Pembahasan ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
kedua variabel tersebut mempunyai hubungan yang lemah. Hal ini disebabkan hubungan yang kurang sensitif antara kedua variabel.
Hubungan sensitif terjadi saat semua responden secara konsisten menjawab setiap butir pernyataan yang menghasilkan skor tinggi untuk
satu variabel dan skor tinggi untuk variabel lain sehingga korelasi kedua variabel tersebut menjadi kuat. Oleh sebab itu, hubungan yang kurang
sensitif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dengan integritas pribadi terjadi karena tidak semua responden secara konsisten
menghasilkan skor tinggi untuk kedua variabel, melainkan skor tinggi untuk tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dan skor rendah
untuk integritas pribadi, atau sebaliknya sehingga menyebabkan korelasi yang lemah.
Hasil penelitian yang menunjukkan derajat hubungan positif antara kedua veriabel sejalan dengan pandangan Ditjen Dikdasmen 2003:10-19
dalam Komalasari 2011:11-13, dimana dalam pelaksanaannya pembelajaran kontekstual melibatkan beberapa komponen utama,
diantaranya adalah menemukan inquiry dan refleksi reflection. Dalam pelaksanaannya, komponen menemukan mengajarkan suatu proses
pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan. Dalam proses pencarian siswa dituntut dan diajarkan untuk senantiasa bersikap
jujur. Hal ini diajarkan kepada siswa untuk membantu mereka mengenali dan menggali kemapuan diri sendiri dalam proses belajar. Siswa
senantiasa diajarkan untuk bersikap jujur kepada diri sendiri dan orang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lain, agar apa yang dipelajarinya dapat dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari dengan baik. Pada akhirnya diharapakan siswa akan
memperolah hasil yang baik selama proses pembelajaran, baik dalam proses pencarian informasi maupun penemuan pemecahan mengenai
suatu masalah. Selain komponen menemukan, ada juga komponen refleksi yang
senantiasa mengajarkan kejujuran kepada siswa. Komponen refleksi memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencerna, menimbang,
mambandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri. Refleksi mengajarkan setiap siswa untuk selalu jujur, terutama
pada dirinya sendiri. Hasil refleksi yang jujur akan dapat digunakan siswa sebagai bekal pengetahuan tentang apa yang seharusnya mereka lakukan
dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya supaya menjadi lebih baik. Melalui kedua komponen kegiatan tersebut dapat disimpulkan bahwa
semakin baik tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual, maka akan semakin meningkat pula perilaku jujur yang dimiliki siswa.
Hubungan positif pada kategori lemah yang ditunjukkan dalam hasil uji hipotesis, tidak berarti bahwa siswa tidak memiliki perilaku
jujur. Perilaku jujur perlu diasah terus menerus, tidak dalam waktu singkat namun melalui proses pembiasaan. Banyak siswa yang
beranggapan bahwa hasil lebih penting daripada proses, sehingga banyak dari mereka menyepelekan proses yang akhirnya membuat mereka
terjerumus dalam perilaku tidak jujur. Hal ini terlihat dalam deskripsi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengenai variabel integritas pribadi, dimana 41 siswa 26,3 memiliki persepsi tentang integritas pribadi dengan kategori tidak jujur, dan 20
siswa 12,8 memiliki persepsi mengenai integritas pribadi dengan kategori sangat tidak jujur. Dari data kuesioner yang telah dihimpun,
salah satu contoh perbuatan tidak jujur yang dilakukan siswa adalah menyalin pekerjaan teman, baik itu berupa PR atau tugas. Sebanyak 4
siswa 2,6 menyatakan selalu melakukan hal tersebut, 30 siswa 19,23 menyatakan sering menyalin pekerjaan teman, dan 74 siswa
47,4 menyatakan kadang-kadang menyalin pekerjaan teman. Perilaku tidak jujur yang masih sering dilakukan siswa bisa saja terjadi karena
guru lupa menyampaikan betapa pentingnya perilaku jujur diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang bisa diterapkan dalam
pembelajaran akuntansi. Dalam pembelajaran akuntansi, perilaku jujur sangat diharapkan untuk diterapkan karena akuntansi merupakan sebuah
seni untuk menghasilkan laporan akuntansi yang dalam prosesnya merupakan sesuatu yang saling berhubungan dan berkelanjutan. Melihat
