Hasil Capaian KINERJA Rekomendasi untuk Replikasi

5 www.kinerja.or.id Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

3. Keberlanjutan Program

Inisiatif yang sudah dilakukan oleh KINERJA di daerah dan puskesmas mitra perlu keberlanjutan dan perbaikan yang berkesinambungan dengan dukungan penuh pemerintah daerah. Perubahan melalui pendekatan governance KINERJA yang telah dicapai saat ini dengan melakukan replikasi atas dukungan dana APBD di minimal 5 daerah dan 38 puskesmas adalah awal dari penguatan tiga pilar governance yang dapat dijadikan sebagai stimulan dan menjadi tempat pembelajaran bagi puskesmas lain baik yang berada di wilayah mitra maupun di luar daerah mitra.

4. Lingkup Dokumen ini

Dokumen ini terdiri atas 4 bab dengan ringkasan eksekutif memuat tentang tujuan dan keberhasilan KINERJA selama 2 tahun pendampingan. Bab 1 menampilkan pendekatan umum proyek, bentuk dukungan inisiatif di sektor kesehatan, dan prinsip KINERJA dalam tata kelola IMD dan ASI Eksklusif. Bab 2 menje las- kan pengalaman KINERJA dalam mendukung tata kelola IMD dan ASI Eksklusif, tahapan dalam memulai inisiatif di daerah, pengaturan pekerjaan, sampai pada proses kerja dan perubahan yang dihasilkan. Bab 3 berisikan tantangan yang dihadapi serta strategi untuk mencapai sukses. Bab 4 memuat rekomendasi kepada berbagai pihak untuk replikasi dan scaling up baik dalam daerah mitra maupun di luar daerah.

5. Rekomendasi

a Kepada Pimpinan Daerah Pendekatan governance KINERJA dengan memperkuat supply dan demand side terbukti meningkatkan perbaikan layanan publik dalam waktu 1-2 tahun pendampingan. Pendekatan ini dapat direplikasi dan scaling up ke dalam program dan layanan publik lainnya di dinas kesehatan secara bertahap sesuai ketersediaan anggaran daerah. Pendekatan ini juga dapat di scaling up di semua layanan publik lainnya dengan memperjelas peran unit layanan, MSF, dan OMP, sedangkan fungsi LPSS dapat juga digantikan oleh manajemen tingkat 3 atau 4 dari sektor teknis bila pendanaan daerah terbatas. Seri pembelajaran ini membutuhkan hal-hal mendasar yaitu 1 komitmen yang tinggi dari Bupati Walikota, DPRD dan Dinas Kesehatansektor teknis, 2 waktu pendampingan untuk pembentukan dan pendampingan MSF sebaiknya 2-3 tahun, 3 untuk meningkatkan dinamika tatakelola pelayanan publik dibutuhkan inovasi dan insentif yang kreatif bagi pemberi dan penerima layanan, 4 dengan koordinasi dan monitoring kuat antara Dinas Kesehatan dengan penyedia layanan kesehatan swasta, 5 mendorong peran sektor pemerintah dan swasta dalam menyediakan fasilitas Pojok ASI beserta konselornya di 6 Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif www.kinerja.or.id tempat kerja dan fasilitas umum, dan 6 mendorong peran media lokal untuk konsisten menjadi relawan pengawas independen dalam kampanye IMD dan ASI Eksklusif. b Kepada Calon Organisasi Mitra Pelaksana Kepada OMP yang melakukan advokasi terhadap layanan publik yang berpihak kepada masyarakat marginal dan rentan, perubahan pelayanan publik dengan penguatan kebijakan lokal, pemberi layanan, dan penerima layanan terbukti cost effective, dan mampu mempercepat dan memperkaya gerakan multi unsur dalam komunitas. Mengadopsi dan mengadaptasi materi, alat, dan bahan yang sudah dikembangkan KINERJA sebagai pendekatan program dibidang lain replikasi dan scaling up menjadi pilihan yang terbukti “membuat perubahan positif” dalam waktu 1 – 2 tahun pendampingan. Kunci keberhasilan dari 2 tahun pendampingan tersebut terjadi karena 1 dilakukannya penguatan personil OMP dengan pendekatan governance KINERJA diawal dan berkesinambungan selama proses pendampingan, yang dapat diperkuat oleh pihak universitas, lembaga diklat, dan Local ChampionSTTA; 2 memilih gerakan masyarakat yang sudah mengakar dan aktif di masyarakat. c Kepada Lembaga Diklat Lembaga yang melakukan pelatihan Diklat serta universitas direkomendasikan untuk memasukkan pendekatan governance KINERJA ke dalam kurikulum Diklat dan atau materi pelatihan dengan perspektif gender yang kuat. Mengadopsi dan mengadaptasi materi, alat, dan bahan yang sudah dikembangkan KINERJA ke dalam bahan ajar Diklat yang sudah ada sebagai inovasi Diklat. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan yang sesuai standard dan SOP nasional menjadi kebutuhan yang bersifat segera dan menyeluruh.