siswa dan dapat memudahkan siswa dalam menyerap materi. Kedua media diatas memiliki manfaat yang sama namun hasil belajar yang akan dicapai tentulah
berbeda, dan hasil belajar yang terbaik dari salah satu kedua media tersebutlah yang akan membedakan seberapa besar tingkat keberhasilan siswa dalam
menyerap materi Mata Pelajaran Membuat Pola Pattern Making pokok bahasan membuat pola busana anak. Latar belakang diatas mendasari peneliti memilih
judul: Perbedaan hasil belajar siswa SMK Al- Musyafa‟ Kendal kelas X pada
Mata Pelajaran Membuat Pola yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi dengan ceramah dan MPI.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang tersebut sebagai berikut: Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa SMK Al-
Musyafa‟ Kendal kelas X pada Mata Pelajaran Membuat Pola Pattern Making pokok
bahasan membuat pola busana anak yang diajar menggunakan metode ceramah
dan demonstrasi dengan metode ceramah dan MPI ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar hasil belajar siswa SMK Al-Mu
syafa‟ Kendal kelas X pada Mata Pelajaran Membuat Pola Pattern Making pokok bahasan membuat pola busana anak yang
diajar menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dengan metode ceramah dan MPI.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi siswa
Penggunaan metode ceramah dan demonstrasi dengan metode ceramah dan MPI sebagai media pembelajaran dapat diperoleh cara belajar yang efektif,
menarik, menyenangkan dan dapat belajar secara mandiri tanpa harus bergantung dengan pengarahan guru dengan menggunakan media kreatif dan interaktif yaitu
MPI pada dalam Mata Pelajaran Membuat Pola Pattern Making pokok bahasan membuat pola busana anak.
1.4.2 Bagi Guru
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan dan pengalaman langsung pada guru-guru yang terlibat dalam rangka memperoleh pengalaman
baru untuk media yang lebih inovatif dan kreatif dalam pembelajaran Membuat Pola Pattern Making pokok bahasan membuat pola busana anak.
1.4.3 Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini bukan hanya sekedar bermanfaat untuk satu mata pelajaran membuat pola tetapi bermanfaat juga bagi mata pelajaran yang lain yang
merupakan komponen pendidikan yang terkait dan sebagai bahan referensi peneliti lain yang akan meneliti permasalahan yang berhubungan dengan
penggunaan metode pembelajaran ceramah kombinasi baik menggunakan metode demonstrasi maupun Multimedia Pembelajaran Interaktif sebagai media
pembelajaran dalam berbagai bidang studi.
1.5 Penegasan Istilah
Penegasan istilah dalam skripsi ini dimaksud agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap judul skripsi dan memberikan gambaran yang lebih jelas
kepada para pembaca. Istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut :
1.5.1 Perbedaan
Perbedaan diartikan sebagai beda, selisih Kamus Umum Bahasa Indonesia, 2002: 120. Perbedaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
perbedaan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Membuat Pola Pattern Making pokok bahasan membuat pola busana anak antara metode ceramah dan
demonstrasi dengan metode ceramah dan MPI.
1.5.2 Hasil belajar
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh pebelajar setelah mengalami aktifitas belajar Anni, 2006: 5. Hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya Sudjana, 2010: 22.
Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran Membuat Pola Pattern Making pokok bahasan
membuat pola busana anak diharapkan siswa dapat membuat pola dasar sesuai dengan ukuran pelanggan, siswa dapat mengubah dan memecah pola sesuai
dengan desain, siswa dapat memberi tanda – tanda pada pola sesuai SOP, dapat
mengecek pola sesuai ukuran dan garis-garis pola, dapat mengetahui kualitas bahan yang akan digunakan, membuat rancangan bahan dan harga, membuat pola
besar.
Indikator hasil belajar pada eksperimen ini yaitu; siswa dapat memahami dan menjelaskan tentang pengertian busana anak dan macam-macam busana anak,
siswa menyiapkan alat dan bahan membuat pola, siswa dapat membuat pola dasar busana anak, siswa dapat membuat pola dasar dan pecah pola sesuai desain dan
ukuran badan dengan menggunakan alat gambar sesuai dengan SOP.
1.5.3 Membuat Pola
Membuat pola Pattern Making merupakan suatu bentuk yang dibuat berdasarkan ukuran badan si pemakai dan digambar dengan perhitungan secara
matematika sesuai dengan sistem pola konstruksi masing-masing Ernawati, 2008: 245. Membuat pola yang dimaksud adalah membuat pola pokok bahasan
membuat pola anak yaitu suatu mata pelajaran yang berisi uraian pengetahuan tentang alat dan bahan untuk membuat pola, pembuatan pola dasar anak,
pembuatan pola dasar sesuai ukuran badan dengan menggunakan alat gambar sesuai dengan SOP.
1.5.4 Siswa kelas X SMK Al-
Musyafa’ Kendal
Siswa kelas X yang dimaksud adalah: semua siswa kelas X yang mengikuti mata pelajaran Membuat Pola Pattern Making pokok bahasan membuat pola
busana anak Program Keahlian Busana Butik yang merupakan subjek penelitian. SMK Al-
Musyafa‟ Kendal salah satu Sekolah Menengah Kejuruan SMK yang berada di kota Kendal tempat penulis melakukan penelitian.
1.5.5 Metode Pembelajaran
Metode adalah suatu alat untuk mencapai tujuan dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaan metode harus disesuaikan dengan kondisi dan suasana
kelas Nur‟aini, 2004: 35. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan, maka dianjurkan agar guru tidak hanya menggunakan satu metode. Metode
pembelajaran ada bermacam-macam antara lain; metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen, dramatisasi, latihan, parktikum, karya wisata,
proyek dan lain- lain Nur‟aini, 2004: 36. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode ceramah dan metode demonstrasi. Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional,
karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar Zain dan
Djamarah, 2010: 97. Metode ceramah dalam pelaksanaanya dapat menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada murid-
muridnya, metode ceramah dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan materi dalam bentuk teori pokok bahasan membuat pola busana anak
Metode demonstrasi adalah suatu metode dimana guru menunjukkan suatu contoh atau percobaan suatu proses atau prosedur pembuatan sesuatu untuk
mencapai tujuan pengajaran Nur‟aini, 2004: 36. Metode demonstrasi dalam penelitian ini digunakan dalam menjelaskan materi praktek pokok bahasan
pembuatan pola busana anak.
1.5.6 Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara terpisah berarti perantara atau pengantar, yang mana
dapat digunakan dalam rangka hubungan atau komunikasi dalam pengajaran antara guru dan siswa, sehingga dapat pula sebagai alat bantu belajar mengajar,
baik didalam maupun diluar kelas Nur‟aini, 2004: 62.
Macam-macam media pembelajaran antara lain; media berbasis visual, media berbasis audio, media berbasis audio-visual, media diam yang
diproyeksikan, media gerak yang diproyeksikan, benda nyata dan benda model, media berbasis komputer CAI salah satunya yaitu Multimedia Pembelajaran
Interaktif. Media yang digunakan dalam penelitian ini yaitu media berbasis komputer menggunakan MPI Multimedia Pembelajaran Interaktif.
MPI yaitu suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang
dikehendaki untuk proses selanjutnya Daryanto, 2010: 51. MPI yang dimaksud adalah sebuah media pembelajaran yang menggunakan komputer dan software
berupa Adobe Flash CS 4 Profesional, media ini akan dipergunakan dalam mengajar mata pelajaran membuat pola Pattern Making.
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi
Secara garis besar sistematika penulisan skripsi terbagi menjadi tiga bagian yaitu :
1.6.1 Bagian Awal Skripsi
Bagian awal skripsi terdiri dari sampul lembar berlogo Universitas Negeri Semarang, halaman judul, halaman pengesahan, pernyataan, motto dan
persembahan, prakata, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran.
1.6.2 Bagian Isi Skripsi
Bagian Isi Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu: Bab 1 Pendahuluan, Bab 2 Landasan Teori, Kerangka Berfikir dan Hipotesis, Bab 3 Metode Penelitian,
Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan, Bab 5 Penutup dan Bagian Akhir Skripsi, berisi daftar pustaka dan lampiran.
1.6.2.1 Bab 1 Pendahuluan
Bab pendahuluan ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, sistematika
penulisan.
1.6.2.2 Bab 2 Landasan Teori, Kerangka Berfikir dan Hipotesis
Bab ini membahas teori-teori pendukung yang berkaitan dengan skripsi antara lain: metode pembelajaran, macam-macam jenis metode dan media, prinsip
pemilihan media, multimedia pembelajaran interaktif dengan Program Adobe Flash CS 4, mata pelajaran menggambar busana, hasil belajar, kerangka berpikir
dan hipotesis.
1.6.2.3 Bab 3 Metode Penelitian
Bab 3 membahas tentang cara yang akan ditempuh dalam pelaksanaan penelitian, penentuan populasi, sampel penelitian, teknik sampel, variabel
penelitian, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas, dan metode analisis data.
1.6.2.4 Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab 4 membahas data hasil penelitian secara garis besar serta pembahasan sehingga mempunyai arti.
1.6.2.5 Bab 5 Penutup
Bab 5 penutup berisi rangkuman hasil penelitian yang ditarik dari analisa dan pembahasan. Saran menguraikan tentang perbaikan atau masukan dari peneliti
untuk perbaikan yang berkaitan dengan penelitian.
1.6.2.6 Bagian Akhir Skripsi, berisi daftar pustaka dan lampiran
Daftar pustaka berisi tentang buku dan literature lain yang terkait dengan penelitian. Lampiran berisi kelengkapan-kelengkapan skripsi, data dan
perhitungan analisis data.
16
BAB 2
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Proses Pembelajaran
Kurikulum SMK 2004 diberlakukan dengan keputusan Mendikbud Nomor 20 Tahun 2003 yang membahas Sistem Pendidikan Nasional, diantaranya berisi
tentang; 1 Landasan, program dan pengembangan, 2 Tujuan, isi dan materi pembelajaran, 3 Petunjuk umum pelaksanaan dan 4 Lingkup dukungan mutu
Departemen Pendidikan Kejuruan, 2004: 4. Landasan tersebut secara tegas mengemumakan bahwa kurikulum di SMK
dirancang secara dinamis dan fleksibel, untuk mengantisipasi sekaligus mengikuti berbagai perkembangan yang terjadi. Kurikulum di SMK selalu terbuka terhadap
berbagai upaya penyempurnaan, selain menekankan pada pemberian bekal kemampuan daya suai dan pengembangan diri tamatan, lebih berorientasi kepada
kebutuhan pemakai tamatan, terutama dengan diterapkanya pola penyelenggaraan Pendidikan Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK. Kurikulum Berbasis
Kompetensi yang dimaksud adalah kurikulum yang dibuat berdasarkan luang lingkup kerja yaitu penyelarasan antara dunia kerja industri, dengan dunia
pendidikan sehingga saat siswa lulus mereka sudah mempunyai bekal keterampilan yang sesuai dengan ruang lingkup kerja.
Tujuan SMK secara umum menurut Kurikulum SMK Departemen Pendidikan Kejuruan, 2004: 7 yaitu;
1 Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2 Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga negara yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan
bertanggung jawab. 3 Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan
kebangsaan, memahami, dan menghargai keaneka ragaman budaya bangsa Indonesia
4 Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup, dengan secara aktif turut memlihara dan
melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam dengan efektif dan efisien.
Agar tujuan SMK dapat tercapai salah satu faktor yang menunjang adalah
proses pembelajaran. Proses pembelajaran pada dasarnya mengantar para pelajar memulai belajar, jadi tidak hanya menjadikan para pelajar pandai karena mereka
harus menjadikan diri pandai sesuai dengan kemampuan intelektual yang ada pada mereka. Proses pembelajaran adalah proses yang amat pragmatis dan konkret,
melihat dan mempergunakan keadaan nyata, terutama keadaan intelektual para pelajar yang merupakan pandangan sempit yang harus direkonstruksi Syukur,
2005: 20. Proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di sekolah khususnya SMK sudah saatnya memperhatikan potensi dan kelemahan peserta didik, dengan
demikian pemasungan daya kreatif setiap siswa dapat dieliminir, dari sinilah maka konsep pendidikan yang membebaskan menjadi pilihan bagi guru dan siswa.