hal ini sudah seharusnya perilaku jujur diterapkan supaya siswa dapat mengerjakan langkah demi langkah dalam proses pengerjaan dan dapat
mempertanggungjawabkan hasilnya. Selain itu, hasil dari kegiatan akuntasi merupakan hasil yang akan dipakai oleh banyak pihak untuk
menentukan berbagai kebijakan dan keputusan masa mendatang, sehingga sangat diperlukan perilaku jujur. Dengan melihat pentingnya
perilaku jujur diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pembelajaran akntansi sudah seharusnya hal ini menjadi perhatian khusus bagi pihak yang berkaitan dengan perkembangan karakter siswa. Melalui
pembelajaran kontekstual ini, diharapkan akan semakin mengasah kejujuran siswa sehingga mereka menghargai setiap detail kegiatan
pembelajaran. 3. Hubungan Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual dengan
Minat Belajar Berdasarkan data yang diperoleh, hasil temuan penelitian ini
menunjukkan bahwa ada hubungan positif persepsi siswa mengenai tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi
berdasarkan kurikulum 2013 dengan minat belajar siswa Spearman rho = + 0,574; sig 1-tailed
= 0,000 α = 0,01. Persepsi siswa mengenai tingkat keterlaksanaan pembelajaran
kontekstual pada materi akuntansi menunjukkan nilai rata-rata mean = 127,56; nilai tengah median = 129; dan nilai modus 129. Hal tersebut
menunjukkan bahwa siswa memiliki persepsi tingkat pelaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berada pada kategori
tinggi. Pada integritas pribadi sendiri menunjukkan bahwa nilai rata-rata mean = 71,76; nilai tengah median = 71, dan nilai modus = 64. Hal
tersebut menunjukkan bahwa siswa memiliki minat belajar pada kategori tinggi. Adapun nilai koefisien korelasi tingkat keterlaksanaan
pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi dengan minat belajar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menunjukkan derajat hubungan kedua variabel adalah positif dengan kategori cukup.
Hasil deskripsi data menunjukkan bahwa tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual mempunyai kecenderungan skor-skor yang
tinggi, begitu pula dengan minat belajar yang mempunyai kecenderungan skor tinggi. Akan tetapi, hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa
kedua variabel tersebut mempunyai hubungan yang cukup. Hal ini disebabkan hubungan yang kurang sensitif antara kedua variabel.
Hubungan sensitif terjadi saat semua responden secara konsisten menjawab setiap butir pernyataan yang menghasilkan skor tinggi untuk
satu variabel dan skor tinggi untuk variabel lain sehingga korelasi kedua variabel tersebut menjadi kuat. Oleh sebab itu, hubungan yang kurang
sensitif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dengan minat belajar siswa terjadi karena tidak semua responden secara konsisten
menghasilkan skor tinggi untuk kedua variabel, melainkan skor tinggi untuk tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dan skor cukup
untuk minat belajar, atau sebaliknya sehingga menyebabkan korelasi yang lemah.
Hasil penelitian yang menunjukkan derajat hubungan positif antara kedua veriabel sejalan dengan pandangan Ditjen Dikdasmen 2003:10-19
dalam Komalasari 2011:11-13, dimana dalam pelaksanaannya, pembelajaran kontekstual melibatkan beberapa komponen utama yaitu
konstruktivisme constructivism. Konstruktivisme merupakan proses PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
membangun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman secara aktif, krestif, dan produktif. Hal ini mengajarkan
kepada siswa bahwa mereka harus secara sadar memiliki kemauan mengembangkan pengetahuan mereka secara mandiri. Selain kesadaran
pribadi, dorongan dari pihak guru sebagai faktor eksternal juga sangat dibutuhkan. Guru dan siswa harus saling bekerjasama untuk menciptakan
suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan akan membangkitkan minat belajar
siswa dan membuat siswa tenang serta nyaman dalam proses mereka membangun pengetahuan yang dimilikinya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semakin baik tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual, maka akan semakin baik juga minat belajar yang dimiliki
siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127