Desain Prototipe HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambar 4.1 Sketsa Awal Berikut ini merupakan hasil perbaikan dari sketsa gambar awal 1 sampai dengan 16 yang telah diwarnai dan diperbaiki oleh ilustrator. Gambar 4.2Hasil yang Dibantu Oleh Ilustrator

d. Validasi Prorotipe

Validasi desain dilakukan peneliti sebelum melakukan uji coba produk. Validasi desain dilakukan dengan seorang ahli bahasa dan sastra dosen Universitas Sanata Dharma. Cara penilaiannya menggunakan tabel konversi nilai skala empat berdasarkan berdasarkan modifikasi dari skala Likert Widoyoko, 2012: 112. Hasil validasi dari ahli bahasa dan sastra sebagai berikut: Tabel 4.2 Skala Likert Rentang Skor Jawaban Klasifikasi Kelayakan 3,25 – 4 Sangat Baik 2,5 – 3,25 Baik 1,75 – 2,5 Tidak Baik 1,0 – 1,75 Sangat Tidak Baik Perhitungan kelayakan prototipe: Nilai kelayakan prototipe = .... 45 x 100 = ... Tabel 4.3 Skala Likert Modifikasi Nilai Keterangan 36,25 – 45 Sangat layak 27,5 – 36,25 Layak 18,75 – 27,5 Tidak layak 10 – 18,75 Sangat tidak layak Tabel 4.4 Hasil Validasi Prototipe No Item yang dinilai Skor 1-4 Saran 1. Bahasa a. Bahasa sesuai dengan kaidah penulisan EYD 2 Kalimat terlalu panjang, perlu disederhanakan b. Bahasa mudah dipahami anak usia 9-10 tahun 2 Ada beberapa istilah yang sulit dipahami 2. Format penulisan prototipe a. Format sesuai dengan kaidah penulisan buku cerita bergambar 4 Gambar dan penjelasan sudah sesuai b. Menggunakan kepustakaan yang sesuai dengan teori salah satu tradisi Jawa yaitu ruwatan yang diintegrasikan dengan pendidikan karakter kebangsaan 4 Kepustakaan sesuai, perbaiki penulisan daftar pustaka 3. Isi Buku a. Memuat cerita tentang ruwatan sebagai salah satu tradisi Jawa 4 Konsep tentang ruwatan perlu disederhanakan b. Memuat 16 gambar tentang ruwatan 4 Gambar bisa ditambah agar lebih menarik c. Gambar-gambar diberi keterangan 4 Sudah sesuai d. Memuat nilai spiritual dan social 3 Nilai-nilai kurang tepat, perlu digali lagi e. Memuat refleksi berkaitan dengan tradisi ruwatan 4 Sudah memuat refleksi tentang ruwatan, tetapi belum begitu mendalam Jumlah Skor 31 Peneliti mendapat skor 31 dari seorang ahli sastra dan bahasa dengan item yang dinilai berjumlah 9 item. Kemudian dicari rata-ratanya dengan cara skor yang didapatkan oleh ahli : jumlah item, yaitu 31: 9 sehingga mendapat rata-rata 3,44.Berdasarkan tabel skala Likert maka prototipe masuk dalam kategori sangat baik, sehingga prototipe buku cerita bergambar tradisi ruwatan sudah layak untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI diujicobakan. Sedangkan, saran dan komentar dari validator digunakan untuk memperbaiki produk agar lebih baik dan mudah dipahami oleh anak-anak.

f. Revisi Prototipe

Peneliti melakukan revisi desain sesuai dengan saran dan komentar dari validator, yaitu: 1 membuat kalimat-kalimat yang lebih sederhana agar mudah dipahami anak, 2 memperbaiki istilah yang sulit dipahami, 3 menyederhanakan konsep tentang ruwatan, 4 menggali nilai-nilai yang ada dalam tradisi ruwatan, dan 5 memperbaiki refleksi agar lebih mendalam.