Pendidikan yang membebaskan adalah situasi dimana guru dan siswa sama- sama harus belajar, sama-sama memiliki subyek kognitif, juga sama-sama
memiliki perbedaan. Guru yang membebaskan tidak melakukan sesuatu kepada siswa, tetapi melakukan sesuatu bersama siswa. Kegiatan bersama itulah proses
belajar yang optimal, karena melibatkan semua komponen dan perangkat. Berdasarkan proses yang berlangsung itu masing-masing akan memiliki persepsi
dan pengalaman belajar yang diharapkan inheren dalam dirinya. Proses belajar itu memang lebih penting daripada akhir atau tujuan, karena dalam proses lebih
mementingkan fungsi, bukan output yang dipaksakan, juga bukan mengejar nilai seperti yang terjadi di sekolah Syukur, 2005: 20.
Misi utama guru adalah enlighment, yaitu mempersiapkan anak didik sebagai individu yang bertanggung jawab dan mandiri. Pencerahan itu dilakukan
melalui proses-proses liberating, educating dan civilizing Syukur, 2005: 20. Kegiatan dalam proses belajar, ada baiknya setiap siswa bisa mengidentifikasikan
dirinya sendiri, cara ini dapat membantu mereka memilih metode atau cara, strategi dan gaya belajar yang sesuai dengan kemampuan dan kelemahanya.
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang mempunyai sejumlah komponen meliputi; tujuan, bahan pelajaran kegiatan belajar mengajar, metode,
media pembelajaran serta evaluasi Djamarah dan Zain, 2009: 41. Pembelajaran di SMK merupakan interaksi antara guru dan murid, dimana siswa melakukan
kegiatan belajar dan guru melakukan kegiatan mengajar, dalam kegiatan belajar mengajar mengandung komponen meliputi; tujuan, bahan pelajaran kegiatan belajar
mengajar, metode, media pembelajaran serta evaluasi.
2.1.2 Hasil Belajar
2.1.2.1 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh pebelajar setelah mengalami aktifitas belajar Anni, 2007: 5. Hasil belajar sebagai objek penilaian
pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan instruksional menggambarkan hasil belajar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan-
kemampuan siswa setelah menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya. Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan,
keterampilan, sikap dalam melakukan dan menyelesaikan suatu hal setelah siswa
menerima pengalaman belajarnya.
Hasil belajar dapat dibedakan dalam beberapa kategori. Kategori yang banyak digunakan dibagi menjadi 3 tipe hasil belajar yaitu 1 Tipe hasil belajar
kognitif, 2 Tipe hasil belajar bidang afektif, 3 Tipe hasil belajar bidang psikomotorik Bloom dikutip Anni, 2006: 7. Masing-masing tipe hasil belajar
terdiri dari sejumlah aspek yang saling berkaitan, mempunyai karakter tersendiri, sebab setiap tipe hasil belajar berbeda dalam cakupan dan hakikat yang terkandung
didalamnya. 2.1.2.1.1 Tipe Hasil Belajar Bidang Kognitif
Tipe hasil belajar bidang kognitif meliputi tujuan pendidikan yang berkesinambungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan, dan
pengembangan kemampuan intelektual dan ketrampilan berfikir, bidang ini dimulai dari jenjang yang paling tinggi. Jenjang yang paling tinggi harus melalui jenjang
yang bawah. Tipe hasil belajar bidang kognitif ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual terdiri dari 6 aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan analisis,
sintesis, evaluasi Anni, 2007: 7. Adapun aspek tersebut adalah seperti berikut. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan Knowledge, pengetahuan
didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali informasi materi
pembelajaran yang telah dipelajari sebelumnya Anni, 2007: 7. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan pada mata pelajaran praktik Membuat Pola Pattern Making
pokok bahasan membuat pola anak diharapkan siswa dapat mengetahui, serta mengingat tentang macam-macam teknik membuat pola busana anak, alat serta
bahan yang dipergunakan dalam membuat pola, langkah-langkah pembuatan pola serta cara penyelesaianya.
Tipe hasil belajar pemahaman Comprehention didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi pelajaran Anni, 2007: 7. Tipe hasil
belajar pemahaman pada mata pelajaran membuat pola Pattern Making pokok bahasan membuat pola anak adalah siswa dapat memahami materi tentang: macam-
macam busana anak, jenis bahan yang dibuat, alat dan bahan membuat pola anak, cara mengambil ukuran, pembuatan pola dasar, proses dalam membuat pola dasar
anak dan cara penyelesaianya. Tipe hasil belajar penerapan Application mencakup penerapan hal-hal
seperti aturan, metode, konsep, prinsip-prinsip dalil dan teori. Hasil belajar di bidang ini memerlukan tingkat pemahaman yang lebih tinggi daripada tingkat
pemahaman sebelumnya Anni, 2007: 7. Tipe hasil belajar penerapan pada mata pelajaran membuat pola Pattern Making pokok bahasan membuat pola anak
diharapkan, setelah memahami dan merespon materi yang diberikan, siswa dapat mempraktekkanya
yaitu salah
satunya siswa
dapat menjelaskan
dan mendemonstrasikan cara pembuatan pola dasar anak.
Tipe hasil belajar analisis mengacu pada kemampuan memecahkan material ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. Anni,
2007: 8. Tipe hasil belajar analisis pada mata pelajaran membuat pola Pattern Making pokok bahasan membuat pola anak adalah siswa dapat menganalis atau
membaca gambar desain busana anak, kemudian dapat mempraktekanya dengan membuat pola dasar anak dan pecah pola sesuai dengan desain.
Tipe hasil belajar sintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru Anni, 2007: 8. Tipe
hasil belajar sintesis pada mata pelajaran membuat pola Pattern Making pokok bahasan membuat pola anak adalah siswa mampu menyimpulkan apa saja yang
merupakan dasar utama dalam membuat pola anak agar diperoleh hasil yang baik dalam membuat pola busana anak.
Tipe hasil belajar evaluasi mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi pembelajaran pernyataan, novel, puisi,laporan untuk tujuan
tertentu Anni, 2007: 8. Evaluasi merupakan kegiatan yang meliputi mengukur dan meneliti. Alat yang digunakan untuk mengukur adalah tes dan non tes. Hasil
pengukuran berupa skor. Tipe hasil belajar evaluasi pada mata pelajaran membuat pola Pattern Making pokok bahasan membuat pola anak adalah siswa mampu
menilai teknik membuat pola dasar anak beserta pecah polanya dengan tepat sesuai dengan desaingambar, tanda pola dan mampu memperbaiki pola apabila terjadi
kesalahan. 2.1.2.1.2 Tipe Hasil Belajar Bidang Afektif
Taksonomi tujuan pembelajaran afektif dikembangkan oleh Krathwohl dan kawan-kawan, tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan perasaan, sikap, minat
dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran ini mencerminkan hierarkhi yang
bertentangan dari keinginan untuk menerima sampai dengan pembentukan pola hidup. Kategori tujuan pembelajaran afektif adalah sebagai berikut; penerimaan
receiving, penanggapan responding, penilaian valueing, pengorganisasian organization, pembentukan pola hidup organization by a value complex Anni,
2007: 8. Penerimaan Receiving, pada aspek ini berkenaan dengan membangkitkan,
membimbing dan mengarahkan perhatian siswa tehadap MPI, sehingga materi yang diberikan dapat dipahami oleh siswa. Penanggapan Responding, pada aspek ini
diharapkan siswa dapat merespon materi membuat pola pokok bahasan membuat pola busana anak yang telah diberikan oleh guru dalam bentuk MPI, seperti adanya
diskusi, tanya jawab, siswa dapat mengerjakan soal latihan dan sebagainya. Penilaian
Valuing, pada
aspek ini
diharapkan siswa
dapat menggambarkan, membedakan, menggabungkan, mempelajari materi yang telah
diberikan. Pengorganisasian Organization, pada aspek ini diharapkan siswa dapat menyatukan nilai-nilai yang berbeda. Pembentukan pola hidup Organization by a
value complex, pada aspek ini mengacu pada poses perwujudan nilai-nilai, sehingga tingkah lakunya menunjukkan karakteristik atau identitas dari siswa
tersebut. 2.1.2.1.3 Tipe Hasil Belajar Bidang Psikomotorik
Tipe hasil belajar bidang psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi
syaraf Anni, 2007: 10. Hasil belajar yang diharapkan setelah mempelajari mata pelajaran membuat pola Pattern Making pokok bahasan membuat pola busana
anak dengan MPI adalah siswa mampu dan terampil dalam membaca desain serta terampil dalam membuat pola dasar anak dan cara penyelesaianya, sehingga siswa
akan menerima pengalaman belajarnya dengan perubahan tingkah laku yang lebih baik.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku anak didik, adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar pada
setiap orang dapat diikhtisarkan sebagai berikut yaitu: Faktor dalam fisiologi dan psikologi faktor luar lingkungan dan instrumental.
Gambar 2.1 Bagan Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar Purwanto, 2011: 107.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Dalam Internal
Fisiologi Psikologi
Kondisi fisik
Bakat Minat
Motivasi Kecerdasan
Kemampuan
kognitif
Luar Eksternal
Lingkunga Instrumental
Alam sosial
Kurikulumbahan pelajaran
Gurupengajaran Sarana dan
fasilitas Administrasi
manajemen
Penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah sebagai berikut: faktor dalam internal dan faktor luar eksternal.
2.1.3.1 Faktor Dalam Internal
Faktor dalam Internal adalah faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yang berasal dari dalam individu manusia meliputi, faktor fisiologi dan
faktor psikologi. 2.1.3.1.1 Faktor Fisiologi
Faktor fisiologi adalah kondisi fisik yang terjadi atau dialami individu saat belajar. Kondisi fisiologi pada umumnya sangat berpengaruh terhadap siswa.
Faktor fisiologi dibagi menjadi dua yaitu kondisi fisikjasmani dan kondisi psikologis Purwanto, 2011: 107.
Kondisi fisik keadaan jasmani, siswa yang berada dalam kondisi jasmani yang kurang segar tidak akan memiliki kesiapan yang memadai untuk memulai
tindakan belajar, siswa cenderung kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran sehingga lamban dalam memahami materi pelajaran. Sebaliknya kondisi jasmani
yang sehat, bugar akan memberikan pengaruh terhadap kegiatan belajar individu terutama dalam mengikuti mata pelajaran Membuat Pola Pattern Making pokok
bahasan membuat busana anak yaitu siswa akan lebih bersemangat dan lebih mudah dalam memahami materi pelajaran.
Kondisi psikologis, kondisi ini juga berpengaruh dalam mempelajari mata pelajaran membuat pola terutama unsur penglihatan dan pendengaran Ngalim
Purwanto, 2011: 107. Kondisi pancaindera sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran Membuat Pola Pattern Making pokok bahasan
membuat pola busana anak menggunakan MPI, pancaindera yang memiliki peran besar dalam aktifitas belajar adalah mata, tangan, dan telinga. Mata digunakan
untuk melihat serta memahami materi dalam MPI, tangan digunakan untuk meraba mengontrol MPI, telinga digunakan untuk mendengarkan narasi penjabaran materi
dalam bentuk suara dalam MPI Guru maupun siswa perlu menjaga pancaindera secara preventif maupun
yang bersifat kuratif, dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksa kesehatan dan mengkonsumsi makanan yang bergizi.
2.1.3.1.2 Faktor Psikologis Faktor psikologis adalah suatu keadaan atau kondisi mengenai gejala-gejala
kehidupan kejiwaan yang berpengaruh terhadap proses belajar. Faktor-faktor psikologis umum yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa adalah; bakat,
minat, motivasi, kecerdasan, kemampuan kognitif Purwanto, 2011: 107. Bakat merupakan salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu
kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu lahir Purwanto, 2011: 55. Bakat mempengaruhi perkembangan individu Hamalik, 2010: 93. Siswa yang memiliki
bakat sesuai dengan bidang yang sedang dipelajari busana, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya, sehingga tidak akan merasa kesulitan dalam
memahami materi pokok bahasan membuat busana anak dan cenderung lebih cepat memahami pelajaran dibanding siswa lain.
Minat merupakan kecenderungan dan gairah tinggi terhadap sesuatu yang tetap pada suatu hal atau bidang sehingga ia selalu memperhatikan secara terus-
menerus dengan diikuti rasa senang. Minat sangat berpengaruh pada hasil belajar,
guru perlu mengetahui tentang minat belajar siswa agar bisa memotivasinya Nur‟aini, 2006: 27. Siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi akan lebih
bersemangat dalam mengikuti pelajaran, diharapkan dengan menggunakan MPI dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti mata pelajaran Membuat Pola
Pattern Making pokok bahasan membuat busana anak. Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadi suatu perbuatan atau
tindakan tertentu. Perbuatan belajar terjadi karena adanya motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan belajar Hamalik, 2010: 50.
Motivasi yang dimaksud adalah menumbuhkan motivasi belajar siswa dengan cara memberikan materi pelajaran yang menarik dan mudah dipahami oleh siswa yang
dikemas menggunakan MPI Multimedia Pembelajaran Interaktif. Kecerdasan merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah atau
membuat produk yang dihargai dilingkungan kebudayaan Anni, 2007: 117. Kecerdasan sangat berpengaruh terhadap kemajuan belajar, semakin tinggi tingkat
intelegensi seorang individu, semakin besar peluang meraih sukses dalam belajar dan sebaliknya, semakin rendah intelegensi seorang individu, semakin sulit meraih
sukses dalam belajar. Penggunaan MPI dapat mengontrol cara belajar siswa sendiri sesuai dengan kemampuan intelegensi siswa, karena MPI dapat dipelajari secara
berulang-ulang dan dapat memberikan respon langsung terhadap siswa.
Kemampuan kognitif artinya kemampuan intelektual yaitu kemampuan
individu dalam mengingat dan berfikir. Materi dalam mata pelajaran Membuat Pola Pattern Making pokok bahasan membuat busana anak adalah materi berbentuk
teori dan praktek antara lain; penjabaran tentang busana anak, cara mengambil
ukuran anak, langkah-langkah pembuatan pola dasar anak beserta pecah polanya sesuai dengan desain, sehingga membutuhkan kemampuan kognitif siswa,
diharapkan dengan adanya pembelajaran menggunakan MPI dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa.
2.1.3.2 Faktor Luar Eksternal
Faktor luar yaitu, faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor- faktor tersebut antara lain; faktor lingkungan
dan faktor instrumental Purwanto, 2011: 107. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi dalam proses dan hasil belajar adalah lingkungan alam dan
lingkungan sosial. 2.1.3.2.1 Lingkungan Alam
Lingkungan alam merupakan kondisi alam yang dapat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, misalnya suhu, udara, cuaca, musim yang sedang
berlangsung serta
kejadian-kejadian alam
yang tidak
diinginkan. Lingkungan alam disekitar sekolah berada jauh dari kota di tengah ladang sawah
dan jauh dari pemukiman warga, sehingga suasana terkesan tenang dengan udara yang sejuk menambah semangat belajar siswa dan memudahkan guru dalam
menyampaikan mata pelajaran Membuat Pola Pattern Making pokok bahasan membuat busana anak.
2.1.3.2.2 Lingkungan Sosial Lingkungan sosial mempunyai peran penting dalam membentuk individu
siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan sosial yang
dimaksud adalah lingkungan yang berasal dari keluarga, sekolah, masyarakat sekitar, dan lain-lain. Lingkungan sosial dapat membentuk kepribadian siswa
kearah yang benar maupun sebaliknya, siswa yang memiliki bakat dalam bidang busana, mempunyai latar belakang keluarga di bidang busana, dan siswa yang
mempunyai minat yang tinggi mengenai busana seperti mengikuti kursus atau pelatihan akan lebih mudah dan cepat dalam mengikuti dan memahami pelajaran
dibanding dengan siswa yang memperoleh ilmu pada saat diberikan materi oleh guru khususnya pada mata pelajaran Membuat Pola Pattern Making pokok
bahasan membuat busana anak. 2.1.3.2.3 Faktor Instrumental
Faktor instrumental adalah sarana dan prasarana dalam proses belajar mengajar. Faktor instrumental meliputi; kurikulumbahan ajar, guru, sarana dan
prasarana Purwanto, 2011: 107. Kurikulum bahan ajar diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan
kepada siswa. Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang
akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam suatu jenjang pendidikan. Kurikulum di SMK Al-
Musyafa‟ Kendal menggunakan kurikulum spectrum. perangkat mengajar dalam Program Keahlian Tata Busana antara lain; silabus,
prota, promes, RPP. Bahan ajar yang digunakan dalam mata pelajaran membuat pola adalah buku-buku yang berhubungan dengan pola.
Guru merupakan salah satu komponen dalam pembelajaran yang ikut berperan aktif dalam pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang
pembangunan, oleh karena itu guru dituntut berperan aktif dan menempatkan kedudukanya sebagai tenaga profesional yang tidak hanya berperan sebagai
pengajar tapi juga sebagai pendidik dan pembimbing. Guru dengan fungsinya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing maka diperlukan adanya peran dari
guru. Peran guru tata busana dalam proses belajar mengajar antara lain;
informator yaitu memberikan informasi kepada siswa dengan cara memberikan pengetahuan terhadap siswa, organisator, motivator yaitu guru dapat menumbuhkan
motivasi belajar siswa, inisiator yaitu guru dituntut untuk lebih kreatif dalam memberikan materi pada siswa, transmeter, fasilitator yaitu guru dapat memberikan
fasilitas belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa, evaluator yaitu guru dapat
mengukur dan menilai keberhasilan belajar siswa.
Sarana dan prasarana pendidikan menurut daftar istilah pendidikan dikenal dengan sebutan alat bantu pendidikan teaching aids, yaitu segala macam peralatan
yang dipakai guru untuk membantunya memudahkan dalam melakukan kegiatan mengajar. Sarana pendidikan adalah segala macam peralatan yang digunakan guru
untuk memudahkan penyampaian materi pelajaran yaitu ruang kelas, meja, kursi, papan tulis, dan lain-lain.
Prasarana pendidikan adalah segala macam peralatan, kelengkapan, dan benda-benda yang digunakan guru untuk memudahkan penyelenggaraan
pendidikan. Perbedaan sarana pendidikan dan prasarana pendidikan adalah pada fungsi masing-
masing yaitu sarana pendidikan untuk “memudahkan penyampaian materi pelajaran, “ prasarana pendidikan untuk “memudahkan penyelenggaraan
pendidikan” Tatangmanguni, 2010: 3. Prasarana pendidikan yang dimaksud adalah dengan menggunakan MPI.
2.2 PAIKEM GEMBROTPembelajaran, Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot.
2.2.1 Arti PAIKEM GEMBROT
PAKEM adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, disamping metodologi pembelajaran dengan nama atau sebutan “PAKEM”, muncul
pula nama yang dikeluarkan di daerah Jawa Tengah dengan sebutan “PAIKEM GEMBROT” dengan kepanjangan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif,
Menyenangkan, Gembira dan Berbobot. Guru dapat menyajikan dengan atraktifmenarik dengan hasil terukur sesuai yang diharapkan siswa orang belajar
secara aktif . Pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktifitas mengajar
dan aktivitas belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan seorang guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara pengajar
itu sendiri dengan si belajar Riva‟i dikutip www.google.com
. Aktif dimaksudkan dalam proses pembelajaran guru harus mampu
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan
http:smartalzind.blogspot.com .
Pada proses pembelajaran Mata Pelajaran Membuat Pola guru sesuai fungsinya sebagai organisator, harus bisa membuat siswa aktif bertanya.
Inovatif, dimaksudkan agar guru selalu mengemas kegiatan belajar yang heterogen sehingga memiliki nilai tambah dalam memberikan pelayanan
pembelajaran kepada siswa http:smartalzind.blogspot.com. Inovatif pada Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu dengan menggunakan metode dan media interaktif.
Kreatif dimaksudkan agar guru mampu menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi dan mampu memberikan pelayan pada berbagai
tingkat kemampuan siswa http:smartalzind.blogspot.com
. Kreatif dalam pembelajaran Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu guru dapat memilih metode dan
media yang tepat sesuai dengan mata pelajaran yaitu metode ceramah, demonstrasi dan MPI Multimedia Pembelajaran Interaktif.
Efektif dimaksudkan agar guru mampu memanfaatkan waktu untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran menghasilkan pengalaman baru
yang cenderung permanen smartalzind.blogspot.com
. Efektif dalam pembelajaran Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu dengan penggunaan MPI, waktu pembelajaran
efektif, dapat dilakukan pada kelas besar maupun kecil, pembelajaran dapat dilakukan mandiri dan dapat dipelajari dimana saja.
Menyenangkan dimaksudkan agar guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatian secara penuh
smartalzind.blogspot.com . Menyenangkan dalam pembelajaran Mata Pelajaran
Membuat Pola yaitu dengan penggunaan metode ceramah dan demonstrasi dan MPI yaitu dengan menciptakan suasana belajar yang lain dari biasanya, salah
satunya dengan perubahan tempat duduk siswa.
Gembira dimaksudkan agar guru menciptakan suasana belajar yang fun menyenangkan sehingga siswa mampu belajar dengan santai pada gilirannya, siswa
mampu menyerap
pelajaran smartalzind.blogspot.com
. Gembira
dalam pembelajaran Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu dengan penggunaan MPI,
dimana didalamnya disajikan materi dipadu dengan audio, teks, animasi, gambar, grafik, dan diharapkan dengan MPI siswa dapat termotivasi mengikuti pelajaran
diikuti rasa senang. Berbobot, dimaksudkan agar guru dalam memberikan pembelajaran kepada
siswa memiliki mutu yang baik sehingga tercapai tujuan pembelajaran smartalzind.blogspot.com
. Berbobot dalam pembelajaran Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu dengan pemberian materi yang lengkap dan jelas sesuai
dengan materi pelajaran dan bahan ajar, sehingga hasil belajar yang diharapkan dapat meningkat.
Secara garis besar PAIKEM GEMBROT Ahmadi dan Sofyan, 2011: 1 dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan „pojok baca‟.
4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan
melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Program pembelajaran seperti ini harus disertai dengan kemampuan dan wawasan guru yang cukup baik, karena guru dituntut mampu menciptakan kondisi
belajar yang baik di dalam maupun di luar kelas. Sedang siswa secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep keilmuan.
Pembelajaran kreatif adalah kemampuan menciptakan, mengimajinasikan, melakukan inovasi, dan melakukan hal-hal yang artistik lainya. Dikarakterkan
dengan adanya keaslian dan hal yang baru, dibentuk melalui suatu proses yang baru, memiliki kemampuan untuk menciptakan, dirancang untuk mensimulasikan
imajinasi. Kreatifitas adalah sebagai kemampuan berdasarkan data dan informasi yang tersedia untuk memberikan gagasan-gagasan baru dengan menemukan
banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, yang menekankan pada segi kuntitas, ketergantungan dan keragaman jawaban dan menerapkanya dalam
pemecahan masalah. Penyajian dalam pembelajaran PAIKEM GEMBROT ini dapat dilakukan
dengan pemecahan masalah, curah pendapat, belajar dengan melakukan, menggunakan banyak metode yang disesuaikan dengan konteks, kerja kelompok.
Untuk keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan sebelumnya siswa dilatih konsentrasi, ketelitian, kesabaran, ketekunan,
keuletan, peningkatan daya ingat serta belajar dengan metode bayangan Ahmadi dan Amri, 2011: 5.
2.2.2 Hakikat Model Pembelajaran PAIKEM GEMBROT
Menurut Soekamto yang dikutip Ahmadi dan Amri 2011: 8 mengemumakan maksud dari model pembelajaran adalah “kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar“. Sintaks pola urutan dari suatu model pembelajaran adalah pola yang
menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Contoh, setiap model pembelajaran
diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memotivasi siwa agar terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri dengan tahap
menutup pembelajaran, di dalamnya meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru.
