Pengujian Hipotesis ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
menunjukkan bahwa siswa memiliki persepsi tingkat pelaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berada pada kategori
tinggi. Pada keterampilan berkomunikasi sendiri menunjukkan bahwa nilai rata-rata mean = 119,42; nilai tengah median = 120; dan nilai
modus = 120, 121, 123, dan 125. Hal tersebut menunjukkan bahwa keterampilan berkomunikasi siswa berada pada kategori tinggi. Adapun
nilai koefisien korelasi tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi dengan keterampilan berkomunikasi menunjukkan
derajat hubungan kedua variabel adalah positif dengan kategori lemah. Hasil deskripsi data menunjukkan bahwa tingkat keterlaksanaan
pembelajaran kontekstual mempunyai kecenderungan skor-skor yang tinggi, begitu pula dengan keterampilan berkomunikasi yang mempunyai
kecenderungan skor tinggi. Akan tetapi, hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut mempunyai hubungan yang
lemah. Hal ini disebabkan hubungan yang kurang sensitif antara kedua variabel. Hubungan sensitif terjadi saat semua responden secara konsisten
menjawab setiap butir pernyataan yang menghasilkan skor tinggi untuk satu variabel dan skor tinggi untuk variabel lain sehingga korelasi kedua
variabel tersebut menjadi kuat. Oleh sebab itu, hubungan yang kurang sensitif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dengan
keterampilan berkomunikasi terjadi karena tidak semua responden secara konsisten menghasilkan skor tinggi untuk kedua variabel, melainkan skor
tinggi untuk tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dan skor PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
rendah untuk keterampilan berkomunikasi, atau sebaliknya sehingga menyebabkan korelasi yang lemah.
Hasil penelitian yang menunjukkan derajat hubungan positif antara kedua veriabel sejalan dengan pandangan Ditjen Dikdasmen 2003:10-19
dalam Komalasari 2011:11-13, dimana dalam pelaksanaannya pembelajaran kontekstual melibatkan beberapa komponen utama,
diantaranya adalah bertanya questioning dan masyarakat belajar learning community. Melalui kegiatan bertanya siswa diajarkan untuk
menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Ketika
melakukan ketiga hal tesebut, secara tidak langsung siswa akan dibelajarkan untuk dapat memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik
sehingga pertanyaan yang diajukan merupakan rangkaian kata yang dapat dengan mudah diterima pihak lain. Dengan keterampilan komunikasi
yang baik, maka harapan diperoleh feedback yang baik juga tinggi. Dalam komponen masyarakat belajar, pelaksanaan pembelajaran
kontekstual akan membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. Teman
belajar yang dimaksud tentu saja tidak hanya teman kelas tetapi dalam cakupan yang lebih luas atau masyarakat belajar lain di luar kelas. Hasil
belajar dapat diperoleh dengan sharing antar teman, antar kelompok, dan antara yang tahu dan yang tidak tahu, baik di dalam maupun di luar kelas.
Kegiatan diskusi dan sharing yang diterapkan akan membantu siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terampil dalam berkomunikasi. Siswa akan semakin terasah tentang bagaimana cara berpendapat dan menanggapi pendapat orang lain, hal ini
juga akan membantu siswa mudah dalam menangkap informasi dari pihak luar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin baik tingkat
keterlaksanaan pembelajaran kontekstual, maka siswa juga akan semakin terampil dalam berkomunikasi.
Hubungan positif pada kategori lemah yang ditunjukkan dalam hasil uji hipotesis, tidak berarti bahwa siswa tidak terampil dalam
berkomunikasi. Untuk
dapat membiasakan
dan menumbuhkan
keterampilan berkomunikasi pada siswa membutuhkan waktu dan proses yang cukup lama. Tentu saja hal ini cukup sulit, mengingat bahwa dalam
waktu yang relatif lama siswa terbiasa dengan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada guru. Kegiatan pembelajaran yang berpusat pada
guru, membiasakan siswa hanya menerima tanpa banyak memberikan tanggapan, baik berupa pendapat maupun pertanyaan. Kebiasaan ini
membuat siswa cenderung menjadi seorang yang pasif, tidak cukup berani untuk mengungkapakan pendapatnya di hadapan umum. Hal
tersebut menunjukkan bahwa diperlukan dorongan yang lebih kuat untuk membuat siswa semakin berani dan terampil dalam berkomunikasi.
Dengan adanya pembelajaran konteksual yang lebih berpusat kepada siswa, mereka diajarkan dan dibiasakan untuk lebih aktif dan interaktif,
sehingga ke
depannya siswa
akan semakin
terampil dalam
berkomunikasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Hubungan Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual dengan Integritas Pribadi
Berdasarkan data yang diperoleh, maka hasil temuan penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif persepsi siswa mengenai
tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan integritas pribadi Spearman rho =
+ 0,273; sig 1-tailed = 0,000 α = 0,01.
Persepsi siswa mengenai tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi menunjukkan nilai rata-rata mean =
127,56; nilai tengah median = 129; dan nilai modus 129. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa memiliki persepsi tingkat pelaksanaan
pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berada pada kategori tinggi. Pada integritas pribadi sendiri menunjukkan bahwa nilai rata-rata
mean = 50,35; nilai tengah median = 50; dan nilai modus = 47 dan 53. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa memiliki perilaku jujur pada
kategori sedang. Adapun nilai koefisien korelasi tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi dengan integritas pribadi
menunjukkan derajat hubungan kedua variabel adalah positif dengan kategori lemah.
Hasil deskripsi data menunjukkan bahwa tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual mempunyai kecenderungan skor-skor yang
tinggi, sedangkan integritas pribadi mempunyai kecenderungan skor sedang. Akan tetapi, hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa
kedua variabel tersebut mempunyai hubungan yang lemah. Hal ini disebabkan hubungan yang kurang sensitif antara kedua variabel.
Hubungan sensitif terjadi saat semua responden secara konsisten menjawab setiap butir pernyataan yang menghasilkan skor tinggi untuk
satu variabel dan skor tinggi untuk variabel lain sehingga korelasi kedua variabel tersebut menjadi kuat. Oleh sebab itu, hubungan yang kurang
sensitif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dengan integritas pribadi terjadi karena tidak semua responden secara konsisten
menghasilkan skor tinggi untuk kedua variabel, melainkan skor tinggi untuk tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dan skor rendah
untuk integritas pribadi, atau sebaliknya sehingga menyebabkan korelasi yang lemah.
Hasil penelitian yang menunjukkan derajat hubungan positif antara kedua veriabel sejalan dengan pandangan Ditjen Dikdasmen 2003:10-19
dalam Komalasari 2011:11-13, dimana dalam pelaksanaannya pembelajaran kontekstual melibatkan beberapa komponen utama,
diantaranya adalah menemukan inquiry dan refleksi reflection. Dalam pelaksanaannya, komponen menemukan mengajarkan suatu proses
pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan. Dalam proses pencarian siswa dituntut dan diajarkan untuk senantiasa bersikap
jujur. Hal ini diajarkan kepada siswa untuk membantu mereka mengenali dan menggali kemapuan diri sendiri dalam proses belajar. Siswa
senantiasa diajarkan untuk bersikap jujur kepada diri sendiri dan orang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI