Lampiran A - Uraian Substansi
128
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
Indeks pengaduan masyarakat ini menjadi alat penting bagi pengelolamanejer puskesmas
untuk menentukan prioritas pengaduan masyarakat yang bisa ditindak lanjuti oleh
puskesmas kedepannya. Indeks Pengaduan Masyarakat dapat
dikembangkan oleh tim kecil yang dibuat Puskesmas.
2.6 Analisa Penyebab Keluhan Masyarakat dan Rekomendasi melalui lokakarya
Analisa penyebab keluhan masyarakat dan identiikasi tindak lanjutnya biasanya dilakukan
melalui suatu lokakarya. Dalam lokakarya ini dianalisis akar penyebab pengaduan
masyarakat – baik terkait manajemen layanan ditingkat layanan kesehatan ataupun terkait
kebijakanprogramanggaran ditingkat dinas kesehataninstitusi SKPD lainnya Lihat matriks
di bawah. Setelah akar masalah diidentiikasi maka solusirekomendasi untuk mengatasi
keluhanpengaduan masyarakat dapat dikembangkan direncanakan baik ditingkat
puskesmas dari solusi internal - sebagai bahan dokumen Janji Perbaikan Layanan dan juga
diajukan ke dinas kesehataninstitusi pemerintah lainnya ditingkat KabupatenKota dari solusi
eksternal. Lokakarya ini penting untuk dihadiri oleh
pihak puskesmas dan juga perwakilan dinas kesehatan serta Forum multi stakeholdermulti
pihakkomite kesehatan kecamatanbadan pertimbangan kesehatan, atau pemerintah
kecamatandesa, perwakilan PKK, Toga, Toma, kader kesehatan dan pemerhati kesehatan
lainnya di wilayah Puskesmas. Lihat Seri Pembelajaran Mekanisme Pengelolaan
Pengaduan KINERJA dan Pedoman Pelaksanaan Permenpan 132009 untuk lebih detail.
NO PERNYATAAN
PENGADUAN PENYEBAB
SOLUSI INTERNAL
EKSTERNAL
1 2
3 4
5 6
dstnya
129
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
2.7 Penyusunan Janji Perbaikan Layanan tingkat Puskesmas dan Rekomendasi
Teknis kepada tingkat daerah
Dari hasil analisa penyebab pengaduan dan identiikasi solusi internal, maka tim kecil
penanganan pengaduan puskesmas perlu membuat prioritas solusi internal yang akan mampu
diselesaikan dalam waktu 1 tahun mendatang. Prioritas solusi internal yang sudah diidentiikasikan
ini kemudian disusun dalam bentuk Janji Perbaikan Layanan Puskesmas.
Untuk solusi eksternal, perlu disusun suatu dokumen rekomendasi teknis yang akan diserahkan pada
dinas kesehatan dan pemerintah daerah lainnya untuk ditindaklanjuti.
2.8 Pengesahan Janji Perbaikan Layanan oleh Kepala Puskesmas dan Sosialisasi
pada masyarakat
Janji Perbaikan Layanan yang dikembangkan di tingkat unit layanan ditandatangani oleh Kepala
PuskesmasKepala Unit Layanan, dan disaksikan oleh perwakilan masyarakat sipil misalnya
perwakilan forum multi stakeholder atau perwakilan masyarakat lainnya dan oleh Kepala Dinas
Kesehatan. Dokumen Janji Perbaikan Layanan ini juga perlu
disahkan oleh Kepala Daerah dan Kepala DPRD. Janji Perbaikan Layanan tersebut harus
disosialisasikan kepada masyarakat di wilayah kerja puskesmas, baik melalui pertemuan sosialisasi
ataupun melalui publikasi dokumen Janji Perbaikan Layanan di tempat-tempat publik, melalui radio dll.
2.9 Pertemuan teratur internal Puskesmas monitoring Janji Perbaikan
Layanan dan pertemuan teratur lintas sektor untuk melaporkan kemajuan
dari pelaksanaan Janji Perbaikan Layanan
Bagian terpenting dari Janji Perbaikan Layanan adalah implementasi pemenuhan janji perbaikan
layanan, dan juga monitoring sejauh mana janji tersebut sudah dipenuhi.