PAIKEM GEMBROT sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipejenis daripada model pembelajaran terpadu. Istilah PAIKEM GEMBROT pada
dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengkaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa Trianto dalam Depdiknas, 2006: 5. PAIKEM GEMBROT sebagai bagian dari pembelajaran terpadu memiliki
banyak keuntungan yang dapat dicapai Panduan KTSP dikutip Ahmadi dan Amri, 2011: 18 sebagai berikut:
1 Memudahkan pemusatan perhatian pada stau tema tertentu. 2 Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
KD antar isi mata pelajaran dengan tema yang sama. 3 Pemahaman materi mata pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
4 Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
5 Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
6 Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu mata
pelajaran dan sekaligus dapat mempelajari mata pelajaran lain 7 Guru dapat mengehmat waktu sebab mata pelajaran yang disajikan secara
PAIKEM GEMBROT dapat dipersiapkan sekaligus, dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan remedial, pemantapan atau pengayaan materi Panduan KTSP dikutip Ahmadi dan Amri, 2011: 18.
Apabila ditinjau dari aspek guru dan peserta didik, PAIKEM GEMBROT memiliki beberapa keuntungan antara lain; 1 tersedia waktu lebih banyak untuk
pembelajaran; 2 hubungan antara Mata Pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan alami; 3 guru bebas membantu siswa melihat masalah situasi atau topik
dari beberapa sudut pandang; 4 dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinyu, tidak terbatas pada buku paket, jam pelajaran bahkan
empat dinding kelas; 5 pengelolaan masyarakat belajar terfasilitasi Ahmadi dan Amri, 2011: 26.
Sedangkan keuntungan PAIKEM GEMBROT bagi siswa antara lain adalah; 1 bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar daripada hasil belajar; 2
menghilangkan batas semu antar bagian-bagian kurikulum dan menyediakan pendekatan proses belajar yang integratif; 3 merangsang penemuan dan
penyelidikan mandiri didalam dan diluar kelas; 4 membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga meningkatkan apresiasi dan
pemahaman; 5 menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang dikaitkan dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan mereka didorong untuk membuat
keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar Ahmadi dan Amri, 2011: 26.
Selain kelebihan yang dimiliki PAIKEM GEMBROT juga memiliki keterbatasan, terutama dalam pelaksanaanya. Puskur Balitbang yang dikutip
Ahmadi dan Amri 2011: 27 mengidentifikasikan beberapa keterbatasan pembelajaran PAIKEM GEMBROT jika digunakan di SMP tau SMASederajat,
antara lain dpaat ditinjau dari berbagai aspek sebgaai berikut: 1 Aspek guru
Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan
mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan khususnya Mata Pelajaran Membuat Pola agar bahan
ajar tidak berfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka PAIKEM GEMBROT akan sulit terwujud Ahmadi dan Amri, 2011: 27.
2 Aspek peserta didik PAIKEM GEMBROT menuntut kemampuan belajar peserta didik yang
relative baik, baik dalam kemampuan akademik maupun kerativitasnya. Hal ini terjadi karena model ini menekankan pada kemampuan analitik mengurai mata
pelajaran membuat pola, kemampuan asosiatif, eksploratif dan elaboratif menghubungkan dan menemukan yang terkait dengan mata pelajaran membuat
pola. Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model PAIKEM GEMBROT ini sangat sulit dilaksanakan Ahmadi dan Amri, 2011: 27.
3 Aspek sarana dan sumber pembelajaran PAIKEM GEMBROT memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang
cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Khususnya
dalam pembelajaran dengan metode ceramah dan MPI yang menggunakan teknologi komputer, bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran
ini akan terhambat Ahmadi dan Amri, 2011: 27. 4 Aspek kurikulum
Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik bukan pada target pencapaian materi. Guru perlu diberi kewenangan
dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik. Materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran Mata Pelajaran
membuat pola yaitu hanya sebatas pokok bahasan membuat pola busana anak dengan menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dan ceramah dan MPI,
sedangkan untuk menilai hasil belajar guru menggunakan lembar observasi Ahmadi dan Amri, 2011: 28.
5 Aspek penilaian PAIKEM GEMBROT membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh
Komperehensif, yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari berbagai bidang kajian terkait yang dipadukan. Guru selain dituntut untuk menyediakan
teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komperehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran dari guru
yang berbeda Ahmadi dan Amri, 2011: 28.
6 Aspek suasana pembelajaran PAIKEM GEMBROT berkecendurungan mengutamakan salah satu bidang
kajian dan tenggelamnya bidang kajian lain, dengan kata lain pada saat mengajarkan sebuah tema maka guru berkecenderungan menekankan atau
mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri Ahmadi dan Amri, 2011: 28.
2.2.3 Karakteristik Paikem Gembrot
PAIKEM GEMBROT sebagai model pembelajaran disekolah memiliki karakteristik-karakteristik antara lain; berpusat pada siswa; memberikan
pengalaman langsung; pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas; menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran; bersifat fleksibel; hasil pembelajaran sesuai
dengan minat dan kebutuhan siswa; dan menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan Depdiknas dikutip Ahmadi dan Amri, 2011: 29.
a. Berpusat pada siswa PAIKEM GEMBROT berpusat pada siswa student center, hal ini sesuai
dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu
memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar Ahmadi dan Amri, 2011: 29. Pada pembelajaran Mata Pelajaran membuat
pola menggunakan metode ceramah dan MPI, semua materi sudah disajikan lengkap didalam media sehingga fungsi guru hanya sebagai fasilitator dan
pembelajaran terpusat pada media dan siswa.
b. Memberikan pengalaman langsung PAIKEM GEMBROT memberikan pengalaman langsung kepada siswa
direct experiences Ahmadi dan Amri, 2011: 29. Dengan pengalaman langsung pada pembelajaran dengan metode ceramah dan MPI pada Mata Pelajaran membuat
pola, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata konkret sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
c. Pemisahan mata pelajaran yang tidak begitu jelas PAIKEM GEMBROT pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu jelas
Ahmadi dan Amri, 2011: 29. Fokus pembelajaran pada mata pelajaran membuat pola diarahkan kepada pokok pembahasan membuat pola busana anak.
d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran PAIKEM GEMBROT menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran Ahmadi dan Amri, 2011: 29. Pada pembelajaran mata pelajaran membuat pola siswa mampu memahami konsep-
konsep membuat pola busana anak secara utuh. e. Bersifat fleksibel
PAIKEM GEMBROT bersifat luwes fleksibel dimana guru dapat mengkaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainya
maupun kehidupan siswa dan keadaan lingkungan sekolah dan siswa berada Ahmadi dan Amri, 2011: 30. Materi pada Mata Pelajaran membuat pola dapat
dikaitkan dengan Mata Pelajaran lain misalnya Mata Pelajaran menggambar busana untuk melihat macam-macam desain busana anak, dan lain-lain.
f. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
PAIKEM GEMBROT mengadopsi prinsip belajar PAIKEM yaitu pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan Ahmadi dan Amri, 2011:
30.
2.2.4 Teori Belajar yang Melandasi PAIKEM GEMBROT
Banyak teori belajar yang menjadi landasan model PAIKEM GEMBROT diantaranya adalah Teori Jean Piaget, Teori Konstruktivisme, Teori Bandura dan
Teori Bruner. Berikut akan dijelaskan beberapa teori yang melandasi model pembelajaran ini.
2.2.4.1 Teori Perkembangan Jean Piaget
Menurut Jean Piaget Nur dikutip Ahmadi dan Amri, 2011: 47, seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa,
yaitu : tahap sensorimotor, pra operasional, operasi kongkrit, dan operasi formal. Pola perilaku atau berfikir yang digunakan anak dan orang dewasa dalam
menangani obyek-obyek di dunia disebut skemata. Selanjutnya menurut Piaget bahwa anak membangun sendiri skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan
lingkungannya. Peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sebagai pemberi informasi. Guru perlu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi para siswanya.
Hadisubroto dikutip Ahmadi dan Amri, 2011: 49. Jelas teori Piaget tersebut menegaskan bahwa guru harus mampu
menciptakan keadaan pembelajar yang mampu belajar mandiri. Artinya guru tidak sepenuhnya mengajarkan suatu bahan ajar kepada pembelajar, tetapi guru dapat
membangun pembelajar yang mampu belajar dan terlibat aktif dalam belajar
2.2.4.2 Teori Bandura
Pemodelan merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurut Bandura sebagian besar manusia
belajar melalui pengamatan secara selektif mengingat tingkah laku orang lain Arends dikutip Ahmadi dan Amri, 2011: 55.
Seseorang belajar menurut teori ini dilakukan dengan mengamati tingkah laku orang lain model, hasil pengamatan itu kemudian dimantapkan dengan cara
menghubungkan pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya atau mengulang-ulang kembali. Berdasarkan pola perilaku ini, selanjutnya Bandura
mengklasifikasikan empat fase belajar dari pemodelan, yaitu fase perhatian, fase retensi, fase reproduksi, dan fase motivasi Ahmadi dan Amri, 2011: 55.
2.2.5 Penerapan PAIKEM GEMBROT dalam Proses Pembelajaran
Penerapan PAIKEM dalam pembelajaran secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut: Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang
mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara
dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan
cocok bagi siswa. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang
lebih menarik. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. Guru mendorong siswa untuk
menemukan caranya
sendiri dalam
pemecahan suatu masalah, untuk
mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya Ramadhan dikutip Aufapunk.blogspot.com.
PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu
dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Penerapan seperti diatas Pendekatan pembelajaran PAIKEM dapat membawa angin perubahan dalam
pembelajaran. a
Guru dan murid sama-sama aktif dan terjadi interaksi timbal balik antara keduanya. Guru dalam pembelajaran tidak hanya berperan sebagai pengajar dan
pendidik juga berperan sebagai fasilitator Aufapunk.blogspot.com. Fasilitator yang dimaksud yaitu guru memeberikan kenyamanan dan kelengkapan yang
menunjang pada proses pembelajaran pada Mata Pelajaran Membuat Pola. b
Guru dan murid dapat mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran. Guru dapat mengembangkan kreativitasnya dalam hal: teknik pengajaran,
penggunaan multimetode, pemakaian media, dan guru dapat berperan sebagai mediator bagi murid-muridnya Aufapunk.blogspot.com. Multimetode dan media
yang digunakan pada Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu metode ceramah dan demonstrasi, dan metodeceramah dan MPI
c Murid merasa senang dan nyaman dalam pembelajaran, tidak merasa
tertekan sehingga
proses berpikir
anak akan
berjalan normal
Aufapunk.blogspot.com. d
Munculnya pembahasan
dalam pembelajaran
di kelas
Aufapunk.blogspot.com.
2.2.6 Analisis Kebutuhan Bahan Ajar, Sarana dan Prasarana Penunjang dan
Sumber Belajar serta Media.
Pembelajaran PAIKEM GEMBROT hakikatnya adalah menekankan pada peserta didik baik secara individu maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali
dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Oleh karena itu dalam pelaksanaan memerlukan berbagai sarana dan prasarana bahan
ajar, sumber belajar, serta media pembelajaranpendukung yang cukup bagi proses pembelajaran.
2.2.6.1 Bahan ajar
Bahan ajar memiliki peran penting dalam pembelajaran termasuk dalam PAIKEM GEMBROT. Pembelajaran PAIKEM GEMBROT pada dasarnya
merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu yang etrcakup dalam ilmu alam maka dalam pembelajaran ini memerlukan komperehensif dengan pembelajaran
monolitik, dalam satu pembelajaran diperlukan sejumlah sumber belajar yang sesuai dengan Standar Kompetensi SK yang merupakan jumlah bidang kajian
yang tercakup didalamnya Ahmadi dan Amri, 2011: 64. Bahan ajar yang akan dipergunakan dalam pembelajaran Mata Pelajaran
Membuat Pola yaitu berupa buku ajar membuat pola busana anak digunakan sebagai pedoman dalam memberikan materi pada kelompok siswa eksperimen 1
dengan pembelajaran metode ceramah dan demonstrasi, dan buku ajar yang dikemas dalam CD Compact Disc digunakan pada kelompok eksperimen 2
dengan menggunakan metode ceramah dan MPI Multimedia Pembelajaran Interaktif.
2.2.6.2 Sarana dan prasarana penunjang
Pembelajaran PAIKEM GEMBROT diperlukan berbagai sarana dan prasarana pembelajaran yang pada dasarnya relatif sama dengan mata pelajaran
lainya, hanya saja ia memiliki kekhasan sendiri dalam beberapa hal. Guru harus memilih secara jeli media yang akan digunakan, karena media memiliki kegunaan
yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai bidang studi yang terkait dan tentu saja terpadu. Guru dalam pembelajaran ini diharapkan dapat mengoptimalkan sarana
yang tersedia untuk mencapai PAIKEM GEMBROT Ahmadi dan Amri, 2011: 65. Media yang dipilih dalam pembelajaran Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu
MPI Multimedia Pembelajaran Interaktif, media ini dipilih karena termasuk media interaktif yang memiliki alat pengontrol sehingga siswa dapat memilih apa
yang dikehendaki untuk proses belajarnya. Sarana dan prasarana yang menunjang yang diperlukan antara lain; Laboratorium komputer lengkap, LCD, Speaker dan
lain-lain.
2.2.6.3 Sumber belajar
Pembelajaran PAIKEM GEMBROT dalam rangka memperoleh konsep dan prinsip yang valid perlu memanfaatkan beberapa sumber belajar baik yang sifatnya
di desain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran, maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan.
Proses pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang menggunakan berbagai ragam sumber belajar. Sumber belajar adalah segala sesuatu
yang ada di sekitar lingkungan kegiatan belajar yang secara fungsional dapat
digunakan untuk membantu optimalisasi hasil belajar Ahmadi dan Amri, 2011: 67.
Jenis sumber belajar ada bermacam-macam antara lain; pesan, orang, bahan, alat, teknik, latar. Sumber belajar yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran Mata Pelajaran membuat pola yaitu; 1 bahan buku ajar Mata Pelajaran membuat pola busana anak, software adobe flash; 2 Alat LCD,
peralatan pola dan papan tulis; 3 Teknik metode ceramah dan demonstrasi; 4 Latar ruang kelas dan laboratorium komputer Ahmadi dan Amri, 2011: 69.
2.2.6.4 Pengembangan media pembelajaran
Pembelajaran PAIKEM
GEMBROT pada
dasarnya memerlukan
optimalisasi penggunaan media pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak Ahmadi dan
Amri, 2011: 71. Konsep yang abstrak dalam pembelajaran mata pelajaran membuat pola yaitu teknik pembuatan pola busana anak.
2.2.6.5 Model pengaturan ruangan
Pelaksanaan kegiatan PAIKEM GEMBROT perlu melakukan pengaturan ruang agar suasana belajar menyenangkan. Pengaturan ruang tersebut meliputi:
1 Ruangan perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan.
2 Susunan bangku peserta didik dapat diubah-ubah disesuaikan dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung.
3 Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di tikarkarpet.
4 Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam maupun diluar kelas.
5 Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar.
6 Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpanya
kembali Ahmadi dan Amri, 2011: 75.
Model pengaturan ruang pada pembelajaran dengan metode ceramah dan demonstrasi dilakukan di dalam kelas dengan posisi meja duduk diubah menjadi
bentuk U, sedangkan pada pembelajaran metode ceramah dan MPI pembelajaran dilakukan di dalam ruangan laboratorium komputer, dimana LCD diarahkan kepada
siswa.
2.2.6.6 Strategi pemilihan metode
Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal. Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan
memberikan latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu Ahmadi dan Amri, 2011: 75.
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu metode ceramah dan demonstrasi. Ceramah digunakan untuk mengajarkan materi dalam ranah
kognitif dan
demonstrasi digunakan
untuk mengajarkan
materi praktekpsikomotorik. Penjabaran tentang metode pembelajaran dibahas pada sub
bab berikutnya.
2.3 Komunikasi Pembelajaran
2.3.1 Pengertian Komunikasi, Teknik Dan Model Komunikasi Dalam Proses
Belajar Mengajar
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan
melalui media
yang menimbulkan
efek tertentu
Yogoz.wordpress.com. Proses Belajar Mengajar PBM merupakan suatu bentuk komunikasi yaitu komunikasi antara subyek didik dengan pendidik, antara siswa
dengan guru, antara siswa dengan guru”. Kegiatan di dalam komunikasi tersebut terdapat pembentukan transform dan pengalihan transfer pengetahuan,
keterampilan ataupun sikap dan nilai dari komunikator pendidik, guru, guru kepada komunikan subyek didik, siswa, siswa sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
Unsur-unsur komunikasi menurut Harold Lasswell yaitu; 1 Komunikator
Source, Sender. 2 Pesan Message. 3 Media Channel. 4 Komunikan Receiver. 5 Efek Effect, Influence. Pada saat ini masih banyak didapati di
berbagai institusi pendidikan, pelatihan, termasuk di Perguruan tinggi, yang dalam mengajar masih konvensional dalam arti, pengajar baik guru atau guru mengajar
secara alami sesuai dengan bakat mengajar yang dimiliki. Ada juga guru yang mengajarnya cenderung meniru gaya orang yang dahulu pernah menjadi guru atau
gurunya. Kenyataan diatas akan menimbulkan beberapa persoalan, baik bagi pengajar
maupun peserta didik. Tipe pertama misalnya, akan menimbulkan masalah bagi guru yang tidak mempunyai bakat mengajar atau mempunyai keterbatasan dalam
menyampaikan pesan secara lisan, adapun untuk tipe kedua, jika tidak hati-hati, guru cenderung akan meniru gaya orang yang diidolakannya, tanpa melihat sisi
kelemahannya. Penyampaian materi pelajaran kepada peserta didikaudien, ada beberapa
faktor yang perlu dipertimbangkan, diantaranya adalah peserta didik, ruangan kelas, metode dan materi itu sendiri. Agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan
pada suatu pembelajaran, metode pembelajaran dan komunikasi harus mendapat perhatian khusus dalam setiap proses pembelajaran. Metode pembelajaran dan
komunikasi tidak
selalu harus
sama untuk
setiap materi.
Proses belajar learning adalah suatu perubahan yang relatif tetap dalam persediaan tingkah laku, yang terjadi sebagai hasil pengalaman.
Pengajar yang baik seharusnya memahami karakteristik siswanya agar ia sukses dalam melaksanakan peran mengajarnya. Guru dalam proses belajar
mengajar kemungkinan akan menemui siswa yang sulit untuk melakukan kontak dengan dunia sekitarnya, suka mengasingkan diri, cenderung menutup diri.
Kaitanya dengan hal ini, maka guru hendaknya merencanakan proses belajar mengajar yang sesuai dengan keadaan dan kepribadian siswa. Belajar mengajar
sebagai proses process, pada hakikatnya mengandung tiga unsur yaitu adanya input bahan mentah yang akan diolah, process kegiatan mengolah input dan
output hasil yang telah diolah. Suatu proses dipandang baik apabila kualitas output lebih baik dari pada
input. Input proses belajar mengajar adalah siswa sebelum pembelajaran Mata Pelajaran Membuat Pola. Proses belajar mengajar adalah interaksi antara
komponen-komponen belajar mengajar yaitu tujuan, bahan, metode guru, siswa, fasilitas dan penilaian yaitu, pembelajaran dengan metode ceramah dan demonstrasi
dengan ceramah dan MPI. Output dari proses belajar mengajar yaitu peserta didik siswa setelah menerima pembelajaran, yaitu hasil belajar Mata Pelajaran
Membuat Pola. Komunikasi merupakan suatu yang sangat pokok dalam setiap hubungan
orang-orang, begitu pula dalam suatu organisasi terjadinya komunikasi tentunya ada tujuan yang ingin dicapai. Hal sesuai dengan pendapat Maman Ukas dikutip
Yogoz.wordpress.com, mengemukakan tujuan komunikasi sebagai berikut : 1 Menetapkan dan menyebarkan maksud dari pada suatu usaha.
2 Mengembangkan rencana-rencana untuk mencapai tujuan. 3 Mengorganisasikan sumber-sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya seperti efektif dan efisien. 4 Memilih, mengembangkan, menilai anggota organisasi.
5 Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan suatu iklim kerja di mana setiap orang mau memberikan kontribusi Maman Ukas
dikutip Yogoz.wordpress.com.
Komunikasi dalam prosesnya merupakan suatu proses sosial untuk mentransmisikan atau menyampaikan perasaan atau informasi baik yang berupa
ide-ide atau gagasan-gagasan dalam rangka mempengaruhi orang lain. Proses komunikasi dalam menyampaikan suatu tujuan lebih dari pada sekedar
menyalurkan pikiran-pikiran atau gagasan-gagasan dan maksud-maksud secara lisan atau tertulis.
Komunikasi secara lisan pada umumnya lebih mendatangkan hasil dan pengertian yang jelas daripada secara tertulis, demikian pula komunikasi secara
informal dan secara formal mendatangkan hasil yang berbeda pengaruh dan kejelasannya. Satu saluran komunikasi formal tertentu atau lebih ke dan dari setiap
personal atau anggota adalah perlu. Saluran-saluran itu hendaknya perlu dipahami oleh setiap anggota.
Proses komunikasi terbagai dalam 2 macam komunikasi, yaitu komunikasi aktif dan komunikasi pasif Yogoz.wordpress.com. Komunikasi aktif merupakan
suatu proses komunikasi yang berlangsung dengan aktif antara komunikator dengan komunikan, di mana antara keduanya sama-sama aktif berkomunikasi, sehingga
terjadi timbal balik di antara keduanya. Sedangkan komunikasi pasif terjadi di mana komunikator menyampaikan informasi atau ide terhadap halayaknya atau
komunikan sebagai penerima informasi, akan tetapi komunikan tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan respon atau timbal balik dari proses komunikasi.
2.3.2 Hakikat dan proses komunikasi
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluranmedia tertentu ke
penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluranmedia dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi Sadiman, et al., 2010: 11. Pesan yang
akan dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum. Sumber pesanya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan produser
media. Saluranya adalah media pendidikan dan penerima pesanya adalah siswa atau juga guru.
Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di kurikulum dituangkan oleh guru atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi baik simbol verbal
kata-kata lisan ataupun tertulis maupun simbol non verbal atau visual Sadiman, et al., 2010: 12. Proses penuangan pesan ke dalam simbol-simbol komunikasi itu
disebut encoding. Selanjutnya, penerima pesan siswa, peserta latihan ataupun guru dan pelatihnya sendiri menafsirkan simbol-simbol komunikasi tersebut sehingga
diperoleh pesan. Proses penafisran simbol-simbol komunikasi yang mengandung pesan-pesan disebut decoding.
Model komunikasi dalam proses belajar mengajar dibagi menjadi 3 yaitu: model komunikasi primer, model komunikasi primer dan sekunder dan model
komunikasi sekunder. 1. Model pertama, pesan disampaikan oleh guru langsung kepada siswa
komunikasi primer. 2. Model kedua, pesan disampaikan oleh guru, disamping secara langsung juga
diberikan dengan menggunakan media primer dan sekunder kepada siswa. 3. Model ketiga, pesan disampaikan oleh guru kepada siswa sepenuhnya
menggunakan media sepenuhnya sekunder proses komunikasi jarak jauh Sadiman, et al., 2010: 13, 15, 16.
GURU
1 2
3 4
A A1
A2 A3
a. Model pertama Proses komunikasi yang gagal
Gambar 2.2 Bagan Model Komunikasi Sadiman, et al., 2010: 13, 15, 16. Model pertama mempunyai kelemahan jika kita lihat terdapat kegagalan
dalam pr oses komunikasi tersebut. Guru menyampaikan pesan”A”, dari keempat
siswa hanya siswa 1 yang tepat dalam menafsirkanya, sedangkan tiga diantaranya kurang tepat terjadi verbalisme pengertia kata-kata yaitu A1,A2,A3 sedang satu
lainya salah sama sekali. Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat atau penghalang proses
komunikasi. Penghambat tersebut biasa dikenal dengan istilah barriers, atau noises. Kita mengenal adanya hambatan psikologis, seperti minat, sikap, pendapat,
kepercayaan, intelegensi, pengetahuan, dan hambatan fisik seperti kelelahan, sakit, keterbatasan daya indera dan cacat tubuh. Siswa yang senang terhadap mata
pelajaran, topik serta mengidolakan gurunya tentu lain hasil belajarnya dibandingkan dengan yang tidak menyukai semua itu Sadiman, et al., 2010: 12.
