Tempat Pelayanan KB dengan Penggunaan MKJP di wilayah
89
sedangkan faktor sosioekonomi misalnya pekerjaan dan pendapatan Gaol, 2013. Faktor sosiodemografi dan sosioekonomi yang diteliti dalam
penelitian ini yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Pada penelitian ini, diperoleh hasil lebih banyak akseptor
menggunakan KB pada umur kurang atau sama dengan 30 tahun 53,7. Menurut Fienalia 2012, umur akseptor KB mempengaruhi metode
kontrasepsi yang akan digunakan. Hal ini sejalan jika dilihat dari jenis kontrasepsi yang banyak dipakai adalah non MKJP. Akseptor non MKJP
sebagian besar adalah ibu-ibu muda yang memiliki umur kurang dari 30 tahun. Hasil yang diperoleh pada penelitian Nasution 2011 juga diperoleh
jumlah Non MKJP di Papua dan Maluku lebih banyak pada umur kurang dari 30 tahun yaitu sebesar 84,91. Pada penelitian Dewi dan Notobroto 2014
diperoleh hasil bahwa akseptor KB pengguna non MKJP lebih banyak berumur 20-30 tahun 33,3, sedangkan akseptor KB pengguna MKJP lebih
banyak berumur 30 tahun 29,8. Berdasarkan kategori pendidikan lebih banyak yang memiliki
pendidikan tinggi sebesar 53. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya suatu
hal termasuk dalam pemilihan kontrasepsi Fienalia, 2012. Pada penelitian Meskele dan Mekonnen 2014 di Etiopia Selatan juga memperoleh hasil
pendidikan tinggi memiliki jumlah yang cukup besar pada kelompok pengguna MKJP yaitu sebesar 63,2. Di Indonesia, pada penelitian Cindra
Paskaria 2015 juga memperoleh hasil lebih banyak kategori pendidikan tinggi yaitu 68,77, sedangkan pada penelitian Asih dan Oesman 2009
90
menunjukkan jumlah yang sedikit berbeda dimana lebih tinggi pendidikan rendah yaitu 53,7 dari pada pendidikan tinggi, walaupun tidak terpaut jauh.
Pada kategori status pekerjaan, lebih banyak Akseptor KB yang tidak bekerja yaitu 79,9. Pada penelitian Gudaynhe dkk 2014 di Barat Laut
Etiopia juga diperoleh jumlah akseptor KB yang tidak bekerja ibu rumah tangga lebih banyak dibandingkan dengan jenis pekerjaan lain yaitu sebesar
32,5 pada kelompok MKJP dan 39,5 pada kelompok Non MKJP. Di Indonesia, pada penelitian Asih dan Oesman 2009, diperoleh hasil yang
berbeda dimana jumlah akseptor KB yang bekerja lebih banyak dibandingkan dengan akseptor KB yang tidak bekerja yaitu sebesar 59,2.
Berdasarkan tingkat penghasilan, lebih banyak akseptor KB yang memiliki penghasilan rendah yaitu sebesar 56,1, walaupun tidak terpaut
jauh dengan akseptor KB yang memiliki penghasilan tinggi 43,9. Menurut Fienalia 2012 penghasilan seseorang dapat berpengaruh dalam keikutsertaan
akseptor menggunakan KB. Pada penelitian Mestad dkk 2012 juga menunjukkan akseptor KB dengan kategori penghasilan rendah lebih banyak
yaitu sebesar 73,4. Namun, pada penelitian Asih dan Oesman, berdasarkan kategori indeks kekayaan menunjukkan hasil yang berbeda dimana lebih
banyak akseptor KB yang berada pada kategori mampu yaitu sebesar 63,2. Begitu pula pada penelitian Paskaria 2015 ditemukan lebih banyak akseptor
KB berada pada kategori sosial ekonomi mampu 58,64 dari pada sosial ekonomi miskin.