Pengelolamanejer puskesmas perlu mencermati capaianprogress dari pemenuhan janji layanan dan
mengintegrasi janji tersebut dalam perencanaan dan penganggaran di tingkat puskesmas.
Dan sebagai bagian dari akuntabilitas layanan, masyarakat danperwakilan masyarakat perlu
selalu diinformasikan kemajuan dari pemenuhan janji layanan tersebut. Selain itu masyarakat juga
bisa diajak berdiskusi untuk mencari pemecahan masalah apabila diidentiikasi adanya tantangan
untuk dapat memenuhi Janji Perbaikan Layanan tersebut. Mobilisasi masyarakat menjadi aset
penting untuk dapat mendorong adanya pemenuhan layanan kesehatan yang berkualitas.
Lampiran A - Uraian Substansi
130
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
2.10 Pengembangan Rencana Survei Pengaduan Berikutnya
Menurut aturan, survei pengaduan masyarakat perlu dilakukan secara berkala, minimal setahun
sekali yang diikuti dengan Janji Perbaikan Layanan untuk mengatasi pengaduan tersebut.
Siklus di atas perlu diulangi lagi dengan pendekatan yang sama.
3. Tahap Monitoring Evaluasi
Dalam proses monitoring yang penting diperhatikan adalah:
• Apakah kegiatan sesuai dengan perencanaan?
− Kalau tidak sesuai, atau dampaknya
kurang, apa yang perlu ditambahkan atau direncanakan?
Dalam evaluasi, perlu diperhatikan: • Apakah kegiatan sudah sesuai dengan janji
layanan? • Bagaimana keterlibatan masyarakat dengan
jender seimbang dalam melakukan monitoring implementasi janji layanan?
• Apakah ada kendala dan tantangan dalam implementasipelaksanaan Janji Perbaikan
Layanan? • Apakah ada kegiatan diluar rencana?
Sebaiknya MSF dilibatkan dalam tahap monitoring dan evaluasi Janji Perbaikan Layanan.
Berikut adalah sebuah contoh matriks yang dapat digunakan pada saat monitoring dan evaluasi Janji
Perbaikan Layanan. Isi sebelah kiri harus sama dengan Janji Perbaikan Layanan yang telah disusun
dan tidak boleh diubah.
Pengaduan Janji Perbaikan Layanan
Status Realisasi Janji
Kegiatan yang sudah dilakukan
Tindak lanjut
1. Alat kontrasepsi gratis masih
diperjualbelikan 1.1. Puskesmas melakukan
koordinasi dengan Dinkes dan BPMPKB
terkait distribusi Alkon yang berlabel gratis
Sudah Kebutuhan
alkon langsung dikomunikasikan ke
BPMPKB
1.2. Memberikan peringatan dan sanksi kepada
petugas puskesmas dan jaringannya apabila
memperjualbelikan alkon gratis
Sudah
131
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
Pengaduan Janji Perbaikan Layanan
Status Realisasi Janji
Kegiatan yang sudah dilakukan
Tindak lanjut
2. Tidak ada tempat untuk
pelaksanaan di posyandu
2.1. Tidak ada tempat untuk pelaksanaan di
posyandu Sudah
2.2. Puskesmas mensosialisasikan dan
mendiskusikan kembali konsep posyandu adalah
milik masyarakat. Sudah
Puskesmas melakukan
koordinasi dengan stakeholder terkait
lainnya seperti tomas, tokoh
agama untuk meningkatkan
peran dan pengembangan
posyandu bersama semua pihak.
3. Informasi tentang
Kesehatan Ibu dan Anak KIA
kurang 3.1. Meningkatkan KIE
petugas dan frekwensi sosialisasi tentang
Kesehatan Ibu dan Anak melalui kelas Ibu tingkat
kelurahan, misalnya dengan menggunakan
lembar balik, Buku KIA, Poster dll.
Sudah Pembuatan dan
pemasangan poster untuk sosialisasi
kelas ibu hamil. Pembuatan lembar
balik tentang IMD dan ASI Ekslusif
yang sekarang tersedia di loket.
