Umur Determinan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang MKJP

33 Pada penelitian Shegaw Getinet dkk 2014 juga diperoleh hubungan antara umur dengan pemakaian MKJP, umur 30-34 berpeluang 2 kali menggunakan MKJP daripada umur 15-24 tahun. Namun hasil yang tidak berhubungan juga diperoleh pada hubungan yang telah dikontrol dengan variabel pengganggu . Hasil yang berbeda didapat pada penelitian Gudaynhe dkk 2013. Pada penelitian tersebut didapatkan hasil hubungan yang negatif antara wanita dengan umur 30-34 terhadap penggunaan MKJP AOR: 0,345. Hal ini berarti wanita yang memiliki umur 20-24 tahun 3,69 kali mempunyai peluang untuk menggunakan MKJP dibandingkan dengan wanita yang memiliki umur 30-34 tahun.

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan menjadi salah satu faktor yang mencegah atau mendorong seseorang dalam bertindak, misalnya dalam memilih metode kontrasepsi yang akan digunakan. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sesuatu yang diberikan seseorang kepada orang lain yang sedang berusaha mencapai kedewasaan dalam arti normatif dengan menggunakan cara berupa alat, bahasa atau media guna mencapai perubahan tingkah laku dan tujuan Herijulianti, 2001. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi mampu menyerap informasi dan lebih mampu mempertimbangkan hal-hal yang menguntungkan atau efek samping bagi kesehatan. Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. 34 Orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Dewi dan Notobroto, 2014. Menurut Teffera dan Wondifraw 2015 wanita yang berpendidikan mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya keluarga berencana untuk dirinya dan untuk keluarganya. Wanita yang berpendidikan mempunyai pengetahuan yang lebih tentang ketersediaan metode kontrasepsi dan mempunyai kesempatan untuk memutuskan tempat pelayanan yang diinginkan. Pada penelitian Shegaw Getinet dkk 2014, wanita yang memperoleh pendidikan formal mempunyai peluang 2 kali menggunakan MKJP dibandingkan dengan wanita yang tidak memperoleh pendidikan formal. Pada penelitian Nasution 2011 juga diperoleh hasil tingkat pendidikan memiliki hubungan dengan penggunaan MKJP di Provinsi Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, serta Bali dan Nusa Tenggara. Hasil penelitian menyatakan bahwa Pasangan Usia Subur PUS dengan tingkat pendidikan tidak sekolahtidak tamat SLTP dan tamat SD tamat SLTP saja memiliki peluang yang lebih tinggi untuk tidak menggunakan MKJP dibandingkan dengan Pasangan Usia Subur PUS dengan tingkat pendidikan tamatan SMA ke atas di 6 Provinsi yang menjadi wilayah penelitian. Pada penelitian Dewi dan Notobroto, 2014 diperoleh hasil terdapat pengaruh tingkat pendidikan responden dengan rendahnya keikutsertaan PUS 35 menggunakan MKJP yang dapat dilihat dari hasil uji logistik menunjukkan nilai p= 0,015 α= 0,05. Namun, pada penelitian Pangestika 2010 diperoleh hasil tidak ada hubungan antara pendidikan dengan penggunaan MKJP. Pada penelitian Adhyani dkk 2011 juga diperoleh hasil yang tidak signifikan antara pendidikan dengan penggunaan MKJP. Sama halnya pada hasil penelitian Mestad dkk 2012 juga diperoleh hasil tidak ada hubungan antara pendidikan SMA dengan pendidikan Perguruan Tinggi dalam penggunaan MKJP. Pada penelitian Gudaynhe dkk 2014 yang dilakukan di Etiopia Barat juga diperoleh hasil tidak ada hubungan antara akseptor KB yang tidak sekolah atau jenjang pendidikan kedua dengan penggunaan MKJP jika dibandingkan dengan akseptor yang kuliah.

3. Status Pekerjaan

Pekerjaan ada berbagai jenis, jenis pekerjaan adalah macam-macam kegiatan melaksanakan tugas pokok, setiap pekerjaan juga mempunyai sifat yang berbeda-beda, ada yang membutuhkan waktu 24 jam ada pula yang hanya beberapa jam Bratakusumah dan Solihin, 2004. Pekerjaan mempengaruhi seseorang dalam menggunakan MJKP. Ibu yang bekerja cenderung lebih mudah bergaul dan menerima informasi baru yang didapatkan. Hubungan antar status pekerjaan dengan pemakaian MKJP dapat disebabkan karena akseptor KB yang bekerja memiliki kesempatan untuk 36 memperoleh informasi baik dari teman kerja atau dari media lain sehingga kesempatan untuk menggunakan MKJP dapat lebih besar. Selain itu, akseptor KB yang bekerja juga mempertimbangkan berbagai hal seperti waktu pemakainan KB jangka pendek Non MKJP yang harus diminum tiap hari seperti pil atau tiap bulan seperti suntik yang dapat menyita banyak waktu serta tidak efektif. Menurut Fienalia 2012, wanita bekerja kemungkinan lebih menyadari kegunaan dan manfaat KB serta lebih mengetahui pilihan metode yang ada jika dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja Pada penelitian Teferra dan Wondifraw 2015 diperoleh hasil bahwa wanita yang bekerja mempunyai peluang 1,7 kali CI:1,3-2,2 menggunakan MKJP dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja. Pada penelitian Asih dan Oesman 2009 juga diperoleh hasil yang signifikan antara status pekerjaan dengan penggunaan MKJP. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa akseptor KB dengan status bekerja berpeluang 1,529 menggunakan MKJP dibandingkan dengan akseptor KB yang tidak bekerja. Namun hasil yang berbeda diperoleh pada penelitian Kurniawati 2002 dimana diperoleh hasil yang tidak berhubungan antara pekerjaan dengan penggunaan MKJP.

4. Tingkat Penghasilan

Penghasilan adalah jumlah uang yang diterima atas usaha yang dilakukan orang perorangan, badan, dan bentuk usaha lainnya yang dapat digunakan untuk aktivitas ekonomi seperti mengkonsumsikan danatau menimbun serta menambah kekayaan. Menurut Pasal 4 ayat 1 UU PPh yang