g. Uji Coba Prototipedi SD Negeri Nanggulan, Maguwoharjo, Depok,

Sleman, Yogyakarta. Uji coba produk dilakukan pada tanggal 08 Januari 2016 di SD Negeri Nanggulan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. Prototipe tersebut peneliti ujicobakan kepada 28 anak usia 9-10 tahun. Peneliti melakukan uji coba di SD Negeri Nanggulan, Maguwoharjo, Depok Sleman, Yogyakarta dengan tujuan untuk menggali seberapa besar pemahaman anak terhadap tradisi ruwatan. Uji coba dilakukan pada jam pulang sekolah. Hal tersebut agar tidak mengganggu proses kegiatan belajar mengajar dengan wali kelas. Pada saat pengujian prototipe saya datang bersama teman saya. Meskipun kami sudah mengenal satu sama lain dengan siswa di sana, kami kembali memperkenalkan diri kami. Setelah itu saya menjelaskan tujuan saya datang kesana yaitu untuk mengenalkan tradisi ruwatan melalui buku cerita bergambar. Kemudian peneliti mulai membagikan prototipe berupa buku cerita bergambar tentang ruwatan kepada para siswa. Selama proses uji coba prototipe, peneliti mendampingi anak- anak saat membaca cerita tentang ruwatan. Setelah anak-anak selesai membaca cerita, peneliti membagikan lembar refleksi yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anak setelah membaca buku cerita bergambar tersebut. Gambar 4.3 Kegiatan Uji Coba Prototipe 4.1.2 Deskripsi Kualitas PrototipeBuku Cerita Anak tentang Ruwatan dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan Peneliti mendapatkan deskripsi kualitas prototipe buku cerita anak “Ruwatan” setelah mengolah kuisioner berupa refleksi terhadap kualitas buku tersebut. Lembar refleksi dibagikan kepada 28 siswa kelas IV di SD yang berusia 9-10 tahun di Negeri Nanggulan Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Berikut merupakan hasil rekapitulasi refleksi anak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 4.5 Hasil Rekapitulasi Relfeksi Anak No Pernyataan Jawaban Probandus Presentase Setelah membaca buku cerita “Ruwatan”, saya: Ya Tidak Ya Tidak 1. mengerti arti ruwatan sebagai permohonan untuk membebaskan diri dari sakit. 22 6 79 21 2. mengerti arti ruwatan sebagai ucapan syukur kepada Tuhan karena terbebas dari sakit. 18 10 64 36 3. mengerti bahwa siraman dalam tradisi ruwatan bertujuan sebagai tanda “pembersihan diri”. 21 7 75 25 4. mengerti bahwa permohonan doa kepada orang tua merupakan nilai Ketuhanan. 23 5 82 18 5. mengerti bahwa srah-srahan bertujuan untuk menaati aturan yang ada dalam upacara ruwatan. 21 7 75 25 6. mengerti bahwa pemotongan rambut dalam upacara ruwatan sebagai tanda jika seseorang sudah diruwat dan terbebas dari mangsa Batara Kala. 23 5 82 18

7. memahami bahwa acara makan bersama dalam

ruwatan memiliki arti nilai kekeluargaan dan persaudaraan persatuan. 25 3 89 11 8. mengerti bahwa orang yang telah diruwat akan kembali bersih dan sehat. 26 2 93 7 9. buku cerita “Ruwatan” membantu saya mengerti arti dari tradisi ruwatan. 26 2 93 7 10. buku cerita “Ruwatan” membantu saya melestarikan tradisi ruwatan. 19 9 68 32 Melalui produk yang peneliti buat, peneliti mendapatkan data bahwa sebanyak 75 anak mengerti bahwa siraman dalam tradisi ruwatan bertujuan sebagai tanda “pembersihan diri”, 82 anak mengerti bahwa permohonan doa kepada orang tua merupakan nilai Ketuhanan, dan 89 anak memahami bahwa acara makan bersama dalam ruwatan memiliki arti nilai kekeluargaan dan persaudaraan persatuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produk dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI penelitian yang dikembangkan oleh peneliti selain membantu anak dalam memahami tradisi ruwatan juga dapat menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan.