3.2. Meningkatkan pelayanan konsultasi
KIA pada Bumil saat pemeriksaan kehamilan
dan kunjungan ke puskesmas, puskel,
poskeskel, posyandu. Belum
Diskusi antara staf
Puskesmas dan bidan
desa tentang penyuluhan
yang dibutuhkan.
…. ….
…. ….
….
Lampiran A - Uraian Substansi
132
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
Contoh Praktek Baik
a Pelaksanaan Kotak Saran di Puskesmas Batua, Kota Makassar
Kota Makassar telah menerapkan kotak saran di setiap Puskesmas di seluruh wilayahnya.
Kotaksaran tersebut dibuka dan dibahas setiap bulan dengan melibatkan kader posyandu dan MSF,
sehingga penyelesaian dan tindak lanjut disepakati dan dilakukan secara bersama sehingga beban
tidak hanya pada Puskesmas tetapi juga pada masyarakat. Kotak saran ini seharusnya terkunci,
dan kuncinya dipegang oleh staf kesehatan seperti bidan atau kader.
b Pelaksanaan SMS Gateway di Puskesmas Sungai Raya Kepulauan,
Kabuapaten Bengkayang
Puskesmas Sungai Raya Kepulauan, di daerah pinggir laut di Kabupaten Bengkayang, Provinsi
Kalimantan Barat, telah memiliki kotak saran sejak lama. Namun, staf Puskesmas mengakui jarang ada
saran dan pengaduan di dalamnya. Oleh karena ini, Kepala Puskesmas memutuskan
untuk melaksanakan SMS Gateway di Puskesmasnya. Semua staf menyepakati untuk
mengadakan dan mempublikasikan tiga nomor HP agar pasien dapat memberi pengaduan secara
langsung dan cepat. Dari nomor HP ini, satu dipegang oleh Kepala Puskesmas, satu dipegang
oleh Bidan Koordinator, dan satu dipegang staf lain. Sejak percetakan spanduk dengan informasi SMS
Gateway dan nomor HP tersebut, sudah sangat lebih banyak saran disampaikan oleh pasien kepada
staf Puskesmas. Semua saran dan pengaduan dicatat dalam buku pengaduan, dan kalau tidak
dapat langsung dibalas, saran tersebut dibahas pada lokakarya mini bulanan.
133
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
Contoh Instrumen Pengaduan Kabupaten Bener Meriah
Lampiran A - Uraian Substansi
134
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
d Contoh Janji Perbaikan Layanan, Puskesmas Sekadau, Kab. Sekadau
135
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
Contoh Bahan Presentasi
Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi USAID-KINERJA. Seluruh presentasi dapat diakses
di ile dalam CD yang terlampir.
Lampiran A - Uraian Substansi
136
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
137
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
139
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
6
6
Standar Layanan dan Standard Operating
Procedure SOP
Lampiran A - Uraian Substansi
140
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
Standar
Layanan dan
Standard
Operating
Procedure
SOP
Deskripsi Modul
Modul ini menguraikan tentang pentingnya peranan Standar Layanan dan Standar Operasional Prosedur
SOP dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas untuk mendukung kesuksesan
program Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif. Di dalam modul ini juga dijelaskan beberapa prinsip
dan langkah dalam menyusun SOP lokal, sehingga diharapkan puskesmas dan dinas kesehatan dapat
mengimplementasikan isi modul dengan mudah.
Sasaran Pengguna
1. Organisasi Mitra Pelaksana OMP 2. KonsultanPelatih
3. Fasilitator kesehatan 4. Staf Dinas Kesehatan
5. Kepala Puskesmas, bidan koordinator dan bidan desa
6. Masyarakat yang peduli kesehatan kader kesehatan, PKK, tokoh agama, tokoh
masyarakat, asosiasi, paguyuban.
Tujuan Pembelajaran
Tujuan Umum
Peserta mampu mendampingi Puskesmas dan Dinas Kesehatan dalam menyusun dan
implementasi standar operasional prosedur SOP sebagai cerminan dari akuntabilitas, tranparansi dan
kualitas pelayanan.
Modul 6
........ dijelaskan
beberapa prinsip dan langkah dalam
menyusun SOP lokal,
........