Dua jenis hambatan yang lain adalah hambatan kultural seperti, perbedaan adat istadat, norma-norma sosial, kepercayaan dan nilai-nilai panutan, dan
hambatan lingkungan yaitu hambatan yang ditimbulkan situasi dan kondisi keadaan
SUMBER PESAN
GURU
MEDIA A
1 2
3 4
SISWA A
A A
A
MEDIA
1 2
3 4
SISWA
SUMBER PESAN
A
b. Model kedua. Proses komunikasi yang berhasil
c. Model ketiga. Proses komunikasi jarak jauh
sekitar. Proses belajar mengajar di tempat yang tenang, sejuk dan nyaman tentu akan berbeda dengan proses yang dilakukan di kelas yang bising, panas dan padat.
Perbedaan adat-istiadat, norma sosial dan kepercayaan kadang-kadang bisa menjadi sumber salah paham. Karena adanya berbagai jenis hambatan tersebut baik dalam
diri guru maupun siswa baik sewaktu mengencode pesan maupun mengdecodenya, proses komunikasi belajar mengajar seringkali berlangsung secara tidak efektif dan
efisien. Media dan metode pengajaran sebagai salah satu sumber belajar yang dapat
menyalurkan pesan sehingga membantu siswa mengatasi hal tersebut. Perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh atau
hambatan jarak geografis, jarak waktu dan lain-lain dapat dibantu diatasi dengan pemanfaatan media pembelajaran.
Proses komunikasi model kedua, memperlihatkan proses komunikasi yang berhasil berkat ikut sertanya media dalam proses belajar mengajar. Sumber pesan
bisa penulis buku, pelukis, fotografer, produser dan guru sendiri. Media dapat berupa buku, poster, foto, program kaset, audio
, film, kaset video. Pesan “A” yang disampaikan oleh guru maupun media dan sumber pesan ditafsirkan sebagai “A”
oleh para siswa. Guru dan media bekerja sama, bahu membahu dalam menyajikan pesan Sadiman, et al., 2010: 14.
Proses komunikasi kedua dipakai dalam kegiatan proses pembelajaran kelompok eksperimen metode ceramah dan demonstrasi, dimana terdapat guru
sebagai fasilitator dan media berupa buku ajar dan papan tulis yang akan digunakan
dalam menyampaikan materi Mata Pelajaran Membuat Pola Pattern Making pokok bahasan membuat pola busana anak kepada siswa.
Model komunikasi ketiga dapat dilakukan di dalam kelas misalnya dilakukan dengan menggunakan pengajaran terprogram atau modul, mungkin saja
guru tidak banyak berperan karena proses belajar mengajar terjadi dalam jarak jauh. Pada situasi ini penulis buku, modul atau produser program audio, video maupun
film merupakan sumber pesan. Siswa berinteraksi denganya secara tak langsung lewat media-media yang mereka buat Sadiman, et al., 2010: 15-16.
Model komunikasi ini akan digunakan dalam eksperimen kelompok pembelajaran dengan metode ceramah dan MPI, dimana dalam proses kegiatan
belajar siswa dapat belajar mandiri tanpa bantuan guru karena di dalam media sudah terdapat informasi materi pelajaran yang dibutuhkan secara lengkap dan
siswa dapat mengontrol serta memilih gaya belajar sesuai kecepatan belajar masing-masing siswa.
2.3.3 Teknik komunikasi dalam proses belajar mengajar
Secara teknis komunikasi dalam proses belajar mengajar dapat dilakukan dengan secara verbal dan dapat pula dengan non-verbal. Secara verbal antara lain
adalah sebagai berkut; teknik berbicara, teknik menulis, teknik bertanya, menjawab atau menanggapi pertanyaan, memberi umpan balik, dan komunikasi non verbal.
a Teknik berbicara. Berbicara banyak digunakan alam menjelaskan sesuatu atau menjawab suatu
pertanyaan. Berbicara harus dilakukan dengan ucapan dan bahasa yang baik, jelas, sistematis, intonasi dan aksen yang benar serta sederhana, agar mudah ditangkap.
Akan lebih menarik bila disertai dengan mimik dan tingkah, sehingga menampakkan dinamika tidak monoton Praptono, 1997: 4. Teknik berbicara yang
dipergunakan dalam menjelaskan materi Mata Pelajaran Membuat Pola yaitu berbicara dengan bahasa baik, lugas, jelas, sistematis dengan intonasi yang keras
dan jelas, tujuanya agar mudah dipahami oleh siswa dan mengurangi verbalisme. b Teknik menulis.
Menulis menggunakan bahasa tulis, bukan bahasa lisan yang ditulis. Pergunakan kalimat sempurna yang sederhana, ada subjek predikat dan objek, dan
dilengkapi dengan tanda baca yang tepat. Hal ini dilakukan agar tidak menimbukan penafisran ganda. Ekpsresi fikiran atau konsep tersusun secara sistematis dan lugas
Praptono, 1997: 5. Teknik menulis digunakan guru dalam menjelaskan pokok bahasan materi Mata Pelajaran Membuat Pola dipapan tulis dengan cara
mendemonstrasikan cara pembuatan pola dasar busana anak dari awal sampai akhir secara runtut dengan menggunakan bahasa tulis yang jelas.
c Teknik bertanya. Bertanya dilakukan dengan berbagai macam tujuan. Tujuan bertanya bagi guru
kepada siswanya di dalam kelas, antara lain adalah; basa-basi dalam memulai suatu pembicaraan, mengajak lawan bicara untuk ikut berfikir, mendapatkan balikan,
memberikan perintah untuk melakukan sesuatu, menguji atau mengetes, mengumpulkan data, dan mengungkap sesuatu atau menyelidik Praptono, 1997:
5. Teknik bertanya digunakan guru dalam mendapatkan umpan balik siswa pada
pokok bahasan materi Mata Pelajaran Membuat Pola, yaitu mengetahui sejauh
mana pemahaman siswa sebelum dan sesudah menerima plajaran, begitupun sebaliknya siswa dapat mengajukan pertanyaan untuk dijawab guru tentang materi
yang belum dipahami. d Menjawab atau menanggapi pertanyaan.
Menjawab atau menanggapi pertanyaan pada dasarnya sama dengan teknik berbicara. Perbedaanya adalah pada kandungan urgensi, relevansi, dan argumentasi
atas pertanyaan yang masuk Praptono, 1997: 5. Menjawab atau menanggapi petanyaan pada pokok bahasan materi Mata Pelajaran Membuat Pola dilakukan
guru apabila menerima pertanyaan yang diajukan oleh siswa, guru harus menjawab pertanyaan yang diajukan siswa, sehingga siswa mengetahui jawaban dari
pertanyaanya tadi dan menjadi lebih paham. e Memberi umpan balik.
Proses belajar secara lengkap adalah; orientasi, latihan, umpan balik dan lanjutan. Umpan balik dalam hal ini adalah umpan balik bagi siswa oleh guru,
diberikan begitu siswa selesai mengerjakan latihan Praptono, 1997: 5. Latihan pada pokok bahasan materi Mata Pelajaran Membuat Pola berupa soal kognitif dan
psikomotorikpraktek membuat pola busana anak. f Komunikasi non verbal.
Komunikasi non verbal yang dimaksud adalah komunikasi yang bukan berupa kalimat terucapkan atau kalimat yan tertulis, melainkan komunikasi yang
mengekspresikan pesan dengan gerak isyarat atau sandi gambar Praptono, 1997: 6. Komunikasi non verbal yang digunakan guru dalam kegiatan belajar dikelas
pokok bahasan materi Mata Pelajaran Membuat Pola adalah isyarat, yaitu dengan
mengacungkan telunjuk tangan pada bibir agar siswa diam dan suasana kelas tidak gaduh.
2.3.4 Komunikasi dengan media
Selain untuk menyajikan pesan, sebenarnya ada beberapa fungsi lain yang dapat dilakukan oleh media. Namun jarang sekali ditemukan seluruh fungsi tersebut
dipenuhi oleh media komunikasi dalam suatu sistem pembelajaran. Sebaliknya suatu program media tunggal seringkali dapat mencakup beberapa fungsi sekaligus.
Fungsi-fungsi tersebut antara lain; Memberikan pengetahuan tentang tujuan belajar, Memotivasi siswa, Menyajikan informasi, Merangsang diskusi, Mengarahkan
kegiatan siswa dan Menguatkan belajar Yogoz.wordpress.com.
2.3.4.1 Memberikan pengetahuan tentang tujuan belajar.
Permulaan pada proses pembelajaran, siswa perlu diberi tahu tentang pengetahuan yang akan diperolehnya atau keterampilan yang akan dipelajarinya.
Kepada siswa harus dipertunjukkan apa yang diharapkan darinya, apa yang harus dapat ia lakukan untuk menunjukkan bahwa ia telah menguasai bahan pelajaran dan
tingkat kesulitan yang diharapkan Yogoz.wordpress.com.
2.3.4.2 Memotivasi siswa
Salah satu peran yang umum dari media komunikasi adalah memotivasi siswa. Tanpa motivasi, sangat mungkin pembelajaran tidak menghasilkan belajar
Yogoz.wordpress.com. Usaha untuk memotivasi siswa pada Mata Pelajaran Membuat Pola dilakukan dengan menggunakan media interaktif yaitu MPI dimana
siswa dapat mengontrol materi di dalam media sesuai dengan pengetahuan
belajarnya. Jika siswa menjadi yakin tentang relevansi pembelajaran dengan kebutuhannya, ia akan termotivasi mengikuti pembelajaran.
2.3.4.3 Menyajikan informasi
Media seperti film, MPI dan televisi dapat digunakan untuk menyajikan informasi. Guru di kelas bebas dari tugas mempersiapkan dan menyajikan
pelajaran, ia dapat menggunakan energinya kepada fungsi-fungsi yang lain seperti merencanakan kegiatan siswa, mendiagnosa masalah siswa, memberikan konseling
secara individual Yogoz.wordpress.com.
2.3.4.4 Merangsang diskusi
Kegunaan media untuk merangsang diskusi seringkali disebut sebagai papan loncat, diambil dari bentuk penyajian yang relatif singkat kepada sekelompok siswa
dan dilanjutkan dengan diskusi. Penyajian media dibiarkan terbuka open-end, tidak ada penarikan kesimpulan atau saran pemecahan masalah. Kesimpulan atau
jawaban diharapkan muncul dari siswa sendiri dalam interaksinya dengan pemimpin atau dengan sesamanya. Penyajian media diharapkan dapat merangsang
pemikiran, membuka masalah, menyajikan latar belakang informasi dan memberikan fokus diskusi Yogoz.wordpress.com.
2.3.4.5 Mengarahkan kegiatan siswa
Pengarahan kegiatan merupakan penerapan dari metode pembelajaran yang disebut metode kinerja performance atau metode penerapan application.
Penekanan dari metode ini adalah pada kegiatan melakukan doing. Media dapat digunakan secara singkat atau sebentar
– sebentar untuk mengajak siswa mulai dan berhenti Yogoz.wordpress.com. Pada Mata Pelajaran Membuat Pola program
MPI digunakan untuk mengarahkan siswa dilakukan kegiatan langkah demi langkah step-by-step pembuatan pola busana anak.