4.2 Pembahasan

Prototipe buku cerita bergambar berjudul “Ruwatan” mendapatkan skor 31. Berdasarkan tabel kelayakan maka prototipe masuk dalam kategori sangat baik yaitu sudah layak diujicobakan. Uji coba produk dilakukan pada tanggal 08 Januari 2016 di SD Negeri Nanggulan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. Prototipe tersebut peneliti ujicobakan kepada 28 siswa kelas IV yang berusia 9-10 tahun. Lembar refleksi anak diberikan setelah melakukan uji coba prototipe kepada anak usia 9-10 tahun, sehingga secara keseluruhan lembar refleksi diisi dan kembali 28 sesuai dengan jumlah siswa yang ada. Prototipe buku cerita bergambar mendapat skor 31 dari seorang ahli sastra dan bahasa dengan item yang dinilai berjumlah 9 item. Kemudian dicari rata- ratanya dengan cara skor yang didapatkan oleh ahli : jumlah item, yaitu 31: 9 sehingga mendapat rata-rata 3,44 yaitu masuk dalam kategori sangat baik dan dapat membantu anak dalam memahami tradisi ruwatan karena prototipe tersebut dikembangkan peneliti dengan memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut: a. Produk disusun untuk memfasilitasi anak memahami tradisi ruwatan. Menurut Subalidata dalam Sulistyowati, 2013: 4 ruwatan merupakan sebuah upacara ritual yang bertujuan untuk membebaskan dan membersihkan seseorang dari suatu hal yang dianggap tidak baik atau jahat. Dalam upacara ruwatan ada suatu harapan, yaitu agar orang terhindar dari segala yang jahat atau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI malapetaka. Ruwatan adalah tradisi masyarakat Jawa yang digunakan untuk membebaskan seseorang dari segala macam bahaya dan keburukan. Berdasarkan hasil kuisioner yang dibagikan kepada 29 anak usia 9-10 tahun di SD Negeri Nanggulan, mereka tidak memahami tradisi ruwatan. Hal tersebut mendorong peneliti sebagai seorang calon guru SD untuk mengembangkan buku cerita bergambar tentang ruwatan dengan tujuan menanamkan nilai pendidikan karakter dan anak juga dapat memahami tradisi ruwatan. Prototipe ini terdiri dari cover depan berjudul “Ruwatan” yang dilengkapi dengan gambar tokoh yang sedang sakit dan kemudian diruwat. Prototipe buku cerita bergambar ini berisi kata pengantar agar dapat membantu pembaca mengerti isi keseluruhan buku, halaman soft cover, daftar isi, isi yang berupa cerita dengan dilengkapi 16 gambar, lembar refleksi, daftar pustaka, dan biodata penulis. Setelah menyusun prototipe, peneliti melakukan uji coba prototipe kepada anak usia 9-10 tahun untuk mengetahui kualitas prototipe yang dikembangkan. Setelah melakukan uji coba prototipe, peneliti melihat adanya perbedaan sebelum dan sesudah dilakukannya uji coba. Sebelum uji coba dilakukan, anak tidak paham mengenai arti dan kegiatan tradisi ruwatan. Setelah uji coba dilakukan, anak-anak paham mengenai arti dan kegiatan tradisi ruwatan. Hal itu dapat ditunjukkan melalui hasil refleksi anak berikut. Gambar 4.4 Hasil Refleksi Anak terhadap Kualitas Prototipe Buku Cerita Anak Berdasarkan data tersebut, prototipe buku cerita bergambar tradisi ruwatan memfasilitasi anak untuk memahami tradisi ruwatan. b. Prototipe buku disusun dengan menonjolkan nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan yang terkandung dalam tradisi ruwatan. Isi prototipe buku cerita bergambar yang peneliti kembangkan terdiri dari 16 gambar tentang ruwatan. Gambar-gambar tersebut disertai dengan cerita PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sederhana yang menonjolkan nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan di dalam tradisi ruwatan. Pendidikan karakter merupakan usaha yang dilakukan untuk mendidik anak-anak agar dapat menumbuhkembangkan kepribadiannya. Nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam tradisi ruwatan yaitu hormat kepada Tuhan Yang Maha Esa, kekeluargaan dan persaudaraan persatuan, dan nilai kemanusiaan. Setelah melakukan uji coba prototipe, peneliti melihat bahwa anak-anak sudah mampu memahami tentang nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan yang terkandung dalam tradisi ruwatan. Hal tersebut terbukti dengan anak-anak dapat mengerjakan lembar refleksi dengan baik dan menggambar bagian cerita yang mereka anggap paling menarik dan mengandung nilai karakter. Berikut ini merupakan salah satu contoh hasil kreativitas anak yang menggambarkan nilai kekeluargaan dan persaudaraan persatuan yaitu Tini dan keluarganya makan bersama setelah upacara ruwatan selesai dilakukan. Gambar 4.5 Hasil Kreativitas Anak c. Prototipe disusun dalam bentuk buku cerita Sebagian besar anak usia sekolah dasar masih senang membaca buku cerita, apalagi buku cerita yang bergambar. Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk dapat dengan mudah memahami makna upacara ruwatan, tata cara upacara ruwatan, dan tujuan dilakukannya upacara ruwatan. Selain itu, anak juga dapat mengambil nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat di dalam cerita tersebut. Peneliti menyusun prototipe buku cerita anak dalam bentuk buku cerita bergambar tentang ruwatan. Buku cerita bergambar tersebut dapat diggunakan untuk memfasilitasi pemahaman anak tentang ruwatan yang berkaitan dengan pendidikan karakter kebangsaan. d. Produk disusun sesuai dengan tahap perkembangan anak usia 9-10 tahun Anak usia sekolah dasar masih senang bermain, bergerak, berlari, membaca, menulis, dan terlibat langsung dalam setiap aktivitas yang dilakukan Desmita, 2009: 35-36. Menurut Piaget dalam Santrock 2011: 27 pada usia 9-10 tahun, anak mulai berpikir logis dan melibatkan objek-objek dalam aktivitasnya dan anak mulai dapat memecahkan masalah yang ada. Oleh sebab itu, peneliti menyusun prototipebuku cerita bergambar mengenai tradisi ruwatan yang di dalamnya berisi cerita yang berupa gambaran dari objek atau benda-benda asli dan kejadian-kejadian yang terjadi di lingkungan sekitar anak. Dengan membaca prototipe buku cerita bergambar yang peneliti buat, anak bisa mengimajinasikan peristiwa yang terjadi di dalam cerita sesuai dengan tahap perkembangannya.

4.3 KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PROTOTIPE

Melalui validasi dan uji coba prototipe, peneliti mendapatkan masukan tentang prototipe buku cerita bergambar yang dikembangkan. Data tersebut