Tempat Tinggal Pengetahuan Determinan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang MKJP

41 dengan adanya pengetahuan yang baik terhadap metode kontrasepsi tertentu akan merubah cara pandang akseptor dalam menentukan kontrasepsi yang paling sesuai dan efektif digunakan sehingga membuat pengguna KB lebih nyaman terhadap kontrasepsi tersebut. Pengetahuan yang baik akan alat kontrasepsi dapat menghindari kesalahan dalam pemilihan alat kontrasepsi yang paling sesuai bagi pengguna itu sendiri Dewi dan Notobroto, 2014. Pada penelitian Gebremichael dkk 2013 diperoleh hasil bahwa wanita dengan pengetahuan sedang berpeluang 4,2 kali lebih besar menggunakan MKJP dibandingkan dengan wanita dengan pengetahuan rendah, dan wanita dengan pengetahuan tinggi berpeluang 4,2 kali lebih besar menggunakan MKJP dibandingkan dengan wanita dengan pengetahuan rendah. Pada penelitian Shegaw Getinet dkk 2014, juga diperoleh hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan MKJP. Pengetahuan menengah meningkatkan peluang 3,4 kali dan pengetahuan tinggi meningkatkan peluang 2,3 kali menggunakan MKJP. Pada penelitian Dewi dan Notobroto 2014, tingkat pengetahuan responden kelompok pengguna non MKJP cenderung lebih kurang daripada kelompok pengguna MKJP, dimana hasil persentase menunjukkan sebesar 91,7 dibandingkan reponden pengguna MKJP hanya 8,3. Pengaruh pengetahuan responden dengan rendahnya keikutsertaan PUS menggunakan MKJP nilai p= 0,000 α= 0,05. Disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pengetahuan responden dengan rendahnya keikutsertaan PUS menggunakan 42 MKJP. Namun, hasil yang berbeda diperoleh pada penelitian Mengistu Meskele dan Wubegzier Mekonnen 2014 yang memperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan minat wanita dalam menggunakan MKJP.

7. Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau informasi, baik yang bersifat internal maupun eksternal sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respon terhadap stimulus tertentu. Tingkatan sikap adalah menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab Sunaryo, 2004. Sikap berhubungan dengan penggunaan MKJP. Pada penelitian Gebremichael dkk 2013 diperoleh hasil bahwa wanita dengan sikap positif terhadap MKJP mempunyai peluang 2 kali lebih besar menggunakan MKJP dibandingkan dengan wanita yang memiliki sikap negatif terhadap MKJP. Hasil yang serupa diperoleh pada penelitian Mengistu Meskele dan Wubegzier Mekonnen 2014 yang memperoleh hasil wanita yang memiliki sikap positif 2,5 kali lebih mungkin menggunakan MKJP dibandingkan dengan wanita yang memiliki sikap negatif terhadap MKJP. Pada penelitian Shegaw Getinet et al 2014 juga diperoleh hasil bahwa wanita dengan sikap 43 positif berpeluang 3 kali menggunakan MKJP dibandingkan dengan wanita dengan sikap negatif terhadap MKJP.