141
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
Pokok Bahasan
1. Relasi SOP dengan program KINERJA 2. Pentingnya SOP
3. Penyusunan SOP Teknis 4. Penyusunan SOP Layanan
5. Monitoring Penerapan SOP melalui Kartu Kontrol.
Metode
Sesi pelatihan
1. Pemaparan materi 2. Diskusi dan tanya jawab
3. Kerja kelompok 4. Pemaparan hasil kerja kelompok.
Sesi Pendampingan
1. Sosialisasi materi 2. Pembentukan kelompok kerja yang melibatkan
pemberi dan MSF 3. Menyusun SOP bersama pemberi layanan dan
MSF 4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan SOP.
Tujuan Khusus
Tujuan bagi peserta dalam Training of Trainers TOT:
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan mampu menjadi fasilitator untuk memberikan
pelatihan kepada instansi pemerintah dan unit pelayanan kesehatan.
Setelah mengikuti TOT, peserta akan: 1. Mampu menjelaskan konsep Standard
Operating Procedure SOP dan relasinya dengan Program USAID-KINERJA
2. Mampu menjelaskan peran penting SOP dalam menjaga kualitas pelayanan
3. Mampu mendampingi Puskesmas dalam menyusun Standard Operating Procedure SOP
4. Mampu mendampingi Puskesmas dalam monitoring dan evaluasi penerapan SOP.
Tujuan bagi peserta dalam pelatihan instansi pemerintah dan unit pelayanan kesehatan:
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan: 1. Memahami konsep SOP dan realisasinya
dengan program USAID-KINERJA 2. Memahami peran SOP dalam menjaga
akuntabilitas dan kualitas pelayanan 3. Mampu menyusun SOP
4. Mampu menerapkan SOP 5. Mampu melakukan monitoring dan evaluasi
SOP.
Lampiran A - Uraian Substansi
142
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
Alat dan bahan
1. LCD projector 2. Laptop
3. Flipchartkertas planometaplanwhiteboard 4. Alat tulis
5. Materi presentasi.
Waktu
Sesi pelatihan: Dua hari
Hari I:
Waktu Pokok Bahasan
1 x 45 menit Pembukaan
Penjelasan singkat tentang Fokus Program KINERJA
Bina Suasana 1 x 45 menit
Standar Operating Procedure SOP dan relasinya dengan
Program USAID-KINERJA Diskusi dan tanya jawab
1 x 45 menit Pentingnya SOP
Diskusi dan tanya jawab materi 3 x 45 menit
Proses Penyusunan SOP SOP Teknis dan SOP Alur Layanan
Diskusi dan tanya jawab 2 x 45 menit
Diskusi: Review SOP yang ada di puskesmas saat ini
Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan
1. Pengantar
1. Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan pentingnya manajemen
pelayanan puskesmas yang patisipatif, akuntabel, responsif, transparan dan
inovatif. Penyusunan dan penerapan SOP merupakan salah satu mekanisme untuk
menjamin terselenggaranya manajemen pelayanan yang baik dan memenuhi aspek
good governance tersebut. 2. Fasilitator menjelaskan desain kegiatan
secara umum, yaitu akan diselenggarakan selama 2 hari, dengan alokasi waktu 8 x 45
menit per hari. Pada hari pertama dilakukan penyampaian materi tentang pentingnya
Standard Operating Procedure SOP dan
Hari II:
Waktu Pokok Bahasan
1 x 45 menit Review materi hari I 2 x 45 menit
Praktek: Desain SOP Teknis Pemaparan hasil latihan
2 x 45 menit Praktek: Desain SOP Layanan
Pemaparan hasil latihan
2 x 45 menit Penerapan SOP dan Pemantauan
kepatuhan menjalankan SOP Diskusi dan tanya jawab
Latihan menyusun instrumen dan rencana pemantauan kepatuhan
menjalankan SOP
1 x 45 menit Penyusunan rencana tindak lanjut
Penutupan
143
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
sebagai dasar hukum yang mengatur bagaimana sebaiknya organisasi pelayanan
publik dijalankan. Hal inilah yang menjadi fokus KINERJA yaitu mewujudkan tata
kelola organisasi yang baik good corporate governance.
3. Sesi III: Nara sumber menyajikan materi
tentang Pentingnya SOP. Hal-hal yang perlu mendapat penekanan khusus adalah:
pengertian SOP, manfaat SOP, dan macam- macam SOP.
