Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Pendekatan Kontekstual

5 Pengaturan diri self-regulating. Proses pembelajaran mendorong siswa untuk mengatur diri dan pembelajarannya secara mandiri. 6 Asesmen autentik authentic assessment. Pembelajaran mengukur, memonitor, dan menilai semua aspek hasil belajar kognitif, afektif, psikomotor, baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama proses proses pembelajaran di dalam kelas ataupun di luar kelas.

c. Prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual

Muslich 2007: 48-48, menyatakan beberapa prinsip dalam pembelajaran kontekstual yang harus diperhatikan oleh guru sebgai berikut: 1 Belajar pada hakekatnya adalah real-world learning, yaitu belajar dari kenyataan yang bisa diamati, dipraktikkan, dirasakan, dan diuji coba. 2 Belajar adalah mengutamakan pengalaman nyata, bukan pengalaman yang hanya diangan-angankan saja, yang tidak bisa dibuktikan secara empiris. 3 Belajar adalah berpikir tingkat tinggi, yaitu berpikir kriti yang mengedepankan siklus inquiry mulai dari mengamati, bertanya, mengajukan dugaan sementara hipotesis, mengumpulkan data, menganilisis data, sampai dengan merumuskan kesimpulan teori. 4 Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa, yaitu pembelajaran yang memberikan kondisi yang memungkinkan siswa melakukan serangkaian kegiatan secara maksimal. 5 Kegiatan pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif, kreatif, dan kritis. 6 Kegiatan pembelajaran menghasilkan pengetahuan bermakna dalam kehidupan siswa. 7 Kegiatan pembelajaran harus dekat dengan kehidupan nyata. 8 Kegiatan pembelajaran harus bisa menunjukkan perubahan perilaku siswa sesuai dengan yang diinginkan. 9 Kegiatan pembelajaran diarahkan pada praktik, bukan menghafal. 10 Pembelajaran harus bisa menciptakan siswa belajar learning, bukan guru mengajar teaching. 11 Sasaran pemebelajaran adalah pendidikan education, bukan pengajaran instruction. 12 Pembelajaran diarahkan pada pembentukan perilaku “manusia” yang membudaya. 13 Strategi pembelajaran diarahkan pada pemecahan masalah, sehingga siswa lebih berpikir kritis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 Situasi pembelajaran dikondisokan agar siswa lebih banyak bertindak acting, sedangkan tugas guru adalah mengarahkan. 15 Hasil belajar diukur dengan berbagai cara, bukan hanya dengan tes tertulis.

d. Komponen Pembelajaran kontekstual

Pembelajaran kontekstual memiliki 7 komponen utama yang harus dikembangkan. Berikut 7 komponen dalam pembelajaran kontekstual yang dikemukakan Ditjen Dikdasmen 2003: 10-19 dalam Komalasari 2011: 11-13: 1 Konstruktivisme constructivism. Kontruktivisme adalah proses membangun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Pembangunan penegetahuan dilakukan sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Manusia harus membangun pengetahuan tersebut, dan memberi makna melalui pengalaman yang nyata dalam kehidupannya. Pengetahuan yang terbangun bukan hanya dari objek yang dipelajari, tetapi juga dari kemampuan siswa sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya. Piaget dalam Sanjaya 2006: 264, menyatakan hakekat kontruktivisme pengetahuan sebagai berikut: a Pengetahuan merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. b Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. c Struktur konsepsi konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman seseorang. 2 Menemukan inquiry. Proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh diharapkan bukan hanya hasil dari mengingat seperangkat fakta, melainkan hasil dari penemuan sendiri. Proses sistematis yang dimaksud adalah: 1 observasi, 2 bertanya, 3 mengajukan dugaan, 4 mengumpulkan data, dan 5 penarikan kesimpulan. 3 Bertanya questioning. Penggalian informasi lebih efektif apabila dilakukan melalui kegiatan bertanya. Konfirmasi terhadap apa yang sudah diketahui juga akan lebih efektif melalui kegiatan tanya- jawab. Menurut Sanjaya 2006: 266, belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir dan menaggapi suatu masalah. Menurut Komalasari 2011: 12, kegiatan bertanya bagi guru dipandang sebagai kegiatan untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa bertanya merupakan bagian penting dalam melakukan inquiry , yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. 4 Masyarakat belajar learning community Pada komponen ini menyatakan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Guru harus membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya, yang tentu saja tidak hanya teman kelas tetapi dalam cakupan yang lebih luas atau masyarakat belajar lain di luar kelas. Hasil belajar dapat diperoleh dengan sharing antarteman, antarkelompok, dan antara yang tahu dan yang tidak tahu, baik di dalam maupun di luar kelas keluarga dan masyarakat. Ketika siswa dibiasakan untuk menerima dan memberikan pengalan yang luas kepada orang lain, maka saat itu pula siswa akan mendapatkan pengalaman yang lebih banyak dan nyata. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 Pemodelan modelling Pemodelan yang dimaksud adalah dalam proses pembelajaran diperlukan kegiatan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Dalam hal ini guru bisa menjadi model untuk memberikan pemahaman terhadap siswa, misalnya dengan menunjukkan cara mengoperasikan suatu alat. Tetapi guru bukan satu-satunya model, artinya model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, atau bahkan mendatangkan seorang ahli tentang suatu materi dari luar sekolah. Kegiatan pemodelan ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang lebih nyata kepada siswa, atau sebagai alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapannya secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh guru. 6 Refleksi reflection Menurut Sanjaya 2006: 268, refleksi adalah proses pengandapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dialami atau dilakukan. Pada saat refleksi, siswa diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, mambandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri learning to be.

Dokumen yang terkait

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa : survey pada siswa kelas XII IIS SMA di wilayah Kabupaten Bantul yang menerapkan kurikulum 2013.

0 0 165

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran aktif pada materi Akuntansi dengan kecerdasan emosional dan keterampilan berpikir kreatif siswa : survei pada siswa kelas XII IIS di SMA N 1 Wates, SMA N 2 Wates, dan SMA N 1 Sentolo di Kabupaten Kulonprogo.

0 18 171

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 0 2

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi Akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi dan minat belajar peserta didik : survei pada lima SMA di wilayah Kota Yogyakarta.

0 2 199

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 2 229

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada Materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar peserta didik : survei pada lima SMA di Kabupaten Gunungkidul.

0 0 211

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa: survei pada siswa Kelas XII IIS SMA Negeri di Kabupaten Bantul.

0 0 232

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

5 14 226

Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2006 dengan Keterampilan berkomunikasi, integritas pribadi, dan minat belajar siswa.

0 0 205

Hubungan antara persepsi siswa tentang kompetensi guru akuntansi dan kepuasan belajar siswa : survai pada siswa di SMA Negeri 1 Wates, Negeri 2 Wates, dan BOPKRI 1 Wates tahun ajaran 2012/2013.

0 3 186