42 R
2
Field, 2009: 179, yaitu dengan mengkuadratkan harga r koefisien korelasi Pearson kemudian dikalikan 100.
3.9 Analisis Lebih Lanjut
3.9.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, menggunakan data dari uji normalitas
distribusi data dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov test. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui persentase peningkatan rerata dari pretest ke posttest
I. Data yang diambil yaitu Mean pretest, Mean posttest I. Persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
Gunawan, 2006: 575.
Gambar 3.5 Rumus Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Frekuensi gain score yang diambil kurang lebih 50 dari skor tertinggi selisih pretest ke posttest I kedua kelompok yaitu dari kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Frekuensi gain score menunjukkan frekuensi distribusi nilai pretest ke posttest I. Gain score bertujuan untuk mengetahui nilai pretest ke
posttest I yang lebih dominan dan mengetahui metode yang lebih menguntungkan yang digunakan dalam pembelajaran Fraenkel, 2011: 250.
3.9.2 Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I
Uji signifikansi peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan skor yang signifikan dari pretest
ke posttest I dari kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Field 2009: 325 memaparkan jika data yang diuji berasal dari kelompok yang sama dan
distribusi data normal maka uji statistik menggunakan Paired samples t-test. Jika data berasal dari kelompok yang sama dan distribusi data tidak normal maka uji
statistik menggunakan Wilcoxon Field, 2009: 345. Teknik analisis data
43 menggunakan tingkat kepercayaan 95. Analisis data menggunakan hipotesis
statistik sebagai berikut. H
i
: Ada perbedaan yang signifikan dari skor pretest ke posttest I kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
H
null
: Tidak ada perbedaan yang signifikan dari skor pretest ke posttest I kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut: a.
Jika harga Sig. 2-tailed 0,05 maka H
null
diterima dan H
i
ditolak, maka tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Artinya, tidak terdapat peningkatan atau penurunan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis.
b. Jika harga Sig. 2-tailed 0,05 maka H
null
ditolak dan H
i
diterima, maka ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen. Artinya, terdapat peningkatan atau penurunan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen terhadap kemampuan mengaplikasi dan menganalisis.
3.9.3 Uji Korelasi Rerata Pretest dan Posttest I
Uji korelasi bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara pretest dan posttest I. Analisis korelasi Pearson adalah analisis yang digunakan
untuk mengetahui keeratan hubungan secara linier antara dua variabel Priyatno, 2012: 39. Arikunto 2013: 313 menjelaskan bahwa koefisien korelasi adalah
suatu alat statistik yang dapat digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat menentukan tingkat hubungan antara dua
variabel tersebut. Priyatno menambahkan, analisis korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui apakah korelasi pretest dan posttest I positif atau negatif, dan
signifikan atau tidak. Positif berarti semakin tinggi pretest semakin tinggi pula posttest I. Signifikan berarti hasil korelasi dapat digeneralisasikan ke populasi.
Uji korelasi rerata pretest dan posttest I menggunakan rumus bivariate correlations yaitu untuk mengetahui korelasi antara dua variabel. Apabila data
44 terdistribusi normal maka uji korelasi menggunakan rumus
Pearson’s corelations coefficient Field, 2009: 177. Apabila data terdistribusi tidak normal maka uji
korelasi menggunakan rumus Spearman’s correlation coefficient Field, 2009:
179 Priyatno 2012: 44 memaparkan pedoman untuk analisis korelasi, jika nilai koefisien korelasi mendekati 1 atau -1 maka hubungannya semakin erat atau kuat,
jika mendekati 0 maka hubungannya semakin lemah. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut.
Tabel 3.7 Pedoman Koefisien Korelasi Rentang Nilai Korelasi
Keputusan
0,00 – 0,199
Sangat rendah 0,20
– 0,399 Rendah
0,40 – 0,599
Sedang 0,60
– 0,799 Kuat
0,80 – 1,000
Sangat kuat Sumber: Sugiyono, 2008
Analisis data menggunakan hipotesis statistik sebagai berikut. H
i
: Ada korelasi yang positif dan signifikan antara skor pretest ke posttest I kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
H
null
: Tidak ada korelasi yang positif dan signifikan antara skor pretest ke posttest I kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut: a.
Jika harga Sig. 2-tailed 0,05 dan harga r tidak positif, maka H
null
diterima dan H
i
ditolak. Artinya tidak ada korelasi yang positif dan signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
b. Jika harga Sig. 2-tailed 0,05 dan harga r positif maka, H
null
ditolak dan H
i
diterima. Artinya ada korelasi yang positif dan signifikan antara skor pretest dan posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
3.9.4 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
Uji retensi pengaruh perlakuan posttest I ke posttest II dilakukan untuk mengetahui apakah ada peningkatan skor yang signifikan dari posttest I ke
posttest II pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Field 2009: 325 memaparkan jika data yang diuji berasal dari kelompok yang sama dan
45 distribusi data normal maka uji statistik menggunakan Paired samples t-test. Jika
data berasal dari kelompok yang sama dan distribusi data tidak normal maka uji statistik menggunakan Wilcoxon Field, 2009: 345. Teknik analisis data
menggunakan tingkat kepercayaan 95. Analisis data menggunakan hipotesis statistik sebagai berikut.
H
i
: Ada perbedaan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
H
null
: Tidak ada perbedaan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut: a.
Jika harga Sig. 2-tailed 0,05 maka H
null
diterima dan H
i
ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I ke posttest II pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Artinya tidak terdapat penurunan atau peningkatan skor yang signifikan dari skor posttest I ke
posttest II kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. b.
Jika harga Sig. 2-tailed 0,05 maka H
null
ditolak dan H
i
diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest ke posttest I pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen. Artinya terdapat penurunan atau peningkatan skor yang signifikan dari skor posttest I ke posttest II kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen. Persentase peningkatan skor posttest I ke posttest II dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut Gunawan, 2006: 575.
Gambar 3.6 Rumus Persentase Uji Retensi
3.10 Dampak Pengaruh Perlakuan