Andragogi Sebagai Pendekatan Pembelajaran Orang Dewasa a. Pendekatan Pembelajaran Orang Dewasa

48 tempat belajar orang dewasa, seperti ketersediaan peralatan dan bahan serta kenyamanan lingkungan sosialnya.

b. Komponen Perencanan Pendidikan Orang Dewasa

Rancangan pendidikan perlu disusun jika ingin kegiatan pendidikannya berhasil. Di Indonesia, pandangan pendidikan orang dewasa lebih mengarah pada pendidikan luar sekolah atau pendidikan masyarakat. Hal yang disiapkan untuk menyelenggarakan pendidikan yaitu dibutuhkannya perencanaan pendidikan. Menurut Rahman 1989 dalam Suprijanto 2007: 56 menjelaskan beberapa komponen perencanaan pendidikan orang dewasa, antara lain : 1. Peserta didik. Harus mempertimbangkan kondisi peserta didik, seperti perbedaan umur, kelamin, sosial, ekonomi, latar belakang, pendidikan, pengalaman, dan sebagainya. 2. Tujuan belajar. Pendekatan yang dilakukan lebih mengarah pada kemampuan dan keterampilan praktis dalam waktu singkat untuk mencukupi kebutuhannya. 3. Sumber belajar pembimbing. Diupayakan sumber belajar dari masyarakat atau orang yang sudah mengenal keadaan masyarakat secara rici. 4. Kurikulum. Kurikulum yang digunakan sangat sederhana dan sesui kebijakan pemerintah setempat. 49 5. Organisasi pelaksana. Tentang siapa pelaksananya, apa kegiatannya, bagaimana susunan anggotanya, apa perlengkapan, dari mana sumber dana dan siapa penanggung jawabnya. 6. Kondisi masyarakat setempat. Menyusun perencanaan pembelajaran disesuaikan dengan kondisi masyarakatnya. 7. Kebermanfaatan langsung. Program yang dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan peserta didik. 8. Struktur organisasi. Struktur organisasi dibuat sesederhana mugkin untuk menghindari kerumitan. Hal pertama yang dilakukan sebelum menyelenggarakan pendidikan adalah sebuah perencanaan pendidikan. Berdasarkan penjelasan tentang rancangan pendidikan orang dewasa di atas, komponen perencanaannya meliputi peserta didik, tujuan belajar, sumber belajar, kurikulum, organisasi pelaksana, kondisi masyarakat, kebermanfaatan langsung, dan struktur organisasi.

c. Tahap Proses Belajar

Melalui proses belajar, seseorang peserta didik yang tadinya tidak tahu suatu hal menjadi tahu banyak hal. Proses belajar yang tak terlihat yaitu yang berasal dari dalam diri disebut proses belajar intern, sedangkan yang terlihat disebut proses belajar ekstern. Ada enam tahapan dalam proses belajar yang terjadi pada diri seseorang : 1. Motivasi. Motivasi adalah keinginan untuk mencapai suatu hal. Dalam pembelajaran, motivasi jangka pendek berupa minat untuk belajar 50 pada saat itu, dan motivasi jangka panjang berupa keinginan memperoleh nilai ujian baik. 2. Perhatian pada pelajaran. Peserta didik harus memusatkan perhatiannya pada pelajaran, apabila tidak maka proses belajarnya akan mengalami hambatan. 3. Menerima dan mengingat. Setelah memperhatikan pelajaran maka langkah selanjutnya adalah menerima dan mengingat. Tahap ini harus terjadi pada seseoran yang sedang belajar. 4. Reproduksi. Tahap ini, seseorang tidak hanya menerima pelajaran baru, namun juga mampu mengingat pelajaran-pelajaran sebelumnya. 5. Generalisasi. Tahap generalisasi adalah penerapan kembali tentang pelajaran yang telah dipelajari dari situasi yang satu ke situasi yang lain. 6. Melaksanakan tugas belajar dan umpan balik. Pada tahap ini, peserta didik harus sudah memahami dan dapat menerapkannya pada tugas yang diberikan Suprijanto, 2007: 40-43. Berdasarkan penjelasan di atas mengenai tahapan dalam proses belajar, dapat disimpulkan yaitu terdapat enam tahap proses belajar. Proses belajar seseorang dimulai dari motivasi, yaitu keinginan belajar yang bertujuan agar memperoleh nilai memuaskan saat ulangan ataupun ujian. Setelah muncul motivasi, kemudian seseorang akan benar-benar memperhatikan pelajaran agar orang tersebut bisa menerima dan mengingat pelajaran tersebut. Tapah setelah motivasi, memperhatikan pelajaran, menerima dan mengingat, 51 selanjutnya reproduksi dan generalisasi yaitu mampu mengingat pelajaran baru dan sebelumnya serta mampu menerapkan kembali ilmu yang telah didapat. Proses belajar yang terakhir adalah, melaksanakan tugas belajar dan umpan balik, yaitu peserta didik sudah harus memahami dan dapat menerapkan pada tugas yang diberikan pendidik.

5. Sanggar Kegiatan Belajar SKB

Keberadaan pendidikan nonformal berkaitan dengan keberadaan lembaga yang menyelenggarakan pendidikan tersebut. Salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan nonformal tersebut adalah Sanggar Kegiatan Belajar SKB. Sanggar Kegiatan Belajar SKB merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD dibawah naungan Dinas Pendidikan tingkat KabupatenKota. Tugasnya untuk mengusung pengembangan model Pendidikan Anak Usia Dini PAUD, nonformal, dan informal di tingkat kabupatenKota dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Kecakapan Hidup. Berbeda dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat PKBM yang merupakan lembaga pendidikan bentukan masyarakat,, dikelola dan dikembangkan oleh masyarakat itu sendiri, namun SKB dibawah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga. SKB memiliki tugas membuat percontohan program pendidikan nonformal, mengembangkan bahan belajar muatan lokal sesuai dengan kebijakan Dinas Pendidikan KabupatenKota dan potensi lokal setiap daerah. Dalam SK Mendikbud RI Nomor. 023O1997 menyebutkan bahwa tugas pokok SKB “Melaksanakan pembuatan percontohan dan pengendalian mutu pelaksanaan program Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan