4
Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
www.kinerja.or.id
keberlanjutan program, pelaksanaan dukungan dilakukan melalui pihak Organisasi Mitra Pelaksana OMP dengan mengutamakan kapasitas lokal; dan 5 Memperkaya program pelayanan publik dengan konsep
tata kelola yang baik dengan penerapan aspek transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi dengan promosi inovasi dan model insentif.
2. Hasil Capaian KINERJA
Keberhasilan KINERJA pada tingkat pemberi layanan sampai tahun 2014 telah dilakukan pendampingan di 5 provinsi, 19 dinas kesehatan kabupatenkota dengan 75 puskesmas mitra. 19 kabupatenkota sudah
mempunyai Peraturan BupatiWalikota danatau Peraturan Daerah tentang Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif yang dibuat mengikuti aspek governance. 11 daerah sudah membiayai kegiatan forum para
pemangku kepentingan Multi-Stakeholder Forum, MSF dengan 55 MSF tingkat kecamatan. Ada juga 3 Dinas Kesehatan, dan 5 Puskesmas telah menolak bekerjasama dengan susu formula bayi karena
mendukung IMD dan ASI Eksklusif, sehingga angka cakupan IMD dan ASI Eksklusif meningkat nyata. 61 puskesmas telah memasang SOP Alur Layanan sehingga terlihat oleh pengguna layanan, dan telah
membuat dan menempel di dinding puskesmas Janji Perbaikan Layanan sebagai respon terhadap Survei Pengaduan Pengguna Layanan. 33 puskesmas telah melakukan Kemitraan Bidan dan Dukun model
KINERJA yang sesuai kaidah governance, dan 45 puskesmas melakukan revitalisasi Kantong Persalinan. Rata-rata daerah mitra telah menambah jumlah konselor IMD dan ASI Eksklusif dan jumlah kelas ibu
hamil, dan telah membuat ruang ASI atau pojok laktasi di fasilitas umum yang sesuai standar dan SOP nasional. Terbangunnya kemitraan dengan lintas sektor seperti dinas pendidikan dan kantor urusan agama
sangat mempercepat gerakan perubahan perilaku masyarakat. Pada sisi demand, MSF termasuk media lokal sudah berperan aktif sebagai pengawas, motivator, dan
advokator dalam melakukan perubahan dan perbaikan layanan kesehatan pada tingkat dinas kesehatan dan puskesmas. MSF telah melakukan pengelolaan manajemen pengaduan, dan terlibat dalam
perencanaan, penentuan prioritas, dan monitoring Jaminan Persalinan Aman JAMPERSAL, Biaya Operasional Kesehatan BOK, serta sumber pendanaan lain yang tersedia di puskesmas. MSF melakukan
pengawasan terhadap implementasi SOP, janji perbaikan layanan dan lainnya. MSF menggerakkan masyarakat basis secara berkelompok dan individu untuk menjadi promotor dan motivator IMD dan ASI
Eksklusif dengan inovasi sumberdaya dan bahasa lokal sehingga mempercepat perubahan perilaku yang berkelanjutan. Partisipasi publik, transparansi dan akuntabilitas pemberi layanan jelas menjadi roh kegiatan
KINERJA.
5
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
3. Keberlanjutan Program
Inisiatif yang sudah dilakukan oleh KINERJA di daerah dan puskesmas mitra perlu keberlanjutan dan perbaikan yang berkesinambungan dengan dukungan penuh pemerintah daerah. Perubahan melalui
pendekatan governance KINERJA yang telah dicapai saat ini dengan melakukan replikasi atas dukungan dana APBD di minimal 5 daerah dan 38 puskesmas adalah awal dari penguatan tiga pilar governance yang
dapat dijadikan sebagai stimulan dan menjadi tempat pembelajaran bagi puskesmas lain baik yang berada di wilayah mitra maupun di luar daerah mitra.
4. Lingkup Dokumen ini
Dokumen ini terdiri atas 4 bab dengan ringkasan eksekutif memuat tentang tujuan dan keberhasilan KINERJA selama 2 tahun pendampingan. Bab 1 menampilkan pendekatan umum proyek, bentuk dukungan
inisiatif di sektor kesehatan, dan prinsip KINERJA dalam tata kelola IMD dan ASI Eksklusif. Bab 2 menje las- kan pengalaman KINERJA dalam mendukung tata kelola IMD dan ASI Eksklusif, tahapan dalam memulai
inisiatif di daerah, pengaturan pekerjaan, sampai pada proses kerja dan perubahan yang dihasilkan. Bab 3 berisikan tantangan yang dihadapi serta strategi untuk mencapai sukses. Bab 4 memuat rekomendasi
kepada berbagai pihak untuk replikasi dan scaling up baik dalam daerah mitra maupun di luar daerah.
5. Rekomendasi
a Kepada Pimpinan Daerah
Pendekatan governance KINERJA dengan memperkuat supply dan demand side terbukti meningkatkan perbaikan layanan publik dalam waktu 1-2 tahun pendampingan. Pendekatan ini dapat direplikasi dan
scaling up ke dalam program dan layanan publik lainnya di dinas kesehatan secara bertahap sesuai ketersediaan anggaran daerah. Pendekatan ini juga dapat di scaling up di semua layanan publik lainnya
dengan memperjelas peran unit layanan, MSF, dan OMP, sedangkan fungsi LPSS dapat juga digantikan oleh manajemen tingkat 3 atau 4 dari sektor teknis bila pendanaan daerah terbatas.
Seri pembelajaran ini membutuhkan hal-hal mendasar yaitu 1 komitmen yang tinggi dari Bupati Walikota, DPRD dan Dinas Kesehatansektor teknis, 2 waktu pendampingan untuk pembentukan dan
pendampingan MSF sebaiknya 2-3 tahun, 3 untuk meningkatkan dinamika tatakelola pelayanan publik dibutuhkan inovasi dan insentif yang kreatif bagi pemberi dan penerima layanan, 4 dengan koordinasi
dan monitoring kuat antara Dinas Kesehatan dengan penyedia layanan kesehatan swasta, 5 mendorong peran sektor pemerintah dan swasta dalam menyediakan fasilitas Pojok ASI beserta konselornya di