Tradisi Jawa .1 Pengertian Tradisi Jawa atau Upacara Tradisional
percaya apabila seseorang yang memiliki karakteristik tertentu seperti dhampit, unting-unting, ontang-anting, dan lain-lain akan riskan terhadap malapetaka,
maka untuk mencegah hal tersebut orang itu harus diruwat. Dalam upacara tradisional ruwatan selalu disertai dengan pertunjukan wayang kulit dengan lakon
“Murwakala”. Upacara ruwatan sudah ada sejak zaman dahulu kala dan sampai saat ini
masyarakat Jawa masih sering melakukannya. Ruwatan di dalam tradisi Jawa telah menjadi bagian yang tidak dapat ditinggalkan dalam masyarakat yang
bersosialisasi. Pandangan masyarakat Jawa menganggap bahwa, upacara Ruwatan merupakan cara untuk membebaskan seseorang dari dosa sehingga seseorang
yang telah diruwat terbebas dari marabahaya dan malapetaka. Ruwatan ialah tradisi ritual Jawa yang digunakan sebagai alat untuk pembebasan dan penyucian
atas segala dosa dan kesalahan yang telah diperbuat manusia, yang dapat membawa malapetaka di dalam hidupnya. Kata ruwat berasal dari kata lukat yang
artinya ialah membebaskan, menghapus, dan membersihkan. Kata ruwatan erat kaitannya dengan sukerta. Kata sukerta berasal dari kata suker yang berarti kotor
atau noda. Anak sukerta dapat juga diartkan sebagai anak yang kotor dan harus diruwat agar terhindar dari marabahaya. Anak-anak atau bayi yang dilahirkan
dalam keadaan sukerta, harus diruwat. Bila tidak diruwat, maka anak-anak atau bayi tersebut akan menjadi incaran dan dimakan Batara Kala Herawati, 2010: 3.