48
Pada penelitian Dewi dan Notobroto 2014 diperoleh hasil responden pengguna non MKJP sebagian besar memiliki anak 4 dibandingkan dengan
responden pengguna MKJP yang memiliki anak ≤2. Uji logistik menunjukkan nilai p= 0,000 α= 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
jumlah anak responden dengan rendahnya keikutsertaan PUS menggunakan MKJP. Namun pada penelitian Philip Goldstone dkk 2014 diperoleh hasil
bahwa tidak ada hubungan jumlah anak dengan penggunaan MKJP.
12. Riwayat Aborsi
Aborsi adalah tindakan menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “abortus”, yang berarti pengeluaran hasil
konsepsi pertemuan sel telur dan sel sperma sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Hal ini merupakan suatu proses pengakhiran hidup dari janin
sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh. Aborsi pada wanita yang sedang mengandung anak dapat terjadi dengan cara sengaja maupun tidak
sengaja aborsi.org, 2004. Aborsi dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan sifat kejadiannya yaitu
spontanalamiah, aborsi sengaja, dan aborsi terapetik. Aborsi spontanalamiah
berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma atau dapat disebabkan karena
kelalaian atau ketidaksiapan ibu saat mengandung seorang anak Chang, 2009. Aborsi buatansengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia
kandungan 28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan
49
disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak. Aborsi terapeutikmedis adalah pengguguran
kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau
penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis
yang matang aborsi.org, 2004. Dalam berbagai penelitian, riwayat aborsi dihubung-hubungkan
dengan penggunaan MKJP. Pada penelitian kavanaugh dkk 2011 riwayat aborsi dihubungkan dengan penggunaan MKJP, namun diperoleh hasil yang
negatif antara riwayat aborsi dengan penggunaan MKJP. Pada penelitian goldstone dkk 2014 dibahas bahwa wanita yang memiliki riwayat aborsi
lebih dari 3 kali cenderung memilih IUD RR: 3,30;95 CI, 2.67-4.85 dan implant
RR,1,51;95CI,1.12-2.03 dalam
penggunaan kontrasepsi
dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki riwayat aborsi sebelumnya. Pada penelitian Connolly dkk 2014 juga diperoleh hubungan yang signifikan
antara penurunan aborsi dengan penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang p=0,04 pada remaja. Pada penelitian Mestad dkk 2011 diperoleh hasil tidak
ada hubungan antara riwayat aborsi dengan penggunaan MKJP.
13. Tempat Pelayanan KB
Tempat pelayanan KB dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan MKJP. Fasilitas pelayanan KB dibagi atas
50
pemerintah dan swasta. Baik pelayanan pemerintah maupun swasta, semua fasilitas pelayanan KB harus melakukan upaya-upaya dalam peningkatan
akseptor KB. Salah satu peranan fasilitas pelayanan KB baik pemerintah maupun swasta adalah melakukan pelayanan preventif yaitu dengan
mengutamakan metode terpilih MKJP IUD, implan, MOW, MOP selain non MKJP BKKBN, 2014.
Pada penelitian Nasution 2011 diperoleh hasil sumber pelayanan KB memiliki hubungan dengan penggunaan MKJP di Provinsi Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi serta Bali dan Nusa Tenggara. Hasil penelitian menyatakan bahwa Pasangan Usia Subur PUS dengan sumber pelayanan
KB dari Pemerintah dan Swasta memiliki peluang yang lebih tinggi untuk menggunakan MKJP dibandingkan dengan Pasangan Usia Subur PUS
dengan sumber pelayanan KB lain di 4 Provinsi yang menjadi wilayah penelitian. Namun, hasil yang tidak berhubungan diperoleh pada Provinsi
Jawa dan Sumatera. Pada penelitian Katherine Blumoff Greenberg dkk 2013, tempat pelayanan KB juga memiliki hubungan yang signifikan dengan
penggunaan MKJP.
F. Kerangka Teori
Banyak faktor yang mempengaruhi penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang. Faktor sosiodemografi dan sosioekonomi adalah faktor yang
melekat dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi seseorang dalam
51
melakukan suatu tindakan Maulana, 2009. Faktor sosiodemografi yang mempengaruhi seseorang dalam bertindak misalnya umur, jenis kelamin,
pendidikan dan tempat tinggal, sedangkan faktor sosioekonomi misalnya pekerjaan dan pendapatan Gaol, 2013.
Faktor kognitif adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk berpikir lebih kompleks, serta kemampuan penalaran dan pemecahan masalah.
Faktor kognitif seseorang dapat dibentuk oleh paparan lingkungan eksternal. Suatu tindakan seperti pemilihan metode kontrasepsi dipengaruhi faktor kognitif
seperti pengetahuan, sikap, mitos yang didengar serta diskusi dengan pasangan atau suami Semiun, 2006.
Faktor reproduksi merupakan karakteristik yang terkait dalam sistem reproduksi seorang wanita, yang juga menggambarkan risiko-risiko kesehatan
yang ada sehingga dapat dijadikan pertimbangan seseorang dalam hal kehamilan dan kelahiran BKKBN, 2011. Faktor reproduksi yang berpengaruh terhadap
penggunaan kontrasepsi yaitu jumlah anak hidup, umur pertama kali melahirkan, dan riwayat aborsi.
KB merupakan suatu program yang dibuat pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Sebagai suatu program, faktor pelayanan sangat
berpengaruh terhadap tingkat penggunaan kontrasepsi di masyarakat BKKBN, 2014. Faktor pelayanan yang dapat mempengaruhi pemilihan metode
kontrasepsi adalah tempat pelayanan KB. Berdasarkan sifatnya tempat pelayanan KB dibagi berdasarkan kategori pelayanan swasta praktik bidan swasta, RS