PENERAPAN KOMBINASI MODEL STAD DAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN DASAR KOMPETENSI KEJURUA
commit to user
PENERAPAN KOMBINASI MODEL STAD DAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR
SISWA DALAM MATA PELAJARAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN
SKRIPSI
Oleh :
AFIQ YULI SUGIYANTO K 2503013
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
(2)
ABSTRAK
Afiq Yuli Sugiyanto. PENERAPAN KOMBINASI MODEL STAD DAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Juli 2010.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : (1) Meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan dengan penerapan pembelajaran kombinasi model STAD dan Jigsaw; (2) Meningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan dengan penerapan pembelajaran kombinasi model STAD dan Jigsaw; (3) Mengetahui bahwa dengan meningkatnya kreativitas belajar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam tiga siklus, masing-masing siklus terdiri dari: (1) Perencanaan tindakan, (2) Pelaksanaan tindakan dan observasi, dan (3) Refleksi. Subyek pelaksana tindakan dalam penelitian ini adalah peneliti dan guru mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan, sedangkan siswa kelas X Teknik Otomotif Kendaraan Ringan SMK At Taqwa Muhammadiyah Miri Sragen sejumlah 31 siswa sebagai subyek penerima tindakan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa (1) Penerapan kombinasi model STAD dan Jigsaw dalam mata pelajaran dasar kompetensi kejuruan dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa dari rata-rata persentase ketiga aspek pengamatan tiap siklusnya yaitu 34.41% pada pra siklus, 43.01% siklus I, 54.84% siklus II dan 74.19% pada siklus III. Aspek kreativitas belajar siswa tersebut adalah mengemukakan ide, merumuskan ide baru dan mengembangkan ide. (2) Penerapan kombinasi model STAD dan Jigsaw dalam mata pelajaran dasar kompetensi kejuruan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditinjau dari jumlah siswa memperoleh nilai di atas batas minimal (KKM) yaitu 7.00 dalam satu kali tes dari 19.53% pada siklus I, menjadi 51.61% pada siklus II dan pada siklus III meningkat menjadi 74.19%. (3) Meningkatnya kreativitas belajar secara tidak langsung memberikan pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar, dengan kreativitas yang meningkatkan maka prestasi belajar siswa juga meningkat. Hal ini ditunjukkan dari kecocokkan hasil pengamatan aspek kreativitas dengan hasil tes.
(3)
commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu negara didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas baik. Untuk meningkatkan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan salah satu cara yaitu memperbaiki mutu pendidikan sehingga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi seperti sekarang ini dapat dikuasai dengan baik. Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan secara formal, non formal dan keluarga. Proses belajar dapat berjalan dengan baik apabila tujuan instruksional yang telah ditetapkan dapat tercapai secara optimal. Peningkatan kualitas proses dan hasil belajar siswa perlu diupayakan agar diperoleh pendidikan yang berkualitas baik. Maka hal ini perlu mendapatkan perhatian, penanganan dan prioritas baik pemerintah, keluarga maupun pengelola pendidikan.
Pendidikan merupakan masalah yang menarik untuk dibahas karena melalui usaha pendidikan diharapkan tujuan pendidikan akan tercapai. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai dalam pembangunan sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea IV adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan peningkatan, penyempurnaan serta perubahan sistem pendidikan nasional yang berorientasi pada peningkatan kualitas hasil pendidikan.
Perubahan sistem pendidikan, program kurikulum, strategi belajar mengajar, sarana dan prasarana pendidikan dapat memberi pengaruh pada perkembangan siswa baik akademis, sosial maupun pribadi sehingga diperlukan penyesuaian diri. Pendidikan dimaknai sebagai ilmu yaitu ilmu mengajar yang sangat dekat dengan dikdatik dan metodik. Dikdatik maupun metodik adalah ilmu tentang bagaimana cara mengajar. Pendidikan sesungguhnya merupakan proses mengantarkan peserta didik sebagai warga negara masyarakat yang harus beridentitas dan dapat diterima di masyarakat.
(4)
commit to user
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam proses ini perubahan tidak terjadi sekaligus, tetapi terjadi secara bertahap tergantung pada faktor-faktor pendukung belajar yang mepengaruhi siswa. Faktor-faktor ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu Faktor-faktor intern dan Faktor-faktor ekstern. Faktor intern merupakan faktor yang berhubungan dengan segala sesuatu yang ada pada diri siswa yang menunjang pembelajaran seperti intelegensi, bakat, kemampuan motorik panca indera dan skema berpikir. Sedangkan faktor ekstern merupakan hubungan segala sesuatu yang berasal dari luar diri siswa yang mengkondisikannya dalam pembelajaran seperti pengalaman, lingkungan sosial, metode belajar mengajar, strategi belajar mengajar, fasilitas mengajar dan dedikasi guru. Kemampuan siswa dalam berfikir berpengaruh besar pada peningkatan kreativitas dan prestasi belajar siswa.
Belajar aktif sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Belajar satu arah atau siswa pasif hanya menerima dari guru dengan tidak adanya interaksi aktif akan memungkinkan siswa untuk cepat melupakan apa yang telah dipelajari, oleh sebab itu diperlukan perangkat yang dapat mengikat informasi yang telah diterima siswa kemudian menyimpannya dalam otak. Belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran mempunyai beberapa kelemahan, sehingga diperlukan suatu pembelajaran yang dapat mengurangi kelemahan pembelajaran sederhana tersebut dengan menerapkan model pembelajaran aktif. Belajar aktif yang dimaksud adalah dengan memperbanyak interaksi siswa untuk memicu diterimanya informasi secara lebih baik dan tersimpan dalam otak dalam waktu yang lama.
Belajar diperlukan model yang sesuai dengan keadaan siswa agar materi pelajaran dapat diserap secara maksimal khususnya dalam belajar mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan. Menurut sebagian siswa bila ditanya mengenai mata pelajaran yang paling sulit dan tidak disenangi khususnya pada kompetensi otomotif adalah Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan karena materinya yang banyak mengulas tentang dasar dasar mesin dengan sedikit kegiatan praktek dan sebagian besar terdapat pokok bahasan perhitungan dengan rumus seperti halnya dalam
(5)
commit to user
matematika dan fisika yang digabungkan menjadi satu. Menurut sebagian besar guru, mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan adalah ilmu pasti yang jika dipelajari pastilah lebih mudah dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain seperti ilmu sosial. Dalam belajar mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan siswa dituntut untuk dapat menyerap dan memahami materi pelajaran dengan berbagai macam cara penyampaian dan ini akan membuat siswa lebih kreatif dalam berpikir.
Menurut Rahma Febriyanti (2007), bahwa belajar mengajar yang menumbuhkan gagasan kreatif anak dapat dilaksanakan melalui penciptaan lingkungan kelas yang merangsang belajar kreatif dan mengajukan pertanyaan. Penciptaan lingkungan kelas yang merangsang belajar kreatif dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka dan memasukkan aspek kehidupan sehari-hari yang masih berhubungan dengan materi, pengaturan fisik tempat atau lokasi pembelajaran dengan menyesuaikan kebutuhan materi pembelajaran, serta menciptakan kesibukan di dalam kelas yang mengasyikkan dengan memberikan keleluasaan pada siswa untuk bereksplorasi.
Kreatifitas siswa dalam berpikir dipengaruhi oleh kondisi dalam kelas. Di kelas siswa cenderung hanya mengikuti apa yang ditulis oleh guru jadi siswa kurang kreatif, selain itu sebagian guru hanya memberikan penjelasan yang sama dan hanya diulang-ulang. Siswa kurang berani mengemukakan gagasannya karena kebanyakan siswa menganggap bahwa cara belajar yang paling benar adalah menerapkan seperti apa yang disampaikan oleh guru. Anggapan yang salah ini membuat siswa takut mengemukakan gagasannya.
Pengamatan awal diperoleh hasil yang selanjutnya dijadikan sebagai acuan melakukan sebuah penelitian berbasis tindakan kelas. Pengamatan awal dilaksanakan saat tugas mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan At Taqwa Muhammadiyah Miri selama lebih dari dua tahun. Hasil pengamatan tersebut adalah prestasi siswa dalam belajar mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan masih sangat kurang. Hal ini ditunjukkan berdasarkan nilai ulangan harian siswa yang masih banyak di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 7,0 dengan presentase lebih dari 76% pada tiap
(6)
commit to user
kompetensi dasar. Nilai ulangan tengah semester, ulangan akhir semester juga menunjukkan hasil yang rendah sehingga guru selalu melaksanakan program remidi maupun pengayaan.