8. Mendengar Mitos dan Kesalahpahaman tentang MKJP

Mitos adalah cerita-cerita yang menyingkapkan atau menerangkan pandangan hidup seseorang. Pada zaman sekarang, pembuat mitos yang paling berpengaruh adalah media massa F Fore, 2002. Mitos dan kesalahpahaman yang terdapat di masyarakat mengenai MKJP seperti IUD dapat menyebabkan radang panggul, IUD dapat mengakibatkan kemandulan, kontra indikasi pada wanita yang belum pernah hamil, MKJP dapat meningkatkan berat badan, implan menyebabkan perdarahan, IUD tidak dapat menghentikan kehamilan, MKJP menyebabkan kehamilan ektopik, MKJP menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur, IUD menyakitkan, MKJP menyebabkan rambut rontok, MKJP menyebabkan osteoporosis, IUD tidak muat di panggul wanita dan masih banyak lagi kesalahpahaman dan mitos mengenai MKJP di masyarakat SHFPA, 2013 dan Russo et al, 2013. Berbagai penelitian menunjukan adanya hubungan antara pernah mendengar mitos dan kesalahpahaman terkait kontrasepsi dengan status penggunaan kontrasepsi. Pada penelitian Mengistu Meskele dan Wubegzier Mekonnen 2014, yang meneliti mengenai faktor yang berhubungan dengan minat wanita dalam menggunakan MKJP, memperoleh hasil bahwa wanita yang tidak pernah mendengar mitos dan kesalahpahaman tentang MKJP berpeluang 1,7 kali menggunakan MKJP. Pada penelitian Kakaire O et al 44 2014 yang dilakukan dengan metode kualitatif juga memperoleh hasil bahwa mitos dan kesalahpahaman mengenai MKJP dapat mempengaruhi persepsi wanita.

9. Diskusi dengan PasanganSuami tentang MKJP

Ketika sudah menjadi pasangan suami istri, suami merupakan orang pertama yang berpengaruh terhadap berbagai pengambilan keputusan. Salah satunya adalah pilihan metode kontrasepsi yang akan digunakan. Suami berperan penting dalam menentukan kontrasepsi yang akan dipakai sebagai aplikasi program keluarga berencana. Salah satu hal yang memberikan peluang akseptor untuk menggunakan MKJP adalah dengan berdiskusi oleh pasangan Gudaynhe dkk, 2014. Adhyani dkk 2011 mengatakan bahwa seorang istri di dalam pengambilan keputusan untuk memakai atau tidak memakai alat kontrasepsi membutuhkan persetujuan dari suami karena suami dipandang sebagai kepala keluarga, pelindung keluarga, pencari nafkah dan seseorang yang dapat membuat keputusan dalam suatu keluarga. Pengetahuan yang memadai tentang alat kontrasepsi, dapat memotivasi suami dan untuk menganjurkan istrinya memakai alat kontrasepsi tersebut. Berdasarkan penelitian Gudaynhe dkk 2014 diskusi suami istri ditemukan memiliki hubungan yang signifikan, wanita yang sudah menikah yang memiliki pengalaman berdiskusi dengan suami tentang kontrasepsi 1,8 kali memiliki peluang menggunakan MKJP dibandingkan dengan yang tidak 45 pernah berdiskusi dengan suami [AOR 95CI = 1.8761. 159, 3.036]. Hal ini mungkin terjadi karena jika tidak ada diskusi antara suami dan istri, akan menghasilkan pengaruh yang negatif terhadap penggunaan MKJP. Pada penelitian Yalew dkk 2015 diperoleh hasil wanita yang memiliki frekuensi sering berdiskusi dengan pasangan tentang MKJP memiliki peluang 3,89 kali lebih tinggi menggunakan MKJP dibandingkan dengan yang hanya berdiskusi sekali atau dua kali saja.

10. Umur Pertama Melahirkan

Umur pertama melahirkan yang ideal, menurut UU no 1 tahun 1974 tentang perkawinan, ditentukan dan dipengaruhi oleh risiko yang diakibatkan dari melahirkan, kemampuan tentang perawatan kehamilan, pasca persalinan dan masa diluar kehamilan dan persalinan, serta derajat kesehatan reproduksi. Di beberapa penelitian, umur pertama melahirkan dikaitkan dengan penggunaan MKJP. Pada penelitian Jingbo dkk 2013 diperoleh adanya hubungan antara umur pertama melahirkan dengan penggunaan MKJP p0,001 dan korelasi yang positif CC=0,598. Namun, banyak penelitian yang mendapatkan hubungan yang tidak signifikan antara usia pertama melahirkan dengan penggunaan MKJP seperti pada penelitian Teffera dan Wondifraw 2015 dan penelitian Gudayne dkk 2014.

11. Jumlah Anak Hidup

Jumlah anak yang dimiliki Pasangan Usia Subur PUS dapat mempengaruhi status penggunaan MKJP. Salah satu faktor yang menentukan