4. Sesi IV: Nara sumber menyajikan materi
tentang penyusunan SOP, baik SOP teknik maupun SOP layanan, yang meliputi
langkah penyusunan, format, dan teknik penulisan SOP. Uraikan secara jelas
kemungkinan adanya partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan SOP.
5. Sesi V: Minta peserta untuk membentuk
kelompok dan mendiskusikan kondisi daerah terkait dengan SOP program
Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif saat ini. Beberapa hal yang bisa disoroti
diantaranya: kelengkapan SOP teknis dan SOP layanan dan kesesuaian SOP yang
ada dengan kaidah penyusunan SOP.
4. Sesi-sesi Hari II:
1. Sesi I: Secara acak, minta perwakilan
peserta untuk mereview materi yang telah dibahas di hari I. Lakukan review dalam
suasana santai dengan menggunakan teknik permainan.
2. Sesi II: Minta peserta untuk membentuk
kelompok dan berlatih menyusun SOP proses penyusunannya. Hari kedua peserta
diminta untuk berlatih menyusun SOP Teknis dan SOP Layanan, serta rencana
pemantauan kepatuhan menjalankan SOP.
2. Proses pelatihan
1. Fasilitator atau nara sumber menyajikan materi sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan. Gunakan media pembelajaran yang sesuai untuk memudahkan
penangkapan peserta. Bahan presentasi dapat menggunakan bahan yang tersedia
dalam modul ini. Gunakan metode interaktif, dengan mengutamakan peran aktif dari
seluruh peserta. Minta peserta untuk menyampaikan pendapatnya terkait dengan
topik yang tengah dibahas. 2. Beri kesempatan kepada setiap peserta
khususnya perempuan untuk mengajukan pertanyaan. Tawarkan dulu komentar
atas pertanyaan peserta kepada peserta yang lain, agar suasana diskusi tidak
hanya berjalan 1 arah. Tugas fasilitator adalah memfasilitasi proses diskusi dan
mengarahkan jika ada proses diskusi yang menyimpang.
3. Sesi-sesi Hari I:
1. Sesi I: Sudah dijelaskan dalam pengantar 2. Sesi II: Nara sumber menyajikan materi
tentang relasi SOP dengan program KINERJA. Aspek penting yang harus
dijelaskan adalah keterkaitan antara SOP dengan undang-undang pelayanan publik
Lampiran A - Uraian Substansi
144
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
teknis. SOP yang hendak disusun sebaiknya ditentukan berdasarkan hasil diskusi
hari sebelumnya, yaitu kegiatan penting yang belum ada SOP dari Kementerian
Kesehatan, atau sudah ada SOP tetapi belum sesuai dengan kaidah SOP. Temuan
yang belum sesuai dengan kaidah SOP akan menjadi masukan kepada Kementerian
Kesehatan RI.
3. Sesi III: Sama seperti aktivitas pada sesi
II, tetapi di sesi III ini adalah untuk SOP Layanan. Minta peserta untuk membentuk
kelompok dan berlatih menyusun SOP Layanan. SOP yang hendak disusun
sebaiknya ditentukan berdasarkan hasil diskusi hari sebelumnya, yaitu layanan
penting yang belum ada SOP, atau sudah ada SOP tetapi belum sesuai dengan kaidah
SOP.
4. Sesi IV: Nara sumber menyajikan materi
tentang penerapan dan pemantauan SOP. Hal yang dijelaskan adalah langkah dalam
menerapkan SOP mulai dari sosialisasi sampai dengan evaluasi dan revisi SOP.
Aspek penting dalam fase penerapan SOP adalah pemantauan kepatuhan menjalankan
SOP. Sehingga dalam sesi IV ini juga dibicarakan tentang instrumen pemantauan
kepatuhan menjalankan SOP. Minta peserta untuk berlatih menyusun instrumen tersebut.
5. Penutup
Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab,
serta penjelasan rencana tidak lanjut, termasuk memberikan masukan kepada dinas kesehatan
berkaitan dengan perbaikan SOP kedepan bila diperlukan.