Prestasi belajar rendah dipengaruhi beberapa hal diantaranya; motivasi belajar siswa untuk lebih memperbaiki keadaan atas diri sendiri maupun kelompok secara sadar tanpa paksaan masih kurang. Kreativitas belajar siswa kurang dikembangkan oleh guru dalam proses pembelajaran dimana siswa hanya pasif mendengar maupun menerima arahan dari guru tanpa adanya interaksi timbal balik yang aktif. Pengaruh faktor sosial dan ekonomi siswa yang mayoritas dari keluarga kurang mampu dan tidak mampu serta lingkungan sosial kemasyarakatan daerat tempat tinggal siswa tidak mendukung pembentukan karakter awal anak. Model pembelajaran guru yang kurang tepat sehingga pelaksanaan pembelajaran hanya terjadi satu arah dari guru ke siswa. Instansi sekolah yang sedang berkembang memberi dampak atas tingkat kepercayaan masyarakat luasyang masih rendah sehingga jumlah siswa relatif sedikit dan terbatasnya pengambangan sarana prasarana.
Melalui penelitian ini akan diketahui faktor yang mempengaruhi kreativitas siswa. Selain itu, diketahui cara meningkatkan kreativitas belajar tersebut dan model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai sarana meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan. Penelitian tentang upaya peningkatan kreatifitas siswa dalam belajar dan prestasi belajar mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan melalui penerapan kombinasi model pembelajaran STAD dan Jigsaw sangat penting dan perlu dilakukan. Guru diharapkan dengan ini dapat mengajar dengan lebih baik dan prestasi belajar siswa lebih meningkat.
B. Identifikasi Masalah
Kegiatan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah tindakan guru untuk membantu siswa berpikir secara kreatif dalam menyelesaikan permasalahan dalam belajar mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan
(7)
commit to user
Ringan dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Kombinasi model pembelajaran STAD dan Jigsaw merupakan cara untuk menyelasaikan permasalahan berdasarkan ide yang diperoleh siswa dari kata kunci yang ada dalam permasalahan. Siswa dituntut memahami aturan model pembelajaran yang digunakan dan materi yang disampaikan kemudian menentukan cara menyelesaikan permasalahan secara mandiri, atau dengan strategi tertentu dan kreativitas siswa sendiri.
Masalah belajar siswa dalam proses belajar mengajar diuraikan dalam latar belakang diatas. Masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :
1. Prestasi belajar siswa sampai saat ini belum sesuai harapan.
2. Siswa merasa bosan, sulit dan bingung dalam menerima pembelajaran.
3. Kreativitas siswa dalam belajar masih kurang.
4. Kemampuan hitung siswa pada materi hitungan sangat lemah.
5. Cakupan materi mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif
Kendaraan Ringan yang sangat luas.
6. Guru dalam memberikan metode mengajar masih monoton dan kurang
bervariasi.
7. Penerapan pendekatan pembelajaran yang belum sesuai.
8. Dominasi guru dalam pembelajaran sangat tinggi dan pengorganisasian siswa
cenderung searah.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalahan pada penelitian bertujuan agar masalah yang dibahas lebih terperinci dan tidak komplek. Pembatasan permasalahan juga bertujuan agar penelitian tercapai tepat sasaran dengan baik dan sesuai harapan. Adapun pembatasan permasalahan tersebut adalah :
1. Kreativitas belajar siswa kurang.
2. Prestasi belajar siswa belum sesuai harapan.
(8)
commit to user D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah di depan dapat digunakan sebagai landasan dilaksanakannya penelitian dengan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah penerapan kombinasi model pembelajaran STAD dan Jigsaw dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam belajar mata pelajaran dasar kompetensi kejuruan teknik otomotif kendaraan ringan.
2. Apakah penerapan kombinasi model pembelajaran STAD dan Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam belajar mata pelajaran dasar kompetensi kejuruan teknik otomotif kendaraan ringan.
3. Apakah dengan meningkatnya kreativitas belajar siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian memerlukan fokus pada suatu masalah yang diharapkan dapat memperoleh jawaban yang lebih terarah untuk menghindari berbagai penyimpangan dan masalah yang terjadi dalam penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan dengan penerapan kombinasi model belajar STAD dan Jigsaw.
2. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan dengan penerapan kombinasi model belajar STAD dan Jigsaw.
3. Untuk mengetahui bahwa dengan meningtkatnya kreativitas belajar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memberikan sumbangan konseptual terutama pada pembelajaran mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan sebagai studi pembelajaran yang aplikatif. PTK
(9)
commit to user
memberikan urunan substansial kepada lembaga pendidikan formal LPTK maupun pada guru pengampu mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan di sekolah untuk meningkatkan kretifitas siswa dalam belajar mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan.
1. Secara Teoritis
Penelitian ini secara umum memberikan sumbangan kepada pembelajaran mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan, utamanya untuk meningkatkan kreativitas siswa melalui model belajar kooperatif tipe STAD dan Jigsaw. Kreativitas siswa dalam menyelesaikan permasalahan mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan sangat diperlukan agar siswa tidak tergantung hanya pada penyampaian guru dan juga untuk melatih kepercayaan diri siswa.
Penelitian ini secara khusus memberi konstribusi pada strategi pembelajaran yang lebih menekankan pada suasana belajar yang gembira dan bebas mengungkapkan gagasannya. Marpaung (2003: 2) menyatakan paradigma belajar dalam suasana untuk memecahkan masalah merupakan aspek esensial dalam pembelajaran KBK
2. Secara Praktis
Lembaga pendidikan formal LPTK dapat memanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Secara khusus bagi guru dapat digunakan sebagai pedoman untuk membangkitkan dan mengembangkan komponen kognitif siswa. Bagi siswa penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kreativitas dalam belajar dan prestasi belajar.
(10)
commit to user
8 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw a. Pengertian Pembelajaran
Menurut Dimyati dan Mudjono (1995: 157) pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Wikipedia ensiklopedia bebas (2010) menjelaskan pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat melihat perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri.
Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan formal yang didalamnya terjadi interaksi berbagai komponen yaitu; guru, isi/materi pelajaran, dan siswa. Interaksi antar ketiga komponen melibatkan sarana dan prasarana seperti metode, media dan penataan lingkungan tempat belajar sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang memungkinkan tercapainya tujuan yang diharapkan.
b. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Konsep dasar pembelajaran kooperatif adalah manusia memiliki derajat potensi, latar belakang historis serta harapan masa depan yang berbea-beda. Dasar adanya perbedaan itu,manusia dapat saling asah, asih, asuh (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang saling asah,asih dan asuh sehingga tercipta masyarakat. Belajar (learning community), siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi jujur dengan sesama siswa.
Sugiyono (2007: 10) menyatakan pembelajaran koopertif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang
(11)
commit to user
saling silih asuh untuk menghadirkan ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup bermasyarakat. Lebih lanjut, menegaskan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pendapat ini senada dengan slavin (2008: 8) dalam pembelajaran kooperatif, siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan 4 orang untuk menguasai materi yang disampaikan guru. Slavin juga
menyatakan bahwa pembelajaran konsultivisme dalam pengajaran
menerapkan pembelajaran kooperatif secara eksentif atas dasar teori siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep itu dengan temannya.
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada pembelajaran kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dan saling membantu dalam mencapai ketuntasan belajar bersama. Pembelajaran kooperatif dapat merangsang siswa untuk meningkatkan kemampuan berfikir kreatif. Siswa yang senantiasa berfikir kreatif akan menumbuhkan sikap percaya diri dan dapat menyesuaikan diri dalam kondisi lingkungan apapun.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Lilia H. (2005: 32) menyatakan bahwa di dalam pembelajaran kooperatif terdapat suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen atau unsur penting dalam pembelajaran kooperatif.
a) Saling Ketergantungan Positif
Pembelajaran kooperatif menuntut guru menciptakan suasana yang mendorong siswa agar merasa saling membutuhkan. Hubungan saling
(12)
commit to user
membutuhkan ini yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi proaktif yang
memungkinkan sesama siswa saling ketergantungan dalam
menyelesaaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan peran dan saling ketergantungan hadiah
b) Interaksi Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan peran pembelajaran untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing. Sinergi tidak dapat diperoleh dengan sendirinya, tetapi merupakan proses kelompok yang cukup panjang. Anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi. Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru tetap dengan sesama mereka.
c) Akuntabilitas Individu
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujud dalam belajar kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggota. Setiap anggota kelompok harus memberikan konstribusi demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.
(13)
commit to user
d) Keterampilan Menjalin Hubungan Antar Pribadi
Pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari guru tetapi juga dari semua siswa.
e) Komunikasi Antar Anggota
Unsur ini menghendaki agar siswa dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi karena tidak semua siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses yang panjang. Proses ini sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan membina perkembangan mental dan emosi para siswa.
f) Evaluasi Proses Kelompok
Guru perlu memberikan jadwal waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
3. Keterampilan Keterampilan Dalam Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa harus mempelajari keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dan tugas anggota kelompok selama kegiatan pembelajaran keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut adalah sebagai berikut.
a) Keterampilan Tingkat Awal
(1) Menggunakan kesepakatan, berarti menyamakan pendapatan yang berguna untuk meningkatkan kerja dalam kelompok.
