Informan 7 Profil Siswa Sekolah Dasar Negeri yang Mengulang di Kecamatan Magelang Selatan

74

7. Informan 7

a. Profil Informan ketujuh berinisial KRSP. Penulis melakukan wawancara dengan KRSP dan orang tuanya pada hari sabtu, 24 Mei 2014 pukul 13.02 WIB. KRSP lahir di Magelang pada tanggal 17 April 2004. Dia bertinggi badan sekitar 125 cm dan berat badan sekitar 25 kg. Dia merupakan anak satu-satunya. Dia mengalami tinggal kelas pada kelas II tingkat pendidikan dasar di Kecamatan Magelang Selatan. KRSP L10 berasal dari keluarga yang kurang mampu atau berekonomi lemah dengan penghasilan sekitar 500 ribu sampai dengan 1 juta. Ayahnya bekerja sebagai buruh ditoko mebel, sedangkan ibunya telah meninggal dunia. Sehingga seluruh kebutuhan dibebankan kepada ayahnya. b. Latar Belakang dan Sebab Tinggal Kelas KRSP merupakan siswa yang hiperaktif di kelas. Dia tinggal kelas karena beberapa faktor berikut ini 1 malas belajar; 2 Kurangnya perhatian dari orang tua; 3 banyaknya nilai di bawah KKM; 4 cenderung siswa yang hiperaktif; 5 kemampuan menangkap setiap mata pelajaran yang kurang; 6 kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang masih kurang; dan 7 keadaan mayarakat masih kurang baik. KRSP merupakan siswa yang malas dalam belajar. Dia lebih suka bermain dengan teman sebayanya. Dia bermain setiap pulang sekolah sampai dengan sore hari. Malam harinya pun lebih banyak dia habiskan untuk bermain dan berkumpul dengan teman-temannya. Dia mau belajar ketika ada PR dari sekolah. Belajarnya saja hanya mengerjakan PR bukan membaca materi pelajaran di sekolah. 75 Hal di atas juga sangat berhubungan dengan kurangnya perhatian dari orang tuanya. Sebenarnya sebelum ibunya meninggal dunia, dia sering mendapatkan bimbingan dari ibunya. Karena ibunya yang tergolong keras dalam membimbingnya. Namun setelah ibunya meninggal dunia, tidak ada lagi yang membimbing dan mengawasinya belajar. Apalagi dengan keadaan keluarganya yang kurang begitu baik. Setelah ibunya meninggal, ayah KRSP menikah lagi dengan wanita lain. Sehingga KSP dititipkan kepada neneknya. Ayahnya jarang sekali datang kerumah neneknya untuk membimbingnya belajar. Waktunya lebih banyak dihabiskan dengan istri barunya. Dengan berbagai masalah tersebut membuat kepribadian KRSP sedikit berubah dan cenderung untuk tidak pernah belajar dan lebih banyak bermain. Seperti penjelasan bibi dari KRSP berikut ini: “Memang sing diwedeni niku ibuke yang ditakuti itu ibunya. Nek ibuke njiwet nggih njiwet tenan kalau ibuya menghukum, ya dihukum beneran. Nek bapake niku terlalau mboten peka kalau bapaknya itu tidak peka. Sakniki tumut mbahe sekarang ikut neneknya. Bapake malah kagungan garwo malih kalian garwane sing kecelakaan kakine patah.dadose sakniki bapake ting mriki, sing setri ting magelang tengah bapaknya sekarang sudah punya istri lagi dengan wanita yang kemarin kecelakaan. Jadi sekarang bapaknya di sini, istrinya di Magelang Tengah sana.. Dadose kasih sayang bapake mboten kemraket kali anak ngonten jadi kasih sayang bapaknya itu tidak melekat kepada anaknya. Biasa teko nopo-nopo di loske biasa, mau ngapain dibiarkan saja. Njug mboten disayang2 terus pun bodo amat dolan tko dolan terus tidak diberikan kasih sayang, terus sudah tidak peduli. Mau main ya main aja.. Menawi badhe dibelajari namung akon kemawon. kalau waktunya belajar juga Cuma nyuruh saja. Menawi anake wegah nggih pun mbote peduli kalau anaknya tidak mau ya sudah dibiarkan saja. wawancara bibi KRSP. Tanggal 24 Mei 2014 Faktor berikutnya adalah nilainya yang masih banyak di bawah KKM. Bahkan 6 mata pelajaran mendapat nilai di bawah KKM. Mata pelajaran tersebut antara lain adalah 1 Bahasa Indonesia; 2 Matematika; 3 Ilmu Pengetahuan Alam IPA; 4 Pengetahuan Sosial IPS; 5 Seni Budaya dan Keterampilan; 76 dan 6 Bahasa Jawa. Amat mendapatkan nilai yang kurang begitu baik pada mata pelajaran pokok. Sehingga dia harus tinggal kelas. KRSP memiliki sifat yang hiperaktif. Dia suka mencari perhatian baik di sekolah maupun di rumah. Hal ini dikarenakan sudah lama tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Perilaku ini ditunjukkan dengan kebiasaan ngobrol dengan temannya dan mengganggu teman di saat pelajaran berlangsung. Dengan seringnya dia mengobrol dengan temannya membuat materi pelajaran tidak dapat ditangkap dengan baik. Kemampuan membaca, menulis, dan berhitungnya juga sangat kurang. KRSP adalah siswa yang masih kurang lancar membaca. Dari segi menulis masih ada beberapa huruf yang ketinggalan dalam satu katanya. Dari segi berhitung masih kurang mampu menghitung bengan baik. Keadaan masyarakat sekitar juga kurang mendukung perkembangannya. Karena pengaruh dari teman sebayanya yang sering mengajaknya bermain bukan untuk belajar kelompok. Penjelasan bibinya berikut ini, “Nggih namung dolan-dolan ngeten ya cuma main begini mas. Ndalu mawon nggih mboten belajar namung dolan malam hari saja juga tidak belajar, cuma kumpul dan bermain. Kulo pernah sanjang sing gedhe ki ngajari belajar ben bocah-bocah tiru-tiru saya pernah menasehati yang besar agar mengajari belajar yang kecil-kecil biar semuanya bisa mengikuti. Namung tetep mawon namong dolanan lan geguyonan tetapi sama saja tetap hanya bermain dan bercanda ”. wawancara bibi KRSP. Tanggal 24 Mei 2014 c. Dampak Setelah Tinggal Kelas Berdasarkan penjelasan dari wali kelas KRSP, KRSP di tahun ini sudah ada kemajuan. Dampak yang dialami KRSP setelah tinggal kelas di tahun lalu adalah: 1 nilai sudah ada peningkatan; dan 2 kemampuan siswa yang meningkat. Hal 77 ini didukung oleh keterangan dari wali kelas KRSP berikut ini, “Ya berdasarkan nilai di semester gasal kemarin untuk KRSP sudah ada peningkatan. Walaupun hanya sediki t”. Namun masih ada nilai yan belum sesuai dengan KKM hal ini mungkin karena pengaruh dari perhatian orang tua yang kurang maksimal kepada KRSP. Upaya yang dilakukan wali kelas KRSP adalah dengan pendekatan personal kepada KRSP. Selain itu adanya motivasi dan nasehat kepada KRSP. Kemungkinan di tahun ini KRSP bisa naik kelas. Hal tersebut bisa terjadi apabila KRSP bisa meningkatkan kemauan dan prestasi di kelas.

8. Informan 8