Uraian Substansi
1. Program KINERJA dalam Standar Layanan
USAID-KINERJA memfokuskan dukungannya untuk optimalisasi kinerja lembaga pelayanan publik
melalui intervensi pada sisi pengguna layanan demand dan sisi penyedia layanan supply. Pada
sisi demand, yang dilakukan adalah meningkatkan kepedulian dan partisipasi aktifketerlibatan
masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah,
yang disebut sebagai insentif. Pada sisi suplai, yang dilakukan adalah meningkatkan kemampuan
pemberi layanan dalam mengelola pelayanan melalui praktik yang baik yang disebut sebagai
inovatif. Pada kedua sisi tersebut diterapkan proses tatakelola pemerintahan yang baik dengan
memfokuskan pada partisipasi, tranparansi, akuntabilitas dan responsiveness.
Berdasarkan empat unsur governance yang menjadi fokus KINERJA, maka penerapan standar
acuan yang dipakai sebagai patokan dalam penyelenggaraan kegiatantindakan merupakan
bagian dari akuntabilitas. Pemberi layanan akan memberikan pelayanan yang mencapai standar
yang ditentukan.
145
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
Pelayanan publik harus dapat dipertanggunggugatkan akuntabilitas kualitas pelayanan baik oleh pemberi
layanan maupun penerima layanan. Salah satu bentuk pelayanan publik yang akuntabilitas adalah
pelayanan yang berdasarkan standar operasional prosedur SOP. Kualitas dalam pelayanan
kesehatan dipersepsikan menurut input, proses dan ouput. Pelayanan kesehatan dengan tempat
yang mewah dan alat canggih merupakan faktor input yang sering dipersepsikan kualitasmutu
oleh pengguna layanan terutama masyarakat kelompok menengah ke atas. Sedangkan SOP
merupakan aspek kualitas dari sisi proses dimana seluruh pelayanan dilakukan sesuai dengan
standar yang diterjemahkan dalam SOP. Kepuasan, tingkat kesembuhan, dan rendahnya kematian ibu
merupakan indikator kualitas dari sisi output. USAID-KINERJA memfokuskan penguatan kualitas
pelayanan kesehatan pada aspek proses dimana SOP sebagai pendorong dari kualitas pelayanan
program Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif. Pendekatan yang inovatif dari KINERJA terhadap
SOP adalah mengembangkan pendekatan sedemikian rupa sehingga pengguna pelayanan
mengetahui hak pelayanan sesuai dengan SOP. KINERJA membantu daerah dampingan terutama
pengembangan SOP non tehnis meskipun KINERJA turut membantu daerah mengembangkan SOP
tehnis karena permintaan dari dinas kesehatan kabupatenkota.
2. Persyaratan
Standar pelayanan yang didukung oleh KINERJA sesuai dengan amanat UU No. 252009 tentang
Pelayanan Publik bahwa “Penyelenggara berkewajiban menyusun dan menetapkan standar
pelayanan dengan memperhatikan kemampuan penyelenggara, kebutuhan masyarakat, dan kondisi
lingkungan” pasal 20 ayat 1. UU tersebut juga mengamanatkan penyusunan
Standar Pelayanan Publik SPP ini dilakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat seperti
tersurat dalam pasal 20 ayat 2, dengan tidak diskriminatif, terkait langsung dengan pelayanan,
memiliki kompetensi dan mengutamakan musyawarah, dan memperhatikan keberagaman.
USAID-KINERJA juga membentuk suatu forum pada tingkat pelayanan yang disebut dengan Multi
Stakeholder Forum MSF. Kelompok masyarakat yang non pemerintah akan mewakili pihak
masyarakat dalam penyusunannya. Sehubungan kapasitas masyarakat terhadap SOP teknis sangat
rendah, maka KINERJA memfokuskan keterlibatan masyarakat pada SOP Alur Layanan.
Penyusunan standar pelayanan publik SPP harus memiliki beberapa komponen pasal 21 yaitu:
a Dasar hukum b Persyaratan
c Sistem, mekanisme, dan prosedur d Jangka waktu penyelesaian
e Biaya tarif f Produk pelayanan
g Sarana, prasarana, danatau fasilitas h Kompetensi pelaksana
i Pengawasan internal j Penanganan pengaduan, saran, dan masukan
k Jumlah pelaksana
Lampiran A - Uraian Substansi
146
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
l Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan m Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan
dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan resiko keragu-
raguan n Evaluasi kinerja pelaksana.
