ini, sedangkan perhitungan lengkap
dapat dilihat pada lampiran halaman 190.
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Pretest
Statistik Hasil
Varians Terbesar 31,38
Varians Terkecil 30,98
F
hitung
1,01 F
tabel
1,94
Kesimpulan Homogen
Pengujian dilakukan pada taraf signifikan α = 0,05 dengan derajat
kebebasan dk penyebut 25 dan derajat kebebasan dk pembilang 25, maka didapat harga F
tabel
= 1,96. Dari tabel di atas, teramati bahwa pada hasil uji homogenitas pretest F
hitung
1,01 F
tabel
1,94, maka dapat disimpulkan bahwa hasil uji homogenitas pretest kelas sampel penelitian
menunjukkan varians dua populasi homogen karena memenuhi kriteria pengujian F
hitung
≤ F
tabel
.