Sikap Determinan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang MKJP

45 pernah berdiskusi dengan suami [AOR 95CI = 1.8761. 159, 3.036]. Hal ini mungkin terjadi karena jika tidak ada diskusi antara suami dan istri, akan menghasilkan pengaruh yang negatif terhadap penggunaan MKJP. Pada penelitian Yalew dkk 2015 diperoleh hasil wanita yang memiliki frekuensi sering berdiskusi dengan pasangan tentang MKJP memiliki peluang 3,89 kali lebih tinggi menggunakan MKJP dibandingkan dengan yang hanya berdiskusi sekali atau dua kali saja.

10. Umur Pertama Melahirkan

Umur pertama melahirkan yang ideal, menurut UU no 1 tahun 1974 tentang perkawinan, ditentukan dan dipengaruhi oleh risiko yang diakibatkan dari melahirkan, kemampuan tentang perawatan kehamilan, pasca persalinan dan masa diluar kehamilan dan persalinan, serta derajat kesehatan reproduksi. Di beberapa penelitian, umur pertama melahirkan dikaitkan dengan penggunaan MKJP. Pada penelitian Jingbo dkk 2013 diperoleh adanya hubungan antara umur pertama melahirkan dengan penggunaan MKJP p0,001 dan korelasi yang positif CC=0,598. Namun, banyak penelitian yang mendapatkan hubungan yang tidak signifikan antara usia pertama melahirkan dengan penggunaan MKJP seperti pada penelitian Teffera dan Wondifraw 2015 dan penelitian Gudayne dkk 2014.

11. Jumlah Anak Hidup

Jumlah anak yang dimiliki Pasangan Usia Subur PUS dapat mempengaruhi status penggunaan MKJP. Salah satu faktor yang menentukan 46 keikutsertaan PUS dalam berKB adalah banyaknya anak yang dimilikinya, diharapkan pasangan yang memiliki jumlah anak lebih banyak kemungkinan untuk memulai kontrasepsi lebih besar dibandingkan pasangan yang mempunyai anak lebih sedikit Dewi dan Notobroto, 2014. Jumlah anak mulai diperhatikan setiap keluarga karena semakin banyak anak semakin banyak pula tanggungan kepala keluarga dalam mencukupi kebutuhan materil selain itu juga untuk menjaga kesehatan sistem reproduksi karena semakin sering melahirkan semakin rentan terhadap kesehatan ibu. Semakin banyak anak yang dimiliki maka semakin besar kecenderungan untuk menghentikan kesuburan sehingga lebih cenderung untuk memilih metode kontrasepsi mantap. Jumlah anak hidup yang dimiliki seorang wanita, akan memberikan pengalaman dan pengetahuan, sehingga wanita dapat mengambil keputusan yang tepat tentang cara atau alat kontrasepsi yang akan dipakai Dewi dan Notobroto, 2014. Berdasarkan laporan dari SDKI 2012, hampir 50 wanita menikah menyatakan tidak ingin mempunyai anak lagi termasuk yang telah disterilisasi. Kelompok ini diharapkan akan melakukan penjarangan kelahiran. Sekitar 15 wanita menikah menyatakan ingin menambah anak segera; 6 belum memutuskan kapan ingin menambah anak; dan 5 belum memutuskan apakah akan menambah anak. Sebagian besar sekitar 50 responden SDKI 2012, baik wanita maupun pria, menyatakan ingin memiliki