Sebagian dari SPP menentukan standar layanan, yaitu patokan dalam penyelenggaraan layanan,
dan sebagiannya adalah SOP, yaitu metode atau tata cara untuk pelakukan kegiatan tertentu dalam
proses pemberian layanan. Demi transparansi dalam pemberian layanan,
KINERJA mendorong fasilitas publik seperti puskesmas untuk mempublikasikan Standar
Layanan dan SOP layanan sebagaimana diamanatkan oleh UU Pelayanan Publik pasal 18,
agar masyarakat: a Mengetahui kebenaran isi standar pelayanan
b Mengawasi pelaksanaan standar pelayanan c Mendapat tanggapan terhadap pengaduan yang
diajukan d Mendapat perlindungan, danatau pemenuhan
pelayanan e Mampu melakukan advokasi dengan
memberitahukan kepada pimpinan dan penyelenggara pelayanan untuk memperbaiki
pelayanan apabila pelayanan yang diberikan f Mengadukan pelaksana yang melakukan
penyimpangan standar pelayanan danatau tidak memperbaiki pelayanan kepada penyelenggara,
pembina penyelenggara, dan ombudsman g Mendapat pelayanan yang berkualitas sesuai
dengan azas dan tujuan pelayanan.
3. Tujuan Standar Layanan dan SOP
Standar Layanan adalah standar yang menetukan kepada pemberi layanan tentang jenis pelayanan,
persyaratan pelayanan, alur layanan, waktu pelayanan, waktu menyelesaikan pelayanan,
petugas pemberi layanan, dan biaya yang mesti dibebankan, dan juga memberi informasi kepada
masyarakat sehingga masyarakat mengetahui hak-haknya terhadap layanan tersebut. Bila
Standar Layanan ditetapkan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah wajib memberi layanan yang
mencapai atau melebihi standar yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Pemerintah daerah atau
puskesmas dapat menetapkan Standar Layanan lokal bila tidak diatur oleh pemerintah pusat atau
untuk melebihi standar yang ditetapkan pemerintah pusat.
Standard Operating Procedures SOP adalah dokumen yang berisi serangkaian instruksi tertulis
yang dibakukan mengenai cara melakukan kegiatan, waktu pelaksanaan, tempat penyelenggaraan
dan aktor yang berperan dalam kegiatan. Dengan adanya prosedur tetap yang bersifat
standar ini diharapkan siapapun, kapanpun dan dimanapun kegiatan tersebut dilakukan maka
langkah-langkahnya tidak berubah sehingga akan memberikan kualitas hasil yang sama. SOP menjadi
penuntun petugas kesehatan dalam memberi pelayanan teknis yang menjadi inti pelayanan
kesehatan, yaitu menyangkut pengobatan dan
147
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
tindakan medis pada pasien, dirancang berdasarkan ilmu kesehatan, dan ditetapkan sebagai standar
nasional bahkan standar internasional, dan wajib dilaksanakan.
Pemerintah daerah juga dapat menetapkan SOP lokal sebagai instruksi tertulis yang dibakukan
mengenai cara mencapai Standar Layanan dimana tidak ada SOP nasional.
SOP dan Standar Layanan yang dimaksudkan disini berbeda dengan SPP dan SPM. SPP adalah standar
yang ditetapkan oleh pemerintah daerah sebagai standar yang harus dicapai dalam waktu tiga
tahun. SPM adalah standar minimal nasional yang ditetapkan pemerintah pusat dan yang harus dicapai
dalam waktu tertentu. Dua-duanya adalah standar yang akan tercapai sedangkan SOP dan Standar
Layanan yang dibahas disini adalah standar yang wajib dilaksanakan sekarang.
