20
Menurut pembahasan dari berbagai pakar dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa untuk menjelaskan ide-
ide matematis secara lisan maupun tulisan, memngembangkan ide-ide matematis, mengubah simbol, gambar, grafik, atau tabel menjadi sebuah penjelasan matematis
yang dapat dipahami orang lain, mengubah situasi menjadi model matematis, dan membuat argumen secara logis. Kemampuan komunikasi sangat diperlukan untuk
memudahkan siswa dalam memahami masalah matematis, namun banyak guru yang tidak memperhatikan kemampuan komunikasi matematis ini. Maka dari itu peneliti
ingin meneliti kemampuan komunikasi matematis untuk mendalami kemampuan ini sehingga dapat dipakai untuk kegiatan pembelajaran yang lebih baik.
2.3. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis
Indikator yang dikemukakan oleh Utari Sumarmo dalam bukunya Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan menyatakan bahwa kemampuan yang
tergolong komunikasi matematik adalah sebagai berikut :
36
1. Menyatakan situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa,
simbol, ide, atau model matematik. 2.
Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan. 3.
Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika. 4.
Membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis. 5.
Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi, dan generalisasi.
6. Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam
bahasa sendiri. Menurut Jazuli dalam prosidingnya yang berjudul Berfikir Kreatif dalam
Kemampuan Komunikasi Matematika tahun 2009, kemampuan komunikasi matematika meliputi :
37
36
Utari Sumarmo, Kumpulan Makalah “Berpikir dan Disposisi Matematik serta Pembelajarannya”,
Bandung : UPI, 2013, h.128
21
a. kemampuan menyatakan suatu ide matematika melalui tulisan.
b. kemampuan menyatakan suatu ide matematika melalui bahasa.
c. kemampuan menyatakan suatu ide matematika melalui gambar, grafik dan
bentuk visual lain Terkait dengan komunikasi matematik, dalam Principles and Standards for
School Mathematics NCTM, 2000 disebutkan bahwa standar kemampuan yang seharusnya dikuasai oleh siswa adalah sebagai berikut:
38
1. Mengorganisasi
dan mengkonsolidasi
pemikiran matematika
dan mengkomunikasikan kepada siswa lain
2. Mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren dan jelas kepada siswa
lain, guru, dan lainnya. 3.
Meningkatkan atau memperluas pengetahuan matematika siswa dengan cara memikirkan pemikiran dan strategi siswa lain.
4. Menggunakan bahasa matematika secara tepat dalam berbagai ekspresi
matematika. Dari indikator yang telah dijabarkan, indikator yang diambil oleh penulis
ialah indikator menurut Utari Sumarmo, yaitu: 1.
Menyatakan situasi, gambar, atau diagram ke dalam model matematik 2.
Menjelaskan ide dan situasi matematika secara tulisan Maka penelitian yang akan diteliti disini adalah kemampuan siswa untuk
menyatakan grafik atau diagram atau situasi menjadi bahasa atau model matematika, menyatakan gambar, menjelaskan atau menuliskan suatu ide penyelesaian dari sebuah
masalah, kemampuan siswa untuk menuliskan relasi matematika, dan kemampuan siswa untuk menjelaskan situasi matematika.
37
Akhmad Jazuli, “Berfikir Kreatif dalam Kemampuan Komunikasi Matematika”, Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 5 Desember
2009, h. 219, tidak dipublikasikan
38
NCTM, Principles and Standart for School Mathematics, United States: Library of Congress Cataloguing, 2000.h. 60
22
3. Model Kooperatif dalam Pembelajaran Matematika
3.1. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan istilah umum untuk sekumpulan strategi pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama
kelompok dan interaksi antarsiswa.
39
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokkantim kecil, yaitu antara
empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda heterogen.
40
Pembelajaran kooperatif memiliki dua komponen utama, yaitu komponen tugas kooperatif dan komponen struktur kooperatif.
41
Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas
kelompok, sedangkan struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok.
Tujuan pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya meliputi tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan
keterampilan sosial. Pada pembelajaran ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan siswa diminta untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru.
Ada empat unsur penting yang harus dipenuhi dalam pembelajaran model kooperatif. Empat unsur itu adalah :
42
1. Adanya peserta dalam kelompok
Peserta yang dimaksud adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam kelompok belajar. Pengelompokkan siswa dapat dilakukan dengan
mengelompokkan siswa berdasarkan minat dan bakat, latar belakang
39
David A. Jacobsen, Paul Eggen, dan Donald Kauchak, Metode-Metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009, h. 230
40
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2012, Cet. ke-9, h. 242
41
Ibid., h. 243
42
Ibid., h. 241
23
kemampuan, atau berdasarkan campuran antara minat dan bakat dan latar belakang kemampuan.
2. Adanya aturan kelompok
Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat. Misalnya pembagian tugas dalam kelompok, waktu dan
tempat pelaksanaan, dan sebagainya. 3.
Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok Upaya belajar maksudnya adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan
kemampuan yang mereka miliki atau meningkatkan kemampuan baru, baik dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Aktivitas ini
dilakukan dalam kelompok sehingga antar peserta bisa saling bertukar pikiran.
4. Adanya tujuan yang harus dicapai
Tujuan yang dimaksud disini adalah untuk memberikan arah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dengan adanya tujuan yang jelas, maka setiap
anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar.
Dari uraian di atas, maka pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara berkelompok dengan anggota kelompok yang heterogen yang menciptakan
suasana kerjasama antar kelompok, membuat siswa saling bertukar pikiran dan mengajarkan siswa untuk menghasilkan ide dari masing-masing individu.
3.2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menekankan pada konsep kerja sama. Untuk itu pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran dilakukan
dengan membuat kelompok-kelompok. Adanya kelompok, bukan berarti hanya satu orang yang aktif dalam kelompok tersebut, namun harus seluruh anggota kelompok
berpartisipasi aktif dalam kelompok, karena setiap anggota kelompok wajib