(2) Menghargai konstribusi, berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan.
(14)
commit to user
(3) Mengambil giliran berbagi tugas, maksudnya adalah setiap anggota kelompok bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas atau tanggung jawab tertentu dalam kelompok.
(4) Berada dalam kelompok, adalah setiap anggota tetap dalam kelompok kerja selama kegiatan berlangsung.
(5) Berada dalam tugas, adalah meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu yang dibutuhkan.
(6) Mendorong partisipasi, adalah mendorong semua anggota
kelompok untuk memberikan konstribusi terhadap tugas kelompok.
b) Keterampilan Tingkat Menengah
Keterampilan tingkat menengah antara lain: (1) mengajukan penghargaan dan simpati; (2) mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara dapat diterima; (3) mendengarkan dengan aktif; (4) bertanya; (5) membuat rangkuman; (6) menafsirkan; dan (7) mengurangi ketegangan.
c) Keterampilan Tingkat Mahir
Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran menetapkan tujuan dan berkompromi.
d) Lingkungan Belajar dan Sistem Managemen
Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh proses demokrasi dan peran aktif siswa dalam menemukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Guru menetapkan suatu struktur tingkat tinggi dalam pembentukan kelompok dan mendefinisikan semua prosedur, namun siswa diberi kebebasan dalam mengendalikan dari waktu ke waktu di dalam kelompoknya.
c. Pembelajaran Kooperatif Model STAD
1. Pengertian pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Model kooperatif dikembangkan oleh Robert E. Slavin dan kawan-kawannya dari universitas John Hopkins. Slavin (2008: 143) menyatakan
(15)
commit to user
Student Team Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan metode yang paling baik untuk pemula bagi guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Para guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal atau tertulis.
Metode STAD merupakan metode yang menekankan kepada kerja sama kelompok untuk menyelesaikan masalah. Metode ini menempatkan siswa dalam tim belajar beranggotakan 4 atau 5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pembelajaran di kelas dengan mengkondisikan siswa bekerja dalam tim untuk memastikan seluruh anggota telah menguasai pelajaran tersebut.
Siswa membantu menuntaskan materi yang dipelajari saat belajar kelompok kepada anggota lain yang kesulitan. Guru memantau dan mengelilingi tiap kelompok untuk melihat adanya kemungkinan siswa yang memerlukan bantuan guru. Metode ini dibantu metode penelitian, penguasaan dan tanya jawab sesuai satuan pelajaran sehingga ketuntasan materi dapat terwujud.
Berdasarkan paparan di atas, dapat dikemukakan bahwa pembelajaran model STAD merupakan metode pembentukan kelompok kecil siswa secara heterogen menurut potensi, jenis kalamin dan suku untuk bekerja sama dan saling membantu dalam menuntaskan materi.
2. Prosedur Pembelajaran STAD
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompoknya untuk tujuan belajar. Setiap kelompok hendaknya memiliki anggota 4 sampai 5 orang yang beragam terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Slavin (Didik Pramuja: 2009) menyatakan bahwa langkah-langkah penerapan model STAD antara lain : (1) guru menyampaikan materi pelajaran
(16)
commit to user
atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai; (2) guru memberikan tes atau kuis kepada siswa secara individu sehingga akan diperoleh skor awal; (3) guru membentuk beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa dengan kemampuan berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) jika mungkin kelompok berasal dari ras, budaya suku yang berbeda serta keselarasan gender; (4) bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD, biasanya digunakan penguatan pemahaman materi; (5) guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari; (6) guru memberikan tes atau kuis kepada setiap siswa; (7) guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil.
Slavin (Didik Pramuja: 2009) mengemukakan tentang pemberian penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar dari mulai dasar (awal) ke nilai kuis atau tes setelah siswa bekerja dalam kelompok. Pengakuan dari guru merupakan salah satu cara untuk memberikan motivasi kepada siswa untuk melakukan kompetisi yang positif.
3. Komponen Utama dan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Slavin (2008: 143) menyampaikan penjabaran STAD terdiri dari 5 komponen utama antara lain:
a) Presentasi Kelas, materi dalam STAD pertama-pertama diperkirakan dalam preentasi di dalam kelas. Hal ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaranyang dipimpinoleh guru,tetapi bisa juga memasukkan presentasia audio visual.Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD.
b) Tim, tim terdiri atas 4 atau 5 orang siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik,jenis kelaminras etnik.
(17)
commit to user
c) Kuis, kuis individual diberikan setelah guru memberikan presentasi dan dan sekitar satu atau dua periode pratikkum.
d) Skor Kemajuan Individual, gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya.
e) Rekognisi Tim, tim akan mendapatkan sertifikat atau butuh
penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.
d. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw
Teknik Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya tahun 1970-an, dimana seluruh pelajaran dapat distrukturisasikan dengan mudah (Aronson & Patnoe: 1997). Model pembelajaran jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil kolaboratif. Daniel Muijs & David Reynolds (2008: 81) mengemukakan bahwa penggunaan kerja kelompok kecil kolaboratif selama bagian review dan bagian praktek pelajaran adalah salah satu pendekatan alternatif untuk praktek individual di dalam pelajaran dengan metode pengajaran langsung yang pada akhir-akhir ini banyak menarik minat penelitian di negara-negara seperti misalnya Amerika Serikat
Penggunaan kerja kelompok kecil ditemukan memiliki sejumlah keuntungan dibanding praktik individual. Keuntungan utama kerja kelompok kecil tampaknya terletak pada aspek-aspek kooperatif yang dapat dibantu pengembangannya. Model belajar jigsaw dapat memberikan konstribusi dalam hal pengembangan keterampilan sosial siswa. Hisyam Zaini, Bermawy Munthe & Sekar Ayu Aryani (2008: 56) mengemukakan bahwa kelebihan model jigsaw dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain. Dengan model ini mengharuskan siswa bekerja dengan siswa lain yang dapat mengembangkan kemampuan empatik
(18)
commit to user
mereka dengan memberikan kesempatan untuk melihat sudut pandang orang lain. Hal inilah yang dapat membantu siswa untuk menyadari bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan, serta dapat membantu siswa untuk menemukan solusi dari suatu masalah yang terdapat dalam kelompok kerja. Model belajar jigsaw dapat mengembangkan keterampilan seperti kebutuhan untuk mengakomodasi pandangan orang lain.
Daniel Muijs & David Reynolds (2008: 83) mengemukakan bahwa sejumlah studi menemukan kerja kelompok kecil bersifat saling menghormati dan inklusif, dan berhubungan negatif dengan prestasi bila interaksi kelompok tidak saling menghormati atau tidak setara. Dengan demikian bahwa pembelajaran menggunakan model jigsaw harus mendapatkan perhatian lebih dari guru dengan mengamati, memfasilitasi dan menjaga interaksi kerja kelompok dari siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan agar ketuntasan belajar dapat tercapai. Proses pembelajaran dengan model jigsaw akan lebih maksimal dengan menggabungkan model belajar yang lain.
Dari paparan yang telah disampaikan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah pembelajaran dengan membentuk kelompok kerja kecil dengan melibatkan siswa untuk secara aktif menggali materi yang diberikan guru lebih mendalam. Dengan pembelajaran kooperatif model jigsaw, siswa akan lebih terbuka pemikirannya dengan memahami sudut pandang atau pemikiran orang lain. Dengan ini pula kemampuan siswa menyampaikan informasi atau presentasi dengan orang ahli dapat tercipta dan menigkat.
2. Mekanisme Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Jigsaw bekerja dengan membagi kelas menjadi kelompok-kelompok yang masing-masing beranggotakan lima sampai enam siswa. Model belajar jigsaw menuntut adanya keragaman anggota kelompok berdasarkan tingkat prestasi, jenis kelamin dan tingkat keterampilan yang merata (heterogen). Pembagian kelompok mula yang selanjutnya dinamakan kelompok awal dengan anggota sejumlah materi yang akan diberikan. Sebagai contoh jumlah
(19)
commit to user
siswa sebanyak 40 orang kemudian dibagi menjadi 8 kelompok dengan beranggotakan masing-masing kelompok adalah 5 orang, sehingga guru harus menyiapkan sebanyak 5 materi berbeda yang kemudian membagikan ke setiap kelompok.
Kelompok awal yang beranggotakan 5 orang tersebut menerima 5 materi berbeda sekaligus dan membagikan kepada anggota kelompok yang kemudian untuk dikirim ke kelompok ahli. Kelompok ahli terdiri atas siswa atau anggota masing-masing kelompok yang telah dikirim kelompoknya untuk mempelajari dan mengembangkan materi yang sama dengan anggota kelompok yang lain. Dalam kelompok ahli siswa mendiskusikan materi yang sama. Diskusi dalam kelompok ahli dilakukan dengan harapan siswa dapat bertukar informasi dan pemahaman atas materi yang dipelajari.