4. Manfaat Standar Layanan dan SOP
Standard Operating Procedures sangat tepat diterapkan pada aktivitas organisasi yang cenderung
bersifat rutin, berulang, serta menghendaki adanya keputusan yang terprogram guna melayani
pelanggannya, misalnya proses pendaftaran pasien, proses pemeriksaan laboratorium, proses pelayanan
obat, dan sebagainya. Dengan penerapan SOP secara konsisten maka semua kegiatan organisasi
memiliki pedoman penyelenggaraan kegiatan yang merupakan suatu kebijakan yang komprehensif
dalam peningkatan pelayanan dan kinerja organisasi.
Di sisi lain, pelaksanaan SOP dan standar pelayanan jugasekaligusmemberi umpan balik
feedback guna penyesuaian antara kondisi yang dipersyaratkan dengan kondisi riil yang ada guna
mencapai kinerja individu dan kinerja organisasi yang lebih baik. Umpan balik tersebut diberikan
kepada instansi yang menetapkan standar tersebut, agar dijadikan sebagai langkah perbaikan kinerja
pelayanan dan kinerja organisasi berdasarkan konsep manajemen kinerja.
Berbagai manfaat Standar Layanan dan SOP yang digunakan dalam organisasi diantaranya adalah
sebagai berikut: 1. Sebagai standarisasi cara atau tindakan
sehingga kapanpun kegiatan tersebut dilaksanakan dan oleh siapapun, akan
memperoleh hasil yang sama 2. Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian
3. Meningkatkan eisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas
4. Memberikan informasi mengenai beban tugas yang dipikul oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya. 5. Sebagai instrumen yang dapat melindungi
pegawai dari kemungkinan tuntutan hukum karena tuduhan penyimpangan
6. Membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada intervensi manajemen,
sehingga akan mengurangi keterlibatan pimpinan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
7. Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas 8. Menjamin konsistensi pelayanan kepada
masyarakat, baik dari sisi mutu, waktu dan prosedur
Lampiran A - Uraian Substansi
148
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
9. Memberikan informasi mengenai kualiikasi kompetensi yang harus dikuasai oleh pegawai
dalam melaksanakan tugasnya 10. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas.
5. Penyusunan SOP
SOP masih dapat dibuat bila Kementerian Kesehatan belum membuatkan SOP terhadap
suatu jenis kegiatan atau tindakan, sehingga daerah dapat melakukan penyeragaman terhadap sebuah
tindakan kesehtaan.
5.1 Langkah Penyusunan SOP
Pada umumnya langkah langkah yang dipergunakan dalam penyusunan SOP pada
tingkat lokal adalah sebagai berikut:
a Penetapan TopikJudul
Judul hendaknya merepresentasikan tujuan dari pada kegiatan. Penulisan judul jangan
terlalu panjang. Misalnya: • SOP penerimaan pasien di loket
Puskesmas • SOP penanganan pengaduan
• SOP pemeriksaan kehamilan • SOP inisiasi menyusu dini
• SOP persalinan normal.
b Penetapan Tujuan
Tentukan tujuan topik untuk tiap SOP. Dalam penulisan tujuan, dapat menggunakan istilah
SMART speciic, measurable, achievable,
relevant dan timely , yaitu spesiik, dapat
diukur, dapat dicapai, relevan, dan tepat waktu.
c Menentukan Kegiatan Inti Dalam Mencapai Tujuan
Identiikasi kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan di atas. Kegiatan
tersebut haruslah sedetail mungkin, karena yang kita laksanakan bersifat tindakan
operasional.
d Menentukan Waktu Masing-masing Kegiatan Inti
Perhitungkan waktu yang dipergunakan untuk melaksanakan setiap langkah
kegiatan.
e Menetapkan Urutan Kegiatan Inti
Periksa kembali urutan kegiatan yang seharusnya, jangan sampai ada kegiatan
yang mendahului kegiatan yang seharusnya dilakukan kemudian. Urutan kegiatan harus
bersifat pasti dan tetap.
f Mengeliminasi Kegiatan Yang Tidak Perlu
Hilangkan kegiatan kegiatan yang tidak diperlukan, karena dapat mengakibatkan
penyimpangan pencapaian tujuan.
g Menggambarkan Flow Chart Diagram
Aliran
Prosedur yang memiliki beberapa keputusan dapat dipresentasikan dalam
lowchart diagram aliran yang merupakan bagan
yang menggambarkan urutan kegiatan atau keputusan, atau aliranorang atau barang