Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Perilaku atau sikap jujur menjadi penting untuk dilakukan karena kejujuran merupakan suatu etika, dimana etika merupakan prinsip-prinsip aturan yang
menentukan tingkah laku seseorang dan mengarahkannya dalam mengambil keputusan. Seseorang yang jujur pada diri sendiri akan timbul sikap yang
tidak selalu bergantung pada orang lain, atau dalam kata lain akan menumbuhkan sikap mandiri pada diri seseorang.
Kejujuran harus ditanamkan dalam diri setiap peserta didik karena kejujuran merupakan salah satu kunci keberhasilan, namun sangat
disayangkan ketika masih banyak peserta didik yang melakukan tindak ketidakjujuran dalam kehidupan mereka sehari-hari. Menurut penelitian yang
dilakukan terhadap siswa SMASMK di Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Munawaroh, dkk 2013: 86-94, tindak ketidakjujuran masih menunjukkan
persentase yang tinggi. Sebanyak 511 responden dalam penelitian, yang menyatakan melakukan ketidakjujuran sebesar 248 responden 48,5,
kadang-kadang 226 responden 44,2, dan tidak pernah melakukan ketidakjujuran hanya 37 resonden 7,3. Tindak ketidakjujuran yang
dilakukan oleh peserta didik antara lain mencontek saat ulangan atau ujian 36,2, berbohong dalam hal tugas atau PR 24,3, ijin keluar kelas hanya
untuk membuka HP atau ke kantin 24,3, dan dalam hal kecil adalah ketika ditanya mengenai pelajaran sudah membaca dan paham atau belum menjawab
sudah padahal belum paham 15,2. Hal ini tentu menjadi sesuatu yang memprihatinkan dan dibutuhkan perhatian khusus untuk dapat menumbuhkan
perilaku jujur dikalangan peserta didik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kompetensi Inti lainnya yang menjadi fokus adalah Kompetensi Inti-4 mengenai kompetensi inti keterampilan, dimana peserta didik dituntut untuk
mampu mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan pengembangan dari apa yang dipelajari. Dalam kegiatan
pembelajaran, peserta didik selalu dituntut aktif dalam mengumpulkan berbagai macam informasi yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Tidak
hanya berhenti sampai pada pengumpulan informasi, namun peserta didik juga dituntut untuk mampu menyampaikan apa yang telah didapatnya kepada
pihak lain, baik itu kepada guru maupun teman-temannya agar mereka juga dapat saling bertukar informasi. Untuk dapat melakukan kompetensi ini
peserta didik dituntut untuk dapat menguasai keterampilan berkomunikasi dengan baik. Strategi pembelajaran yang dipilih dalam kegiatan pembelajaran
harus mampu
membantu peserta
didik menguasai
keterampilan berkomunikasi yang baik agar mereka mampu menyampaikan atau
menyajikan apa yang diperolehnya dengan jelas. Keberhasilan dari kegiatan pembelajaran tidak hanya berhenti dengan
pencapaian terhadap penanaman tindak kejujuran sebagai kunci keberhasilan maupun dengan dimilikinya keterampilan berkomunikasi oleh setiap siswa,
atau bahkan pencapaian terhadap keempat kompetensi inti. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan juga harus mampu membuat peserta didik
merasa senang dengan apa yang mereka lakukan agar mereka juga dapat menghayati apa yeng telah mereka peroleh dan melaksanaknnya dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai hal itu maka perlu diimbangi dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
minat peserta didik agar kegiatan belajar-mengajar dapat berjalan dengan baik dan membangkitkan motivasi peserta didik untuk belajar dengan perasaan
senang. Hal demikian juga disampaikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar-Menengah, Anies Baswedan. Dalam sambutannya yang
diakses dari
salah satu
media http:news.liputan6.comread2133540menteri-anies-pendidikan-harus-jadi-
sesuatu-yang-membahagiakan , beliau menyatakan bahwa pendidikan harus
menjadi sesuatu yang membahagiakan. Jika pendidikan masih dianggap sebagai sesuatu yang menyulitkan, maka negara tidak dapat melahirkan
generasi penerus yang handal. Harus dimunculkan suatu konsep dan metode yang memberikan pemahaman bahwa pendidikan itu menyenangkan,
mencerahkan. Pendidikan bukan sesuatu yang membebani. Pembelajaran kontekstual yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran
berdasarkan Kurikulum 2013 diharapkan mampu menjawab tantangan untuk dapat mengembangkan perilaku jujur, keterampilan berkomunikasi, dan
minat belajar pada peserta didik. Tujuh komponen utama yang dimiliki oleh pembelajaran kontekstual yaitu konstruktivisme, menemukan, bertanya,
masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian autentik harus dapat dilaksanakan dengan baik agar peserta didik mampu mengembangkan dirinya
secara utuh, sehingga dengan demikian setiap peserta didik akan memiliki sikap jujur, keterampilan berkomunikasi, dan menumbuhkan minat belajar
yang tinggi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan, penulis bermaksud untuk melihat dan meneliti hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran
kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 serta hubungannya dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi
kejujuran, dan minat belajar siswa dengan judul “Hubungan Tingkat
Keterlaksanaan Pembelajaran
Kontekstual Pada
Materi Akuntansi
Berdasarkan Kurikulum 2013 Dengan Keterampilan Berkomunikasi, Integritas Pribadi, d
an Minat Belajar Siswa”.