Setelah selesai melakukan diskusi siswa kembali pada kelompok awal mereka dan menyampaikan materi yang telah dipelajarinya dalam kelompok ahli kepada anggota kelompok awal yang lain. Demikian juga dengan anggota kelompok awal yang lain dengan materi berbeda, menyampaikan informasi yang telah mereka peroleh dalam kelompok ahli kepada anggota yang lain. Daniel Muijs & David Reynolds (2008: 89) dalam Effective Teaching mengemukakan bahwa dengan mendiskusikan temuan-temuan kepada anggota lain dalam belajar memastikan bahwa kualitas informasi yang ditemukan oleh anggota lain akan bertambah, dan juga menjadikan siswa untuk berlatih melakukan presentasi dengan para ahli lain.
Proses akhir pembelajaran jigsaw dilakukan penarikan kesimpulan dengan melibatkan seluruh komponen pembelajaran agar tercapai kesepakatan atas materi yang telah dipelajari. Guru dapat memberikan masukan atau tambahan informasi dengan penyampaian yang lebih menarik sehingga kesulitan yang ditemukan siswa dapat terpecahkan dengan baik. Pemecahan masalah dan pengecekan tingkat pemahaman siswa dapat dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan materi yang telah dipelajari.
(20)
2. Kreativitas Belajar Siswa a. Pengertian Kreativitas
Istilah kreatifitas berasal dari bahasa inggris yaitu to creative yang dapat diterjemahkan dengan istilah mencipta yang berarti mengarang atau membuat sesuatu yang berbeda bentuk susunan atau gayanya dari pada yang lazim dikenal orang banyak. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 760), “Kreativitas” diartikan sebagai 1. kemampuan untuk mencipta, daya cipta, 2. perihal berkreasi. Sedangkan kreasi sendiri adalah hasil buah pikiran atau kecerdasan akal manusia.
Beberapa pakar memberikan pendapatnya tentang definisi kreativitas berdasarkan empat P yaitu :
1) Definisi Pribadi
Ditinjau dari aspek pribadi, kreativitas muncul dari interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya. Faktor pribadi yang kreatif menurut Roger (Tyas: 2010) adalah keterbukaan kepada pengalaman, kemampuan untuk memberikan penilaian secara internal sesuai dengan lokus pribadinya, dan kemampuan untuk secara spontan bereksplorasi bermain dengan elemen-elemen dan konsep-konsep.
Definisi tentang kreativitas diberikan dalam “three-facet model of creativity” menjelaskan “kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis : intelegensi, gaya kognitif dan kepribadian atau motivasi. Kemampuan tersebut membantu memahami apa yang melatarbelakangi individu yang kreatif”.
Intelegensi meliputi : kemampuan verbal atau bahasa, pemikiran lancar, pengetahuan, perencanaan, perumusan masalah, penyusunan strategi, representasi mental, keterampilan pengambilan kesimpulan dan keseimbangan serta integrasi intelektual secara umum.
Gaya kognitif atau intelektual dari pribadi yang kreatif menunjukkan kelonggaran dari keterikatan pada konvensi menciptakan sendiri, melakukan hal-hal dengan caranya sendiri, menyukai masalah yang tidak terlalu struktur, senang menulis, merancang, lebih tertarik pada jabatan yang kreatif seperti pengarang, saintis, artis atau arsitek.
(21)
commit to user
Dimensi kepribadian atau motivasi meliputi ciri-ciri seperti fleksibilitas, toleransi terhadap kedwiartian, dorongan untuk berprestasi dan mendapat pengakuan, keuletan dalam menghadapi rintangan, dan pengambilan resiko yang moderat.
2) Definisi Proses
Ditinjau sebagai proses, menurut Torrance (Tyas: 2010) kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai, dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyaipaikan hasil-hasilnya. Langkah-langkah proses kreatif menurut Wallas (Tyas: 2010) yang banyak diterapkan dalam pengembangan kreativitas meliputi : tahap persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi.
3) Definisi Produk
Definisi produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreativitas adalah sesuatu yang baru, orisinil, dan bermakna. Menurut Munandar (Tyas: 2010) menyatakan bahwa suatu karya cipta pada hakikatnya tidaklah baru sama sekali tetapi merupakan pengembangan atau kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya..
4) Definisi Press
Kategori keempat dari definisi dan pendekatan terhadap kreativitas menekankan faktor “press” atau dorongan, baik dorongan internal (dari diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif) maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang tidak menghargai imajinasi atau fantasi, dan menekankan kreativitas dan inovasi. Kreativitas juga tidak berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan konformitas dan tradisi, dan kurang terbuka terhadap perubahan atau perkembangan baru. Utami Munandar (2004: 20) mengungkapkan bahwa “kreativitas dapat pula ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungan yang mendorong (press) individu ke perilaku kreatif”.
(22)
commit to user
Pengertian tentang kreativitas dijelaskan lebih lengakap adalah berikut di bawah ini.
1) Kreativitas ditinjau dari segi pribadi
Kreativitas merupakan ungkapan unik dari keseluruhan kepribadian sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya, dan yang tercermin dalam pikiran, perasaan, sikap atau perilakunya. Seorang individu yang kreatif mempunyai sifat yang mandiri. Dirinya tidak merasa terikat pada nilai-nilai dan norma-norma umum yang berlaku dalam bidang keahliannya.
2) Kreativitas sebagai proses
Torrance (Utami Munandar: 2004: 27) mengemukakan bahwa “Kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya”.
3) Kreativitas sebagai produk
Menurut Stein (Tyas: 2010) mengemukakan bahwa suatu produk baru dapat disebut kreatif jika mendapat pengakuan (penghargaan) oleh masyarakat pada waktu tertentu. Kriteria untuk produk kreatif adalah :
a) Produk itu harus nyata (observable). b) Produk itu harus baru.
c) Produk itu adalah hasil dari kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan suatu individu yang dapat melahirkan sesuatu yang unik, baru atau suatu gagasan ataupun obyek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru dan original dalam interaksi dengan lingkungannya.
b. Pengertian Belajar
Disadari atau tidak setiap orang pasti telah melakukan proses belajar dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian belajar. Slametto (2003: 2) mengatakan bahwa “Belajar merupakan
(23)
commit to user
suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”. Selain itu Slametto juga mengungkapkan bahwa “Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sehingga hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Purwoto (2003: 21) berpendapat bahwa “Belajar adalah proses yang berlangsung dari keadaan tidak tahu menjadi lebih tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dari pasif menjadi aktif, dari tidak teliti menjadi teliti dan seterusnya. Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan kepada suatu tujuan, proses berbuat melalui pengamatan, melihat, memahami sesuatu yang dipelajari.
Kesimpulan pengertian belajar seperti yang telah diuraikan di atas adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu melalui interaksi manusia dengan lingkungan sekitarnya untuk menyampaikan ekspresi sebagai kreasi yang dapat menghasilkan perubahan dari keadaan semula yang kurang mendapat apresiasi menjadi lebih baik dan mendapat pengakuan tertinggi.
c. Kreativitas Dalam Belajar
Belajar adalah sebuah aktivitas yang meliputi, aktivitas berbuat, bertingkah laku dan melakukan kegiatan. Manusia yang dibakali akal dan pikiran sehingga dalam aktivitasnya memiliki kemampuan untuk menggunakan dan mengembangkan akalnya untuk bereaksi danmencipta. Peranan kreativitas pada proses belajar sangat penting dalam rangka memberikan makna dan hasil belajar sehingga mendapatkan prestasi yang optimal.
Menurut Arden N. Frandsen (Sumadi Suryabrata: 1995: 253) menyatakan bahwa hal-hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah sebagai berikut : 1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia luas;
(24)
3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-teman;
4. Adanya keinginan untuk memperbaiki keadaan;
5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran;
6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar.
Utami Munandar (1982: 132) menyatakan bahwa “Anak yang masuk kategori kreatif pada umumnya mempunyai inisiatif yang tinggi untuk memperbaiki segala sesuatu, sehingga menjadi lebih baik dan memuaskan”. Anak kreatif selalu menunjukkan perkembangan pemikiran yang sangat jelas, yaitu dengan adanya pemikiran-pemikiran dan perbuatan dalam menyikapi hal-hal baru. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu hal yang mendorong manusia untuk belajar adalah adanya sifat kreatif dalam diri dan keinginan untuk maju. Selain itu, manusia yang kreatif selalu berusaha untuk memberi makna pada proses belajarnya dan tidak pernah merasa takut pada kesalahan dan kegagalan. Keinginan yang tinggi untuk segera bangkit dan belajar dari kegagalan dan mendorong pada pencapaian prestasi yang memuaskan. Kreativitas yang meningkat pada diri seseorang terlihat dengan bertambahnya hasil kreasi sebagai produk pikirannya. Kematangan berpikir dalam memecahkan setiap permasalahan akan dihadapi dengan mudah, sehingga setiap orang yang mempunyai tingkat kreativitas tinggi akan sangat mudah menginterpretasikan dirinya di lingkungan masyarakat dengan sikap dan tingkah laku yang fleksibel dan dinamis namun tetap pada prinsip pribadi.
3. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar
Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar dan hasil belajar ini dapat dilihat dari prestasi belajar siswa yang diperoleh. Melalui proses belajar mengajar yang efektif diharapkan siswa memperoleh prestasi belajar yang memadai. Alur penjelaan dari apa dan bagaimana prestasi belajar tersebut perlu terlebih dahulu ditelaah arti dan maknanya.
(25)
commit to user
Prestasi belajar terdiri dari kata “Prestasi” dan “Belajar”. Prestasi mempunyai arti hasil usaha, yang mana kata prestasi itu sendiri merupakan kata serapan yang dibakukan dari kata prestatie yang berasal dari bahasa Belanda. Fungsi prestasi belajar dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang kepuasan hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari institusi pendidikan.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan sebagai indikator terhadap daya serap atau kecerdasan.
Suharsimi Arikunto (1998: 36) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah manusia yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Prestasi merupakan kegiatan-kegiatan yang telah dikerjakan dan diciptakan secara individu maupun kelompok.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1126-1127) dinyatakan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.
Penilaian yang diberikan dalam prestasi belajar diperlukan untuk melakukan evaluasi atas kegiatan yang selama ini dilaksanakan. Sehingga proses belajar mengajar yang menggunakan sistem tertentu dapat diketahui bagaimana hasilnya. Prestasi bagi siswa merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam hal belajar khususnya, karena nilai yang dicapai dalam proses belajar adalah prestasi yang dapat dilihat secara nyata.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa digolongkan menjadi dua golongan utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
(26)
1) Faktor internal
Faktor yang datangnya dari dalam diri masing-masing individu yang meliputi :
a. Faktor Biologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan jasmani siswa yaitu kesehatan dan cacat badan.
b. Faktor Psikologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan
keadaan tingkah laku, kejiwaan dan pikiran siswa antara lain intelegensi, perhatian, minat, bakat dan emosi.
2) Faktor eksternal
Merupakan faktor pengaruh yang datangnya dari luar diri individu, meliputi :
a. Lingkungan Sekolah
(1). Metode mengajar yang digunakan.
(2). Alat pelajaran sekolah. (3). Suasana kelas.
(4). Kemandirian Siswa. (5). Kurikulum pendidikan.
b. Lingkungan Keluarga
(1). Faktor orang tua. (2). Faktor suasana rumah. (3). Faktor ekonomi keluarga.
Suharsimi Arikunto (1990: 21) menyatakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu; 1). Faktor Internal meliputi faktor biologis yaitu usia, kematangan, kesehatan dan faktor psikologis yaitu minat, motivasi dan suasana hati. 2). Faktor Eksternal meliputi faktor manusia yaitu lingkungan di keluarga, sekolah, masyarakat dan faktor non-manusia yaitu udara, suara bau-bauan.
Dari beberapa pegertian dan fungsi prestasi belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai setelah menjalani berbagai proses kegiatan belajar mengajar. Prestasi meliputi tingkat
(27)
commit to user
pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan sikap selama dalam proses belajar yang diberi nilai-nilai angka secara kuantitatif maupun nilai secara kualitatif.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan memuat uraian sistematis tentang hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu dan ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian yang akan dilaksanakan ini ditujukan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Aisyah (2004) dalam skripsinya yang memberikan kesimpulan yang signifikan antara kreativitas dan prestasi belajar, tetapi kreativitas tidak berpengaruh langsung terhadap prestasi belajar tetapi lebih dipengaruhi oleh hubungan kemampuan penalaran dan kecerdasan dan emosional siswa.
Penelitian Sri Anugrah Bekti (2007) dalam skripsinya menyimpulkan bahwa adanya peningkatan keaktifan dan kreatifitas belajar siswa mencapai 75% melalui optimalisasa teknik guru mengajar serta adanya peningkatan prestasi belajar siswa sampai daya serap kelas 75% melalui optimalisasi teknik guru mengajar.
Penelitian Endang W (2002) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Pola Bermain dan Kreativitas Anak” memberikan kesimpulan bahwa pola bermain anak memberikan konstribusi terhadap kreativitas anak. Anak dengan pola bermain yang baik akan meningkatkan kreativitas.
Nanang Adi Nugraha (2006) dalam skripsinya yang menyatakan bahwa tingkat kreativitas siswa dipengaruhi oleh tiga hal yaitu tingkat keaktifan siswa sebesar 41,66%, kemampuan siswa dalam mengerjakan soal sebesar 58,33% dan kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan sebesar 52,77%.
Irwan Budi Ebtanto (2008) dalam skripsinya menyimpulkan bahwa dengan desain pembelajaran kooperatif tipe STAD dan penggunaan sketsa sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan menulis surat dinas pada siswa. Penelitian Dian Pramesti (2007) menyimpulkan kreatifitas siswa dalam belajar meningkat melalui pendekatan teuristik.
(28)
Uraian pendapat pada hasil penelitian yang terdahulu dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas yang menitikberatkan permasalahan pada peningkatan kreativitas siswa, keaktifan siswa dan prestasi belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara yang salah satunya adalah dengan memperkenalkan atau menggunakan pendekatan pembelajaran tertentu. Maka perlu dikaji secara lebih kaitannya peningkatan kreativitas dan prestasi belajar siswa melalui pendekatan pembelajaran metakognitif.
C. Kerangka Pemikiran
Pembelajaran mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan sekarang ini dirasakan masih kurang efektif karena dalam proses belajar mengajar siswa cenderung pasif, pembelajaran mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan terdapat materi yang sangat kompleks dan sangat luas cakupannya. Mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan sering kali menjadi masalah dalam belajar siswa karena tidak sedikit dijumpai pokok bahasan perhitungan yang diperlukan pemecahan masalah dari soal-soal tersebut. Dalam belajar mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan diperlukan pemahaman konsep yang disertai dengan latihan menyelesaikan permasalahan sebagai aktifitas analitik yang sangat penting sehingga siswa dapat menguasai dengan cepat dan benar materi mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan. Untuk menguasai dengan cepat dan benar materi mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan ini sangat diperlukan kreatifitas siswa. Kreativitas siswa dalam mengemukakan ide, merumuskan ide baru dan mengembangkan ide yang telah disampaikan pada proses belajar mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan sekarang ini dirasa masih sangat kurang dan bahkan cenderung belum terlihat. Sehingga hal ini menyebabkan prestasi belajar mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan cenderung rendah.
(29)
commit to user
Kreativitas dan prestasi belajar siswa merupakan tolak ukur keberhasilan siswa dalam belajar yang dilakukan sekolah. Dengan kreativitas yang dimiliki oleh siswa dalam mengemukakan ide, merumuskan ide baru dan mengembangkan ide tersebut dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajarnya.
Kreativitas mengemukakan ide, merumuskan ide baru dan
mengembangkan ide mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan yang diberikan, siswa dapat menggunakan metode diskusi maupun tanya jawab aktif. Siswa dituntut untuk paham terhadap materi pelajaran yang diberikan dan dapat menangkap kata kunci yang ada pada materi tersebut, setelah itu dengan menggunakan strategi tertentu siswa dapat mengemukakan ide, merumuskan ide baru dan mengembangkan ide tersebut, dengan demikian kreativitas siswa dapat meningkat.
Proses belajar tidak lepas dari strategi pembelajaran yang digunakan guru, sehingga guru harus dapat menggunakan strategi pembelajaran dalam upaya peningkatan kreativitas dan prestasi belajar siswa. Dan hendaknya strategi pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan materi yang diajarkan. Guru adalah pembimbing dan fasilitator dalam pembelajaran agar siswa lebih kreatif dan aktif dalam belajar.
Pokok bahasan menjelaskan proses-proses mesin konversi, menjelaskan konsep dasar-dasar listrik dan elektronika, dan memahami konsep dasar chassis dan pemindah tenaga merupakan pokok bahasan dalam Standar Kompetensi Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan yang berisi pemahaman konsep, yang tidak semua siswa dapat menguasai dengan baik. Ada yang menguasai konsep saja, menguasai perhitungan saja atau bahkan tidak menguasai sama sekali. Sehingga diperlukan suatu strategi pembelajaran atau penyelesaian masalah untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Dalam penelitian ini menggunakan strategi pembelajaran kooperatif kombinasi model STAD dan Jigsaw. Diharapkan dengan strategi atau metode ini dapat meningkatkan kreativitas belajar dan prestasi siswa. Dan kerangka berpikir tersebut dituangkan seperti pada bagan berikut :
(30)
Skema Kerangka Pemikiran Penelitian Keterangan :
A : Pembelajaran Kooperatif Kombinasi model STAD dan Jigsaw B : Kreativitas Belajar Siswa
C : Prestasi Belajar Siswa
D. Perumusan Hipotesis
Dari refleksi tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas maka dapat diajukan sebuah hipotisis sebagai berikut :
1. Penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD dan Jigsaw dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa.
2. Penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD dan Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Peningkatan kreativitas belajar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
(31)
commit to user
29 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research (CAR) dengan alasan dimana dengan penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru.
Penelitian dilakukan melalui proses kerja kolaborasi antara kepala sekolah, guru dan peneliti. Kegiatan perencanaan awal dilakukan dengan studi pendahuluan. Pada kegiatan ini mendiskusikan cara melakukan tindakan pembelajaran dan bagaimana cara melakukan pengamatan. Pengamatan dilakukan berdasarkan pedoman observasi yang disiapkan oleh peneliti dan dibantu guru. Kejadian penting sebelum proses tindakan yang belum termuat dalam observasi dicatat pada catatan lapangan.
Kegiatan refleksi atau diskusi bersama guru dilakukan untuk memberi makna, menerangkan dan menyimpulkan hasil tindakan yang dilakukan. Kesimpulan pada tindakan refleksi menjadi acuan untuk perencanaan siklus berikutnya atau akhir tindakan penelitian karena dirasa telah cukup.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan At Taqwa Muhammadiyah Miri, dengan subyek penerima tindakan penelitian adalah siswa kelas X SMK At Taqwa Muhammadiyah Miri Tahun Pelajaran 2009/2010. adapun alasan pemilihan tempat tersebut adalah :
a. SMK At Taqwa Muhammadiyah Miri merupakan sekolah swasta yang sedang
berkembang.
b. SMK At Taqwa Muhammadiyah Miri memiliki fasilitas bengkel otomotif yang relatif lengkap.
c. Perlu diteliti apakah SMK At Taqwa Muhammadiyah Miri telah melaksanakan
(32)
d. Tersedianya data dan sumber data pendukung penelitian yang akan dilaksanakan.
e. SMK At Taqwa Muhammadiyah Miri memiliki pengajar yang masih muda
sehingga diharapkan memiliki wawasan dan gambaran yang sama tentang peningkatan kualitas pendidikan.
f. Lokasi sekolah yang mudah dicapai oleh peneliti.
2. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas dalam penerapan kombinasi model STAD dan Jigsaw untuk meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa dimulai bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2010. Pelaksanaan penelitian ini dibagi dalam 3 tahapan kegiatan. Tahap pertama yaitu persiapan penelitian yang berlangsung pada bulan Februari hingga awal bulan Maret. Tahap kedua yaitu pelaksanaan penelitian dengan jadwal pelaksanaan bulan Maret minggu ke-3 sampai dengan bulan April. Tahap ketiga yaitu penyelesaian penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei. Adapun jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian tersebut secara terperinci dapat dijumpai dalam Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
Uraian Kegiatan Februari Maret April Mei
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Tahap Persiapan Penelitian
- Kajian studi pustaka
- Desain penelitian
- Konsultasi rancangan penelitian
- Perumusan rancangan penelitian
- Penyusunan rancangan penelitian
- Pengurusan ijin penelitian
Tahap Pelaksanaan Penelitian
- Perencanaan tindakan
(33)
commit to user
- Pengamatan kelas
- Refleksi
- Analisis dan intrepretasi data
- Perumusan hasil kegiatan
Tahap Penyelesaian Penelitian
- Penyusunan kerangka laporan
- Penulisan kerangka laporan
- Revisi dan editing laporan
- Penyerahan laporan
C. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai subyek penelitian adalah guru, peneliti dan siswa. Guru sebagai subyek yang melakukan perencanaan dan pengumpulan data, peneliti sebagai subyek yang melaksanakan tindakan kelas berdasarkan rencana tindakan penelitian yang telah dibuat bersama antara peneliti dan guru sedangkan subyek yang menerima tindakan kelas adalah siswa kelas X Teknik Otomotif Kendaraan Ringan SMK At Taqwa Muhammadiyah Miri yang berjumlah 31 siswa.
D. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan tindakan berbasis kelas kolaboratif yang bersifat paktis, menyesuaikan situasi dan kondisi obyek melalui tindakan berdasarkan permasalahan yang muncul dalam proses kegiatan pembelajaran sehari-hari. Bersama-sama senantiasa berupaya memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur yang dinilai paling efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang-ulang dengan revisi untuk meningkatkan kreativitas siswa.
Guru pengampu mata pelajaran, kepala sekolah dan peneliti dilibatkan sejak : (1). Dialog awal atau langkah awal; (2). Perencanaan tindakan; (3). Pelaksanaan Tindakan; (4). Observasi dan monitoring; (5). Refleksi; (6). Evaluasi; (7). Penyimpulan hasil pengertian dan pemahaman. Adapun alur penelitian ini seperti digambarkan dalam diagram alur berikut.
(34)
commit to user Skema Rancangan Penelitian
Langkah-langkah Penelitian Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar dan Prestasi Siswa dengan Pembelajaran Kombinasi model STAD dan Jigsaw
Sutama (2004: 92) Modifikasi dari Kemmis & Mc. Taggart Dialog Awal
Perencanaan Tindakan I
Observasi Tindakan I
Perencanaan Terrevisi Tindakan II
Observasi Tindakan II
Refleksi
Refleksi
Perencanaan Terrevisi Tindakan III
Observasi Tindakan III
(35)
commit to user 1. Dialog awal
Dialog awal dilakukan sebagai upaya merekam segala peristiwa untuk mendiagnosa permasalahan untuk menetukan fokus penelitian, selain itu bertujuan untuk menemukan fakta-fakta yang dapat digunakan untuk melengkapi kajian teori yang ada. Dalam dialog awal kepala sekolah dan guru pengampu mata pelajaran tempat penelitian diadakan beserta peneliti bersama-sama mendiskusikan maksud dan tujuan penelitian untuk memperoleh kesepakatan mengenai strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan.
2. Perencanaan Tindakan Penelitian
Perencanaan tindakan penelitian dilaksanakan pada awal siklus
tahapan penelitian tindakan kelas. Perencanaan diharapkan dapat
memperbaiki kondisi awal atau sebelumnya. Dengan perencanaan diharapkan tujuan dari pembelajaran tersampaikan tepat waktu dan dapat diserap secara optimal oleh siswa. Perencanaan tindakan pada penelitian ini dilaksanakan sebelum tindakan yang direncanakan dalam 3 putaran kegiatan.
a. Perencanaan Tindakan I
Rencana tindakan penelitian ini mengacu pada hasil dialog awal antara kepala sekolah, guru pengampu mata pelajaran dan peneliti sebagai fokus permasalahan. Adapun kegiatan perencanaan tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Peneliti bersama kepala sekolah dan guru mendiskusikan rumusan masalah dan menyiapkan solusi penyelesaian masalah.
2) Mempersiapkan strategi belajar yang akan digunakan.
3) Mempersiapkan materi dan bahan pelajaran.
4) Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pemelajaran (RPP)
5) Mempersiapkan media pemelajaran.
6) Mempersiapkan instrumen tes untuk mengetahui pemahaman siswa.
(36)
commit to user
8) Mengambil kesimpulan sebagai acuan perencanaan dan pelaksanaan tindakan putaran kedua.
b. Perencanaan Tindakan II
Perencanaan tindakan II dilaksanakan mengacu pada hasil tindakan, observasi dan evaluasi putaran pertama. Perencanaan tindakan II dilaksanakan sebagai satu satuan tahapan yang runtut dalam mencapai tujuan awal dari dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini. Pada perencanaan tindakan II secara garis besar kegiatan yang dilaksanakan tidak jauh berbeda dengan perencanaan tindakan I yaitu, sebagai berikut : 1) Peneliti memahami hasil tindakan I.
2) Mempersiapkan pelaksanaan tindakan selanjutnya.
3) Mempersiapkan strategi belajar baru yang akan digunakan. 4) Mempersiapkan materi dan bahan pelajaran pada tindakan II.
5) Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pemelajaran pada Tindakan II.
6) Mempersiapkan media pembelajaran.
7) Mempersiapkan tes evaluasi untuk mengetahui peningkatan
pemahaman dan prestasi belajar siswa.
8) Menganalisis hasil tindakan dan observasi penelitian pada putaran kedua.
9) Mengambil kesimpulan dari pelaksanaan kegiatan putaran kedua.
c. Perencanaan Tindakan III
Perencanaan tindakan III merupakan kegiatan awal pada putaran terakhir penelitian. Kegiatan perencanaan tindakan ini dilaksanakan mengacu pada hasil yang telah diperoleh dari kegiatan perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada dua putaran sebelumnya. Perencanaan tindakan pada kegiatan ini dilakukan perbaikan untuk mencapai tujuan yang dinginkan antara lain sebagai berikut :
1) Melaksanakan pemahaman dan penilaian dari hasil tindakan
sebelumnya.
2) Mempersiapkan pelaksanaan tindakan selanjutnya.
(37)
commit to user
4) Mempersiapkan materi dan bahan pelajaran yang akan digunakan.
5) Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pemelajaran tindakan.
6) Mempersiapkan media pembelajaran.
7) Mempersiapkan tes evaluasi materi yang diajarakan pada putaran ketiga.
8) Mempersiapkan post tes dari semua materi yang telah diberikan. 9) Menganalisis hasil pelaksanaan tindakan, observasi dan tes dari
keseluruhan kegiatan.
10) Mengambil kesimpulan akhir dari keseluruhan pelaksanaan tindakan penelitian.
3. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti. Peneliti sebagai guru pengampu mata pelajaran berfungsi sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar di kelas dan sebagai aktor utama dalam implementasi tindakan.
Tindakan dilaksanakan berdasarkan perencanaan namun tindakan tidak mutlak dikendalikan oleh rencana. Suatu tindakan yang diputuskan mengandung berbagai resiko karena terjadi dalam situasi nyata, oleh karena itu rencana tindakan harus fleksibel dan siap diubah sesuai dengan keadaan yang ada sebagai usaha ke arah perbaikan. Pada penelitian ini, guru melakukan tindakan pembelajaran sesuai dengan program yang direncanakan sebanyak 3 putaran pelaksanaan tindakan sebagai berikut :
a. Tindakan I
Tindakan ini dilaksanakan setelah mendapatkan hasil dari pengamatan dan tes awal. Dalam tindakan ini direncanakan guru memberikan strategi pembelajaran yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa. Strategi yang ditawarkan adalah dengan membangkitkan minat (Inquiring Minds Want to Know). Teknik pembelajaran sederhana ini diharapkan dapat membangkitkan keingintahuan siswa dengan meminta mereka untuk membuat perkiraan-perkiraan tentang suatu topik atau suatu pertanyaan. Siswa cenderung diam ketika diajak untuk membahas materi-materi yang
(38)
commit to user
belum terpecahkan pada pertemuan sebelumnya, saat diminta menjawab secara bersama-sama satu kelas maupun individu. Pelaksanaan tindakan pembelajaran kelas ini mempunyai langkah-langkah sebagai berikut : 1) Guru mempersiapkan siswa dan kondisi belajar di kelas yang kondusif. 2) Guru menjelaskan metode pembelajaran dan penilaian yang akan
digunakan.
3) Guru memberikan gambaran awal tentang materi yang akan dipelajari.
4) Guru memulai pelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan sederhana dari materi pelajaran sebagai penghubung awal.
5) Guru menyampaikan materi dengan memberikan pertanyaan tentang materi pelajaran yang dapat membangkitkan minat siswa untuk mengetahui lebih lanjut dengan pola pemikirannya ataupun mendiskusikan dengan teman. Pertanyaan yang di sampaikan harus dibuat hanya diketahui oleh sebagian kecil siswa dan merupakan pertanyaan berantai, sehingga muncul rasa keingintahuan dari siswa yang belum tahu jawaban atas pertanyaan yang disampaikan.
6) Siswa dianjurkan untuk tetap menjawab apapun sesuai dengan dugaan
mereka. Pada langkah ini dapat digunakan penguatan-penguatan verbal berupa pertanyaan yang menimbulkan rasa penasaran.
7) Guru menampung semua dugaan atau gagasan peserta didik sebelum jawaban diberikan. Hal ini akan membuat rasa keingintahuan siswa meningkat.
8) Guru memberikan jawaban yang sebenar-benarnya pada saat
pembelajaran berlangsung setelah dirasa cukup.
9) Suasana pembelajaran dikondisikan tetap kondusif dan terjaga
interaksi timbal balik antara guru dengan siswa dengan terjadi tanya jawab aktif.
10)Langkah-langkah tersebut dilakukan berulang-ulang selama
berlangsungnya proses belajar mengajar sesuai pokok pikiran atau bahasan yang dipelajari untuk menjembatani tersampaikannya materi pelajaran kepada siswa secara maksimal.
(39)
commit to user
11)Guru memberikan tes kepada siswa tentang materi pembelajaran yang
telah disampaikan.
12)Akhir pembelajaran guru memberikan kesimpulan bersama-sama
dengan siswa mengenai materi pembelajaran yang telah dipelajari. b. Tindakan II
Tindakan II dilaksanakan mengacu dari hasil pengamatan dan evaluasi pada tindakan I. Pada tindakan ini strategi yang ditawarkan adalah pembelajaran model STAD. Langkah-langkah yang diambil adalah sebagai berikut :
1) Menyiapkan situasi dan kondisi siswa yang kondusif.
2) Menyampaikan metode belajar dan penilaian yang akan digunakan.
3) Menyampaikan inti materi pelajaran.
4) Menyampaikan materi secara sistematik.
5) Mengelompokkan siswa dalam kelompok kecil yang terdiri atas 3 sampai 5 anggota dan menjelaskan aturan permainan.
6) Setiap kelompok menyiapkan soal latihan untuk dikerjakan siswa kelompok lain.
7) Setiap kelompok diharuskan memilih salah satu soal dan wajib menjawab soal dari kelompok lain tersebut.
8) Kelompok mengerjakan soal dengan mendiskusikan dengan anggota kelompoknya
9) Hasil diskusi atau jawaban ditulis dan dikoreksi oleh kelompok pembuat soal.
10)Guru mengevaluasi tingkat kebenaran soal dan jawaban masing-masing kelompok.
11)Kelompok dengan poin nilai terbaik dalam membuat soal dan
menjawab mendapatkan reward.
12)Pada akhir pembelajaran guru memberikan kesimpulan dari materi yang dipelajari.
13)Guru memberikan tes untuk mengetahui tingkat pemahaman dan
(40)
commit to user c. Tindakan III
Pelaksanaan tindakan ini berdasarkan pada perencanaan tindakan ketiga setelah sebelumnya diakukan tindakan-tindakan pembelajaran. Tindakan ini dilaksanakan sebagai tindakan terakhir dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini. Pelaksanaan tindakan menggunakan strategi belajar yang berbeda dengan pelaksanaan tindakan sebelumnya. Strategi belajar yang digunakan dengan model Jigsaw. Diharapkan dengan model belajar ini dapat meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa. Adapun langkah-langkah pelaksanaan tindakan sebagai berikut :
1) Guru mempersiapkan siswa dan kondisi belajar yang kondusif.
2) Guru menjelaskan metode belajar dan sistem penilaian yang akan digunakan.
3) Guru menyampaikan pokok materi pelajaran yang akan dibahas.
4) Guru membagi pokok materi pelajaran sejumlah tertentu.
5) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dengan jumlah siswa
sebanyak jumlah materi yang telah disiapkan dan dibagi. Kelompok ini disebut sebagai kelompok awal.
6) Setiap kelompok diharuskan membagi tugas pada masing-masing
anggotanya untuk dikirim mempelajari materi tertentu dalam kelompok ahli materi tertentu atau kelompok tim ahli.
7) Dalam kelompok tim ahli diisi perwakilan dari kelompok awal yang ahli dalam materi tertentu.
8) Setiap kelompok ahli mendiskusikan atau mempelajari materi tertentu yang berbeda dengan kelompok ahli lainnya.
9) Setelah selesai mempelajari materi bersama tim ahli langkah
selanjutnya anggota kelompok tim ahli tersebut kembali pada kelompok awal dan menyampaikan materi yang dipelajarinya kepada anggota kelompok awal yang lain.
10)Setiap kelompok awal mendiskusikan semua materi yang diperoleh masing-masing dan membuat kesimpulan untuk dipresentasikan di depan kelas secara bergantian dengan kelompok awal yang lain.
(1)
commit to user
kepada anggota kelompok awal yang lain. Kesulitan siswa dengan kemampuan
rata-rata juga terlihat dari kesiapan diri dalam keterlibatannya pada diskusi
kelompok ahli maupun kelompok awal. Daya pikir antisipasi terhadap kelemahan
diri dalam menerima dan menyampaikan materi pada siswa sangat rendah, hal ini
terlihat dari sedikitnya jumlah catatan materi yang diperoleh sehingga berakibat
terbatasnya penyampaian materi pada anggota kelompok yang lain. Penyampaian
dengan keterbatasan materi, media seperti gambar beserta penjelasan dan sikap
bingung oleh siswa dengan kemampuan di bawah rata-rata merupakan kendala
yang dihadapi pada penelitian tindakan kelas ini.
Peningkatan kreativitas dan prestasi belajar secara garis besar ditinjau
dari proses pembelajaran adalah sudah baik. Hal ini dipengaruhi oleh pelaksanaan
pembelajaran yang dikemas lebih santai dengan meningkatkan komunikasi antar
guru dan siswa. Peran guru sebagai fasilitator, penggunaan media pembelajaran
dan bentuk diskusi yang ditunjang dengan pemberian tanggung jawab kepada
siswa. Ditinjau dari keadaan siswa yaitu, dengan pembelajaraan kooperatif siswa
lebih aktif dan antusias dalam mempelajari materi pelajaran. Siswa berusaha
menjaga kepercayaan yang diberikan guru untuk belajar mandiri terbimbing
dengan belajar lebih disiplin. Motivasi untuk lebih unggul secara individu maupun
kelompok pada sebagian besar siswa juga sudah terlihat selama penelitian
berlangsung. Kesimpulan akhir dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas
(Classroom Action Research) telah berhasil dengan hasil baik.
