Distribusi Frekuensi Faktor Kognitif di Wilayah Kerja Puskesmas Distribusi Frekuensi Faktor Reproduksi di Wilayah Kerja Puskesmas

94 sebesar 64,84. Perbedaan hasil ini dapat disebabkan ketersediaan tempat pelayanan di masing-masing daerah.

G. Determinan Penggunaan MKJP di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang

Tahun 2014 Penggunaan MKJP dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pada penelitian ini, faktor-faktor yang dihubungkan mempunyai pengaruh terhadap penggunaan MKJP yaitu umur menggunakan KB, tingkat pendidikan, status pekerjaan, tingkat penghasilan, status diskusi dengan pasangansuami, umur melahirkan pertama kali, riwayat aborsi, jumlah anak hidup, dan tempat pelayanan KB. Berikut pembahasan dari hasil statistik yang diperoleh berdasarkan determinan penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2014:

1. Umur Akseptor KB dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka

Panjang MKJP di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2014 Umur Wanita Usia Subur WUS dapat mempengaruhi metode kontrasepsi yang akan digunakan. Umur merupakan faktor instrinsik yang mempengaruhi keputusan seseorang dalam menggunakan metode kontrasepsi. Umur berpengaruh dengan struktur organ, fungsi organ, komposisi biokimiawi dan sistem hormonal Dewi dan Notobroto, 2014. Pada penelitian ini, nilai OR yang diperoleh pada CI 95 sebesar 4,565 2,090-9,973, dengan demikian nilai OR tersebut bermakna, sehingga dapat disimpulkan bahwa akseptor KB yang berumur lebih dari 30 tahun berpeluang 4,565 kali menggunakan MKJP dibandingkan dengan akseptor KB yang berumur kurang atau sama dengan 30 tahun. Pada analisis univariat terlihat pula bahwa jumlah Akseptor KB pengguna 95 MKJP lebih banyak yang berumur lebih dari 30 tahun sebesar 73,2, sedangkan jumlah Akseptor KB pengguna non MKJP lebih banyak yang berumur kurang atau sama dengan 30 tahun sebesar 62,2, dengan demikian terlihat bahwa terdapat kecenderungan umur dengan penggunaan metode kontrasepsi. Di wilayah kerja puskesmas pamulang, akseptor KB yang menggunakan kontrasepsi jangka pendek seperti pil dan suntik didominasi ibu muda yang masih ingin memiliki anak lagi. Hubungan antara umur dengan penggunaan MKJP yang didapatkan pada analisis juga menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang menganggap MKJP hanya digunakan ketika sudah tidak menginginkan anak lagi untuk menghentikan kehamilan. Padahal MKJP merupakan kontrasepsi yang juga efektif untuk menjarangkan kelahiran dan tidak berpengaruh terhadap tingkat kesuburan contohnya implan dan IUD. Menurut Rosana 2013, memang paradigma masyarakat di Indonesia masih menganggap bahwa MKJP hanya digunakan ketika ingin menghentikan kehamilan. Periode umur tertentu, misal umur diatas 30 tahun, dapat meningkatkan risiko-risiko kelainan seperti penyakit jantung, darah tinggi, keganasan dan penyakit metabolik lainnya. Risiko kelainan tersebut dapat membahayakan keselamatan jiwa, terlebih ketika terjadinya kehamilan. Hal ini membuat seseorang membutuhkan alat kontrasepsi yang lebih efektif untuk mencegah kehamilan, karena semakin tinggi umur seseorang, risiko kesehatan yang terjadi dapat semakin berat Dewi dan Notobroto, 2014. 96 Pada penelitian yang dilakukan Dewi dan Notobroto 2014 diperoleh hasil sejalan dengan penelitian ini, yaitu adanya pengaruh antara umur akseptor KB dengan rendahnya keikutsertaan PUS menggunakan MKJP. Pada analisis univariat diketahui bahwa pada kelompok MKJP lebih banyak pada umur 30 tahun 29,8 sedangkan kelompok non MKJP lebih banyak pada umur 20-30 tahun 33,3. Penelitian lain yang sejalan yaitu penelitian Nasution 2011 yang meneliti faktor-faktor penggunaan MKJP di 6 Provinsi di Indonesia, diperoleh hasil umur memiliki hubungan dengan penggunaan MKJP di 5 provinsi yaitu Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, serta Bali dan Nusa Tenggara. Penelitian tersebut menarik kesimpulan bahwa umur Pasangan Usia Subur PUS 30 tahun memiliki risiko untuk tidak menggunakan MKJP lebih tinggi dibandingkan dengan PUS umur 30 tahun. Namun, hasil yang tidak berhubungan antara umur dengan penggunaan MKJP diperoleh pada Provinsi Sumatera. Pada penelitian Asih dan Oesman 2009 juga diperoleh hasil sejalan dimana akseptor KB yang berumur 30 tahun atau lebih berpeluang 4,2 kali menggunakan MKJP dibandingkan dengan akseptor KB yang berumur kurang dari 30 tahun. Pada penelitian Mestad et al 2012 juga menunjukkan hasil adanya hubungan antara umur dengan jenis kontrasepsi yang digunakan. Pada penelitian Teferra dan Wondifraw 2015 pun demikian, didapatkan hasil akseptor KB yang berumur 25-34 tahun berpeluang 1,99 kali menggunakan MKJP dibandingkan dengan akseptor KB yang berumur 15- 24 tahun, sedangkan akseptor KB yang berumur ≥