Status Pekerjaan Akseptor KB dengan Penggunaan Metode
103
ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun Judisseno, 2005.
Penghasilan memiliki pengaruh terhadap penggunaan MKJP. Pada penelitian ini, penghasilan akseptor KB dibagi menjadi 2 kategori yaitu
tinggi dan rendah. Kategori penghasilan tinggi adalah penghasilan diatas upah minimum kota Tangerang Selatan tahun 2014 berdasarkan Badan
Pusat Statistik BPS yaitu 2.442.000, sedangkan penghasilan rendah yaitu ≤ 2.442.000. Berdasarkan analisis diperoleh nilai OR pada CI 95
sebesar 2,206 1,075-4,528, dengan demikian nilai OR bermakna,
sehingga dapat disimpulkan akseptor KB yang berpenghasilan tinggi
berpeluang 2,206 kali menggunakan MKJP dibandingkan dengan akseptor
KB yang berpenghasilan rendah. Pada analisis univariat terlihat pula bahwa jumlah Akseptor KB
pengguna MKJP lebih banyak yang berpenghasilan tinggi 58,5, sedangkan jumlah Akseptor KB pengguna non MKJP lebih banyak yang
berpenghasilan rendah sebesar 62,2, dengan demikian terlihat bahwa terdapat kecenderungan tingkat penghasilan dengan penggunaan metode
kontrasepsi. Penghasilan yang rendah dapat berpengaruh terhadap pilihan metode
kontrasepsi yang akan digunakan karena berkaitan dengan kemampuan akseptor dalam membayar biaya pelayanan. Kelompok penghasilan tinggi
memiliki kesempatan lebih besar menggunakan MKJP karena memiliki
104
aksesibilitas yang lebih tinggi khususnya dalam segi finansial untuk membayar biaya pemasangan MKJP. Akseptor KB pengguna non MKJP
di wilayah kerja Puskesmas Pamulang yang menjadi sampel lebih banyak pada kategori penghasilan rendah dan sebagian besar mengakses
pelayanan swasta. Biaya pemasangan MKJP di pelayanan swasta memang lebih mahal
dibandingkan dengan pelayanan pemerintah. Namun, jika dihitung biaya yang dikeluarkan perbulan untuk KB non MKJP dibandingkan dengan
sekali pemasangan MKJP yang memberikan efektiftifitas beberapa tahun, lebih banyak uang yang dihabiskan untuk menggunakan non MKJP
perbulan Yudi, 2015. Selain itu, subsidi terhadap MKJP juga telah dilakukan pemerintah. Rata-rata pada setiap tahunnya, BKKBN
mengeluarkan alokasi dana hingga Rp500 miliar Susanto, 2015. Bahkan, Puskesmas Pamulang sebagai salah satu institusi kesehatan pemerintah
yang berada di wilayah tempat tinggal responden tidak memungut biaya untuk pelayanan KB termasuk pelayanan pemasangan MKJP.
Menurut Teffera and Wondifraw 2015 Semakin tinggi penghasilan seorang keluargawanita semakin memungkinkan untuk
menggunakan MKJP. Hal ini dapat disebabkan karena dengan penghasilan yang cukup dapat membuat seseorang mampu untuk membayar
transportasi dan biaya prosedural penggunaan MKJP. Berdasarkan penelitian Teffera dan Wondifraw 2015 diperoleh
hasil sejalan dengan penelitian ini yaitu indeks kekayaan berpengaruh terhadap penggunaan MKJP. Wanita yang memiliki indeks kekayaan
105
tinggi memiliki peluang 4,8 kali menggunakan MKJP dibandingkan dengan wanita yang memiliki indeks kekayaan rendah. Pada penelitian
Asih dan Oesman 2009 juga diperoleh hubungan yang signifikan antara indeks kekayaan dengan status penggunaan MKJP, dimana akseptor KB
yang mempunyai indeks kekayaan dalam kategori mampu berpeluang 1,440 kali menggunakan MKJP dibandingkan dengan akseptor KB dengan
kategori miskin. Pada penelitian Paskaria 2015 yang menganalisis lanjut data
SDKI 2012 juga diperoleh hasil adanya hubungan antara status ekonomi dengan penggunaan MKJP. Akseptor KB dengan status ekonomi mampu
berpeluang 1,76 kali menggunakan MKJP dibandingkan dengan akseptor KB dengan status ekonomi miskin. Pada penelitian Arliana dkk 2013
juga diperoleh adanya hubungan antara pendapatan keluarga dengan pilihan metode kontrasepsi, akseptor non MKJP cenderung pada kelompok
yang memiliki pendapatan rendah. Namun hasil yang berbeda diperoleh pada penelitian Kurniawati
2002 dimana diperoleh hasil yang tidak berhubungan antara penghasilan dengan penggunaan MKJP, begitu pula yang ditemukan pada penelitian
Fienalia 2012 diperoleh hasil tidak ada hubungan antara tingkat penghasilan dengan status penggunaan kontrasepsi.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan cakupan penggunaan MKJP dengan melakukan
penyuluhan pada kelompok berpenghasilan rendah mengenai manfaat menggunakan MKJP baik segi efektifitas dan finansial serta sosialisasi