D.
Keterbatasan Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas atau classroom action research
tidak semata-mata tanpa keterbatasan atau kesulitan. Keterbatasan atau kesulitan
ini dirasakan lebih besar dan cenderung menjadi hambatan apabila berkaitan
dengan faktor sarana dan prasarana. SMK At Taqwa Muhammadiyah Miri sebagai
tempat pelaksanaan penelitian yang cukup layak untuk melaksanakan penelitian
tindakan kelas khususnya pada aspek peningkatan mutu pembelajaran di sekolah
yang sedang berkembang. Keterbatasan-keterbatasan lainnya antara lain adalah
sebagai berikut :
(2)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
93
1)
Waktu pelaksanaan penelitian harus diperhitungkan secara baik
khususnya yang berkaitan dengan penelitian aspek pembelajaran bagi
siswa dan dilaksanakan pada semester genap. Hal ini dikarenakan banyak
waktu tersita untuk kegiatan sekolah lainnya seperti pelaksanaan ujian
kelas XII.
2)
Kondisi siswa yang sangat rendah minat belajarnya. Hal ini pada
umumnya dan hampir setiap sekolah yang baru berkembang terkendala
dengan kondisi siswa, yaitu siswa dengan kemampuan rendah dan sering
kali siswa tersebut tidak terjaring pada sekolah-sekolah yang lebih baik
dan favorit di suatu daerah.
3)
Tingkat penilaian atau evaluasi mandiri dari siswa terhadap kondisi
dirinya masing-masing sangat rendah. Hal ini terlihat saat berlangsungnya
tindakan guru selalu harus mengingatkan kondisi dan hasil pembelajaran
sebelumnya untuk mendapatkan perhatian dan pemahaman siswa di awal
pembelajaran.
4)
Tidak dilaksanakannya tes untuk mengetahui tingkat prestasi belajar
siswa pada tindakan pra-siklus. Kondisi ini disebabkan oleh terbatasnya
waktu efektif pembelajaran realita dengan keadaan jadwal pembelajaran
pada penelitian.
5)
Terbatasnya sarana dan prasarana serta media atau alat pembelajaran
sekolah untuk kompetensi tertentu antara lain kompetensi perbaikan
sistem pemindah tenaga (power train) dan kelistrikan mesin (engine
electrical).
(3)
commit to user
94
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian
tindakan kelas atau classroom acton research dalam penerapan pembelajaran
kooperatif kombinasi model STAD dan jigsaw untuk meningkatkan kreativitas
dan prestasi belajar siswa mata pelajaran dasar kompetensi kejuruan teknik
otomotif kendaraan ringan adalah :
1.
Penerapan pembelajaran kombinasi model STAD dan Jigsaw dapat
meningkatkan kreativitas siswa dalam mata pelajaran dasar kompetensi
kejuruan teknik otomotif kendaraan ringan. Hal ini berdasarkan data dan
temuan peneliti di lapangan berupa data tertulis yang bersumber dari hasil
pengamatan dan dialog. Penerapan model pembelajaran ini mampu
meningkatkan kreativitas siswa dari 41,94% pada akhir tindakan siklus I
menjadi 74,19% di akhir tindakan siklus III. Penilaian aspek kreativitas siswa
didasarkan pada 3 hal yaitu, kemampuan siswa dalam mengemukakan ide,
kemampuan siswa dalam merumuskan ide baru, dan kemampuan siswa dalam
mengembangkan ide.
2.
Penerapan pembelajaran kombinasi model STAD dan Jigsaw dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran dasar kompetensi
kejuruan. Berdasarkan hasil tes penilaian yang dilaksanakan pada akhir
pelaksanaan tindakan setiap siklus dengan bentuk soal pilihan ganda dan essay
terstruktur diperoleh prestasi belajar siswa meningkat dari 19,36% di akhir
siklus I, menjadi 51,61% di akhir siklus II, dan 74,19% di akhir siklus III.
3.
Kreativitas dalam pembelajaran memberikan peranan yang sangat besar secara
tidak langsung terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dijumpai dari
hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa kelas X Teknik
Otomotif Kendaraan Ringan mengalami peningkatan kreativitas dan prestasi
belajar. Berdasarkan hasil penelitian, siswa dengan kreativitas yang
(4)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
95
meningkat, prestasi belajar siswa mengalami peningkatan pula. Sedangkan
siswa dengan sikap yang cenderung pasif terhadap pembelajaran tidak
mengalami peningkatan kreativitas belajar sehingga prestasi belajar juga tidak
mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari ketidaktuntasan belajar
siswa tersebut.
B.
Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka implikasi
yang dapat disampaikan yaitu sebagai berikut :
1.
Pembelajaran kooperatif kombinasi model STAD dan Jigsaw tidak berjalan
maksimal dalam pengawasan guru yang kurang, sehingga diperlukan sikap
aktif guru sebagai fasilitator.
2.
Rendahnya keberanian berekspresi siswa perlu ditingkatkan dengan merubah
pandangan siswa terhadap guru dan kesan guru yang menakutkan.
3.
Kemampuan siswa di bawah rata-rata lebih ditingkatkan dengan pendekatan
psikologis dan memberikan latihan.
4.
Rendahnya pertambahan peningkatan prestasi belajar perlu dilakukan
pengembangan metode pembelajaran yang lebih baik lagi.
C.
Saran
Saran dari peneliti berdasarkan hasil penelitian yang telah disampaikan
adalah sebagai berikut :
1.
Bagi guru pengampu mata pelajaran untuk lebih memantau perilaku dan
kreativitas siswa, dan mampu bekerjasama dengan guru lain untuk
meningkatkan dan mengembangkan proses pembelajaran yang baik.
2.
Bagi sekolah untuk lebih memberikan dorongan kepada guru untuk lebih
semangat mengajar dan berprestasi di bidangnya dengan memberikan
hak-haknya sesuai dengan jerih payah.
3.
Bagi peneliti untuk mengembangkan penelitian tindakan kelas dengan
penerapan pembelajaran kombinasi model STAD dan Jigsaw lebih baik lagi
pada mata pelajaran, standar kompetensi ataupun kompetensi dasar yang lain.
(5)
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
Adi Nugraha, Nanang. 2006. Analisis Tindak Mengajar dalam Kaitannya Tingkat
Kreativitas Siswa dalam Mengerjakan Tugas. Skripsi: FKIP UMS.
(tidak dipublikasikan)
Aisyah, Siti. 2004. Korelasi Kemampuan Penalaran, Kecerdasan Emosional,
Kreativitas dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP
Negeri 11 Surakarta. Skripsi: FKIP UMS. (tidak dipublikasikan)
Anugrah Bekti, Sri. 2007. Upaya Peningkatan Keaktifan dan Kreativitas Belajar
Siswa Melalui Optimalisasi Teknik Guru Mengajar. Skripsi: FKIP UMS.
(tidak dipublikasikan)
Budi Ebtanto, Irwan. 2008. Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Dinas
dengan Desain Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Penggunaan
Sketsa sebagai Media Pembelajaran. Skripsi: FKIP UMS. (tidak
dipublikasikan)
Daniel Muijs & David Reynolds. 2008. Effective Teaching Teori dan
Aplikasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Djamanah, S.B. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Djawandono, Sri E. 2000. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Endang W. 2002. Pengaruh Pola Bermain dan Kreativitas Anak. Skripsi: FKIP
UMS. (tidak dipublikasikan)
Faisal Amir. 2008. Menyiapkan Anak Jadi Juara. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo
Handoko, Hendri. 2006. Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam Belajar
Matematika Melalui Pendekatan Mantessori. Skripsi: FKIP UMS. (tidak
dipublikasikan)
Indriani, Netti. 2008. Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa Dalam Mata
Pelajaran IPS Dengan Menggunakan Mind Mapping Pada Kelas IX-1
SMPN 5 Padang Panjang. Jurnal: Diakses 14 Februari 2010
Kiswandono, Istiawati. 2000. Berpikir Kreatif Suatu Pendekatan Menuju Berpikir
Arsitektural. UKP.Jakarta.
Lilia, Hesti. 2005. Hubungan Antara Kreativitas Dengan Prestasi Belajar Karya
Kerajinan Tangan. Skripsi:ENNES Semarang.
Marpaung. 2003. Pembelajaran Matematika Dengan Pendidikan Alam. Makalah
Disampaikan pada Seminar Mahasiswa Matematika FKIP UMS.
Muhfida. 2008. Model-model Pembelajaran. Diakses 11 Desember 2008.
http://www.muhfida.com/modelbelajar.html
Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
(6)