2.3.4.6 Menguatkan belajar
Penguatan seringkali disamakan dengan motivasi, atau digolongkan dalam motivasi. Penguatan adalah kepuasan yang dihasilkan dari belajar, dimana
cenderung meningkatkan kemungkinan siswa merespon dengan tingkah laku yang diharapkan. Penguatan paling efektif diberikan beberapa saat setelah respon
diberikan Yogoz.wordpress.com. Pada Mata Pelajaran Membuat Pola Suatu program MPI menyajikan pertanyaan kepada siswa, kemudian siswa menyusun
jawabannya atau memilih dari beberapa kemungkinan jawaban. Setelah menentukan jawabannya, ia sangat termotivasi untuk segera mengetahui jawaban
yang benar. Jika siswa mengetahui bahwa jawabannya benar, maka ia dikuatkan. Komunikasi yang jelas dalam sebuah pembelajaran adalah salah satu syarat
pembelajaran dapat berlangsung efektif. Ada beberapa komponen dalam komunikasi pembelajaran yang efektif, yaitu: Penggunaan terminologi yang tepat,
Presentasi yang sinambung dan runtut. Sinyal transisi atau perpindahan topik bahasan, Tekanan pada bagian-bagian penting pembelajaran, Kesesuaian antara
tingkah laku komunikasi verbal dengan tingkah laku komunikasi nonverbal.
2.4 Metode Pembelajaran
2.4.1 Pengertian Metode Pembelajaran
Kegiatan belajar mengajar menciptakan interaksi merupakan suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru mempersiapkan program
pengajaran dengan baik dan sistematis dengan seperangkat teori dan pengalaman. Agar program pengajaran dapat tercapai, guru menggunakan suatu strategi dan alat
untuk mencapai tujuan yang disebut dengan metode. Metode adalah suatu alat untuk mencapai tujuan dalam kegia
tan belajar mengajar Nur‟aini, 2004: 35. Penggunaan metode oleh guru harus disesuaikan kondisi dan suasana kelas, guru
jarang sekali menggunakan satu metode dalam proses pembelajaran, karena masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan sehingga
kekurangan metode yang satu dapat diatasi dengan metode yang lain.
2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode
Pemilihan metode dalam pembelajaran itu penting karena penentuan metode itu dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, oleh karena itu guru harus bisa mengenal,
memahami dan memiliki pedoman saat menentukan pemilihan suatu metode. pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
anak didik, tujuan, fasilitas, situasi dan guru Djamarah dan Zain, 2010: 78. 1 Anak didik
Anak didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan Djamarah dan Zain, 2010 : 78. Guru berkewajiban mendidik anak didik di
sekolah, di ruang kelas guru akan berhadapan dengan sejumlah anak didik dengan latar belakang kehidupan yang berlainan, baik status sosial yang
bermacam-macam, perbedaan aspek biologis yaitu, jenis kelamin perempuan dan laki-laki, perbedaan pada aspek intelektual yaitu perbedaan pada saat
merespon pelajaran yang diterimanya ada yang cepat, sedang dan lambat. Perbedaan pada aspek psikologis yaitu perbedaan perilaku peserta didik ada
yang pendiam, kreatif, ada yang terbuka, tertutup, pemurung, periang dan sebagainya.
Perilaku anak didik diatas mewarnai suasana kelas. Kegaduhan semakin terasa jika jumlah anak didik sangat banyak didalam kelas. Semakin banyak
jumlah anak didik dikelas, semakin mudah terjadi konflik dan cenderung sukar dikelola. Perbedaan diatas mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode
yang sesuai untuk menciptkan lingkungan belajar yang kreatif demi tercapainya tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara operasional.
Siswa kelas X pada Program Keahlian Tata Busana di SMK Al- Musyafa‟ Kendal pada aspek biologis, terdapat murid laki-laki dan perempuan
dimana perempuan yang mendominasi serta berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda. Pada aspek intelektual terdapat siswa yang pintar,
sedang dan lamban dalam menerima pelajaran. Pada aspek psikologis juga terdapat keragaman dalam karakteristik siswa ada yang nakal, pendiam,
periang, pemurung dan lain lain. 2 Tujuan
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Tujuan pembelajaran ada dua yaitu; Tujuan Instruksional Umum dan Tujuan
Instruksional Khusus. Perumusan TIK akan mempengaruhi proses pengajaran
pada aanak didik. Metode yang guru pilih harus sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai Djamarah dan Zain, 2010: 80.
3 Fasilitas Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik
disekolah, lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar Djamarah dan Zain, 2010: 80. Fasilitas yang
terdapat dalam Program Keahlian Busana Butik di SMK Al- Musyafa‟ Kendal
yaitu terdapat LCD pada masing-masing kelas, laboratorium busana, contoh fragmen busana, ruang kelas, perpustakaan.
4 Situasi Situasi yang diciptakan guru dalam mengajar tidak selalu sama dari hari
ke hari. Guru dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar di alam terbuka, maka dalam hal ini guru harus memilih metode mengajar yang sesuai dengan
situasi yang diciptakan itu, guru juga dapat membuat kegiatan pembelajaran secara berkelompok, permainan dan lain lain Djamarah dan Zain, 2010 : 80.
Hasil wawancara terhadap guru pengampu mata pelajaran membuat pola, situasi yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran membuat pola
busana anak yaitu kegiatan belajar mengajar tetap didalam kelas, terkadang guru mrmberikan tugas kelompok berpasangan pada saat mengambil ukuran.
Metode yang dipergunakan yaitu metode ceramah demonstrasi. 5 Guru
Kepribadian yang dimiliki setiap guru berbeda. Latar belakang guru yang medapat titel sarjana pendidikan dengan yang guru yang bukan sarjana
pendidikan jelas berbeda. Latar belakang pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensi. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai metode
menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode Djamarah dan Zain, 2010: 81.
Guru pada Program Keahlian Tata Busana di SMK Al- Musyafa‟
Kendal memiliki kepribadian yang bermacam-macam, ada yang periang, pendiam, dan lain-lain. Latar belakang pendidikan guru tata busana berbeda 3
guru Sarjana Kependidikan Tata Busana, 2 guru dengan pendidikan Diploma Tata Busana dan 2 guru lainya Sarjana bukan dari Jurusan Tata Busana. Latar
belakang kepribadian yang berbeda tidak membedakan dalam proses mengajar karena dalam mengajar mereka memiliki kesamaan yaitu menggunakan
metode ceramah, demonstrasi dan latihan.
2.4.3 Macam-Macam Metode Mengajar
Metode dalam proses belajar mengajar ada bermacam-macam metode, semuanya akan dijabarkan dibawah ini antara lain: metode proyek, eksperimen,
tugas dan resitasi, diskusi, sosiodrama, demonstrasi, problem solving, karyawisata, tanya jawab, latihan, ceramah.
2.4.3.1 Metode Proyek
Metode proyek atau unit adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan,
sehingga pemecahanya seara keseluruhan dan bermakna. Penggunaan metode ini bertolak dari anggapan bahwa pemecahan masalah tidak akan tuntas bila tidak
ditinjau dari berbagai segi Djamarah dan Zain, 2010: 83.
2.4.3.2 Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang
dipelajari. Siswa diberi kesempatan untuk mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik suatu kesimpulan dari objek yang
diamatinya Djamarah dan Zain, 2010: 84.
2.4.3.3 Metode Tugas dan Resitasi
Metode resitasi penugasan adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Tugas yang
diberikan dapat dikerjakan siswa baik diruang kelas, maupun diluar kelas, laboratorium, perpustakaan, atau dimana saja asal tugas itu dikerjakan Djamarah
dan Zain, 2010: 85. Metode ini diberikan pada siswa apabila banyaknya bahan ajar yang tersedia
dengan waktu yang kurang seimbang. Agar bahan pelajaran selesai sesuai batas waktu yang ditentukan, maka metode inilah yang biasa digunakan guru untuk
mengatasinya. Tugas yang diberikan kepada anak didik ada berbagai jenis antara lain; tugas melakukan penelitian, tugas menyusun laporan, tugas motorik, tugas di
laboratorium dan lain.lain.
2.4.3.4 Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang biasa berupa pernyataan yang bersifat problematis
untuk dibahas dan dipecahkan bersama Djamarah dan Zain, 2010: 87.
2.4.3.5 Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama artinyadan dalam pemakainya sering disilih gantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan
tingkah laku dalam hubunganya dengan masalah sosial Djamarah dan Zain, 2010: 88.
2.4.3.6 Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan dan mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang
sedang dipelajari, baik sebenarnya maupun lisan Djamarah dan Zain, 2010: 90. Menurut Nur aini 2004: 36 metode demonstrasi adalah suatu metode dimana guru
menunjukkan suat contoh atau percobaan suatu proses atau prosedur pembuatan sesuatu untuk mencapai tujuan pengajaran.
Metode demonstrasi memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan antara lain:
a. Kelebihan metode Demonstrasi menurut Djamarah dan Zain antara lain.
1. Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret sehingga menghindari verbalisme pemahaman secara kata-
katakalimat. 2. Siswa lebih mudah mempelajari apa yang yang dipelajari.
3. Proses pengajaran lebih menarik. 4. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori
dan praktek, dan mencoba melakukanya sendiri Djamarah dan Zain, 2010: 91.
b. Kekurangan metode demontrasi menurut Djamarah dan Zain antara lain.
1. Metode memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa
ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi tidak akan efektif.
2. Fasilitas seperti;peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak
selalu tersedia dengan baik.
3. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin
terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain Djamarah dan Zain, 2010: 91.
2.4.3.7 Metode Problem Solving
Metode problem solving pemecahan masalah bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam proses
problem solving dapat menggunakan metode-metode lainya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan Djamarah dan Zain, 2010: 91.
2.4.3.8 Metode Karyawisata
Metode karyawisata adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu diluar sekolah untuk
memepelajarimenyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik garment, fashion show, dan sebagainya. Banyak istilah yang digunakan dalam karyawisata seperti
widyawisata, study-tour. Metode karyawisata ini bisa dilakuakan dengan waktu singkat maupun lama Djamarah dan Zain, 2010: 93.
2.4.3.9 Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, baik dari guru kepada siswa maupun sebaliknya
Djamarah dan Zain, 2010: 94.
2.4.3.10 Metode Latihan
Metode latihan disebut juga metode training, merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai
sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasan yang baik, selain itu, metode ini juga dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan
keterampilan Djamarah dan Zain, 2010: 96.
2.4.3.11 Metode Ceramah.
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisonal, karena sejak dulu metode ini dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara.
guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar Djamarah dan Aswan Zain, 2010: 83. Metode ceramah merupakan suatu metode dimana guru memberikan
pengajaran secara lisan mengenai fakta, dalil, atau prinsip sedangkan siswa mengikuti dengan menggunakan catatan Nur‟aini, 2004: 36
Metode ceramah ini yang akan digunakan sebagai bahan dalam penelitian, metode ini dipilih karena diantara berbagai macam metode penagajaran metode
ceramah merupakan metode yang tidak dapat ditinggalkan dalam proses pembelajaran, metode ceramah digunakan untuk menyampaikan keterangan atau
informasiuraian tentang materi pelajaran secara lisan. Metode ceramah memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan antara lain:
a. Kelebihan metode ceramah menurut Djamarah dan Zain antara lain;
1. Guru mudah menguasai kelas 2. Mudah mengorganisasikan tempat dudukkelas
3. Dapat diikuti oleh siswa dalam jumlah yang besar. 4. Mudah mempersiapkan dan melaksanakanya.
5. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik Djamarah dan
Zain, 2010: 97. b.
Kekurangan metode ceramah menurut Djamarah dan Zain antara lain; 1. Mudah terjadi verbalisme pengertian kata-kata.
2. Dalam metode ceramah indera pendengaran lebih banyak digunakan dalam mendengarkan materi yang dijelaskan oleh guru
sedangkan indera yang lain jarang dipergunakan. 3. Bila digunakan terlalu lama, menjadi membosankan.
4. Menyebabkan siswa menjadi pasif 5. Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada
ceramahnya, ini sukar sekali Djamarah dan Zain, 2010: 97-98.
2.5 Media Pembelajaran
2.5.1 Pengertian Media Pembelajaran
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim
menuju penerima Heinich di kutip Daryanto 2010: 4. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan Sadiman, et al., 2010: 6.
Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media pengajaran yang dimaksud adalah alat yang dipergunakan untuk berkomunikasi yang dapat
membantu proses belajar mengajar yang berfungsi memperjelas makna pesan pelajaran yang disampaikan. Penggunaan media pembelajaran akan membuat
siswa lebih mudah menerima informasi, membangkitkan keinginan dan minat belajar yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan belajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
2.5.2 Prinsip Umum Penggunaan Media
Agar proses pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan pelajaran dapat tercapai, maka guru harus mengetahui bagaimana cara menggunakan media. Prinsip
umum penggunaan media antara lain; 1 Tidak ada suatu media yang mengatasi media lainya dalam segala
aspeknya, sehingga dapat menggantikan bentuk media lain. 2 Media membawa pesan-pesan yang mempunyai efek-efek tertentu pada
siswa bukan hanya sekedar alat. 3 Penggunaan media pendidikan harus mempunyai tujuan yang jelas,
tidak asal saja sekedar hiburan atau pengisi waktu. 4 Media tertentu cenderung lebih tepat dipakai dalam menyajikan unit
pelajaran daripada media yang lain. 5 Tidak ada suatu media untuk segala macam kegiatan belajar, oleh
karena itusebaiknya kita menggunakan multimedia. 6 Penggunaan media yang terlalu banyak secara sekaligus justru akan
membingungkan dan tidak memperjelas pelajaran.
7 Anak-anak harus dipersiapkan dan dilakukan sebagai peserta yang aktif, sehingga secra efektif dan efisien media dapat digunakan.
8 Hendaknya tidak menggunakan media pendidikan sekedar sebagai selingan atau hiburan pengisi waktu, kecuali kalau tujuan pengajaranya
memang demikian Nur‟aini, 2004: 63
2.5.3 Prinsip Pemilihan Media
Pemilihan media dalam pembelajaran bukanlah suatu hal yang mudah, karena setiap media mempunyai ciri dan karakteristik yang berbeda-beda. Prinsip
utama pemilihan media haruslah didasarkan pada kemampuan media itu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Beberapa faktor yang menjadi
pertimbangan dalam pemilihan media antara lain kesesuaian media dengan tujuan pengajaran, tingkat kemampuan siswa, ketersediaan, biaya, dan mutu teknik
Nur‟aini 2004: 65. Kesesuaian media dengan tujuan pengajaran yang dimaksud adalah
penggunaan media disesuaikan dengan tujuan pengajaran yaitu mengetahui hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran Membuat Pola pokok bahasan membuat pola
busana anak Tingkat kemampuan siswa, pemilihan media harus disesuaikan dengan
tingkat kemampuan siswa misalnya untuk tingkat TK, SD, SMP, SMK. Penelitian ini diterapkan pada siswa SMK sehingga pemilihan media disesuaikan dengan
karakteristik siswa SMK Program Keahlian Busana Butik di Al-musyafa Kendal. Ketersediaan, tidak semua sekolah dapat menyediakan media yang cukup,
dan tidak semua sekolah dilengkapi dengan sarana dan fasilitas yang mendukung dengan penggunaan media. Pemilihan media harus disesuaikan dengan lingkungan
sekolah kondisi, ketersediaan, sarana dan fasilitas, oleh karena itu sebelum
membuat suatu media sebaiknya dilakukan pengamatan terlebih dahulu di lingkungan sekolah. Hasil pengamatan di SMK Al-
Musyafa‟Kendal yaitu kondisi sekolah besrih dan rapi, sarana dan fasilitas cukup yaitu salah satunya yaitu
laboratorium komputer dan LCD. Biaya, dalam pemilihan media harus mengingat efisiensi biaya baik untuk
pembuatan atau yang lain. Memilih media yang baik tidak perlu mahal yang terpenting adalah media tersebut dapat digunakan guru dalam menyampaikan
materi pada siswa, sehingga diharapkan dengan adanya media tersebut tujuan pengajaran dapat tercapai.
Mutu teknik, apabila guru akan mengajar dengan media, hendaknya guru melihat terlebih dahulu apakah media tersebut masih baik dan layak digunakan atau
tidak. Media yang baik adalah berulang dapat digunakan kali.
2.5.4 Fungsi Media Pembelajaran
Media dalam proses pembelajaran memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber guru menuju penerima siswa Daryanto, 2010: 8. Fungsi
utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang dapat mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang diciptakan oleh guru.
Secara umum media memiliki kegunaan: memperjelas penyajian informasi agar tidak terlalu ferbalistik, mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan
indera, penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik, media dapat mengatasi dan membantu kesulitan guru dalam
proses belajar- mengajar Nur‟aini, 2004: 67. Penjabaran kegunaan media dalam
proses pembelajaran adalah sebagai berikut;
Memperjelas pesan dan informasi agar tidak terlalu verbalistik, yang dimaksud verbalistik adalah pengertian kata-
kata Nur‟aini, 2004: 67. Media digunakan untuk menyamakan persepsi dan pemahaman siswa dalam menerima
materi pelajaran. Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, daya, indera misalnya: objek yang
terlalu besar dapat diganti dengan gambar atau film, objek yang terlalu kecil dapat dibantu dengan proyektor, gerak yang lambat bisa dipercepat begitupun sebaliknya,
dan peristiwa alam dapat dilihat dengan film Nur‟aini, 2004: 67. Media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sifat pasif
anak didik, Dalam hal ini media berguna; menimbulkan gairah siswa, memungkinkan adanya interaksi aktif dan siswa dapat belajar sendiri mnurut
kemampuanya Nur‟aini, 2004: 67. Media dapat mengatasi atau membantu kesulitan guru dalam proses belajar
mengajar antara lain; menimbulkan persepsi yang sama, membantu perangsang yang sama dan menyamakan pengalaman Nur‟aini, 2004: 67.
2.5.5 Macam-Macam Media Pembelajaran
Penggunaan suatu media yang tepat dapat membantu dalam proses belajar mengajar dan pencapaian tujuan pembelajaran. Macam-macam media yang
diklasifikasikan menurut kelompoknya yaitu: media berbasis visual, media berbasis audio, media berbasis audio visual, media diam yang diproyeksikan, media
bergerak yang diproyeksikan, benda nyata dan media berbasis komputer Sudjana dan Rivai, 2007: 26.
2.5.5.1 Media berbasis visual
Media berbasis visual adalah media yang menuntut indra penglihatan. Contohnya antara lain: foto, gambarilustrasi, sketsagambar garis, grafik, bagan,
chart, diagram, peta, globe. Penggunaan media visual dalam proses belajar mengajar perlu memperhatikan keterbacaan visual demi meningkatkan efektivitas
hasil belajar siswa Sudjana dan Rivai, 2007: 26.
2.5.5.2 Media berbasis audio
Media berbasis audio adalah media yang menuntut indra pendengaran. Media audio untuk pengajaran dimaksudkan sebagai bahan yang mengandung
pesan dalam bentuk auditif Sudjana dan Rivai, 2007: 129. Contohnya antara lain: radio, tape, kaset audio dan laboratorium bahasa.
2.5.5.3 Media berbasis audio-visual
Media berbasis audio visual adalah media yang menuntut indra pendengaran dan penglihatan. Salah satu pekerjaan penting yang diperlukan dalam media audio-
visual adalah penulisan naskah dan storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak, rancangan, dan penelitian Arsyad, 2011: 94. Contohnya antara lain: film,
televisi, video, sound slide, slide presentasi.
2.5.5.4 Media diam yang diproyeksikan
Media diam yang diproyeksikan adalah media yang dapat secara langsung berinteraksi dengan pesan media yang bersangkutan pada media proyeksi akan
tetapi tidak mempunyai unsur gerak. beberapa jenis media proyeksi diam antara lain : film bingkai slide, film rangkai film strip, overhead proyektor OHP,
proyektor opaque, tachitoscope, microprojection dengan microfilm overlay Sadiman, et al., 2010: 55.
2.5.5.5 Media bergerak yang diproyeksikan
Media bergerak yang diproyeksikan adalah media yang dapat secara langsung berinteraksi dengan pesan media yang bersangkutan pada media proyeksi
dan mempunyai unsur gerak. Contoh yang termasuk media ini adalah film, film loop, TV, rekaman video tape VTR Nur‟aini, 2004: 41.
2.5.5.6 Benda nyata dan benda model
Benda nyata adalah benda sesungguhnya yang digunakan sebagai media, meliputi makhluk hidup seperti binatang dan tumbuhan juga termasuk benda-benda
mati misalnya batuan, air, tanah. Penggunaan benda nyata di dalam proses belajar mengajar terutama bertujuan untuk memperkenalkan suatu unit pelajaran tertentu,
proses kerja suatu objek studi tertentu, atau bagian-bagian serta aspek-aspek lain yang diperlukan Sudjana dan Rivai, 2007: 207.
Benda model adalah tiruan tiga dimensional dari beberapa objek nyata yang terlalu besar, terlalu jauh, terlalu kecil, terlalu mahal, terlalu jarang atau terlalu sulit
untuk dibawa ke dalam kelas dan dipelajari siswa dalam wujud aslinya Sudjana dan Rivai, 2007: 156. Benda model antara lain meliputi boneka, patung, robot,
wayang.
2.5.5.7 Media berbasis komputer CAI Komputer Assisted Intruction
CAI Komputer Assisted Intruction yaitu penggunaan komputer secara langsung dengan siswa untuk menyampaikan isi pelajaran, memberikan latihan dan
mengetes kemajuan belajar siswa. CAI dapat sebagai tutor yang menggantikan guru
di dalam kelas. CAI juga bermacam-macam bentuknya bergantung kecakapan pendesain dan pengembang pembelajaranya, bisa berbentuk game, mengajarkan
konsep-konsep yang abstrak yang kemudian dikonkritkan dalam bentuk visual dan audio yang dianimasikan. CAI digunakan sebagai pembantu pengajar menjalankan
fungsi administratif yang meningkat seperti rekapitulasi data prestasi siswa, databasee-library, kegiatan administratif sekolah seperti pencatatan pembayaran,
kuitansi dan lain-lain Daryanto 2010: 149. Dewasa ini komputer merupakan salah satu perangkat elektronik dengan
tingkat kecanggihan tinggi dan modern yang banyak diminati diseluruh dunia, disamping banyak manfaatnya, komputer mulai dilirik sebagai media pembelajaran
dalam dunia pendidikan. Aplikasi komputer dalam bidang pembelajaran memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara individual individual
learning. Pemakai komputer atau user dapat melakukan interaksi langsung dengan sumber informasi.
Komputer memiliki beberapa keuntungan yaitu, komputer dapat mengakomodasi siswa yang lamban dalam menerima pelajaran karena ia dapat
memberikan iklim yang bersifat afektif dengan cara yang lebih individual, tidak pernah lupa, tidak pernah bosan dan sangat sabar dalam menjalankan instruksi
seperti yang diinginkan program yang digunakan. Komputer dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan, melakukan kegiatan laboratorium atau simulasi
karena tersedianya animasi grafik, warna, dan music yang dapat menambah realisme.
Kendali komputer berada di tangan siswa sehingga tingkat kecepatan belajar siswa dapat disesuaikan dengan tingkat penguasaanya. Kemampuan komputer
merekam aktifitas siswa selama menggunakan suatu program pembelajaran member kesempatan lebih baik untuk pembelajaran secara perorangan dan
perkembangan setiap siswa selalu dipantau. Komputer dapat dihubungkan dan dikendalikan dengan peralatan lain seperti; compact disc, video tape, dan lain-lain
dengan program pengendali dari komputer. Komputer dikenal memiliki sejumlah kelebihan, komputer sebagai sarana
komunikasi interaktif juga memiliki beberapa kelemahan antara lain; harga perangkat keras komputer murah, tetapi perangkat lunaknya masih relatif mahal.
Keragaman model komputer menyebabkan program yang tersedia untuk satu model komputer tidak cocok dengan model komputer lainya. Program yang tersedia saat
ini belum memperhitungkan kreatifitas siswa. Komputer hanya efektif digunakan oleh satu orang atau kelompok kecil, jika digunakan pada kelompok besar
diperlukan tambahan peralatan lain yang dapat memproyeksikan pesan ke layar monitor yang lebih lebar Arsyad, 2011: 56
Pertimbangan yang
didasarkan diatas
media komputer
dengan menggunakan MPI dipilih sebagai media pembelajaran yang tepat untuk
menyampaikan materi mata pelajaran Membuat Pola Pattern Making pokok bahasan membuat busana anak, media ini dipilih karena ingin memberikan media
pembelajaran yang berbeda dan menarik dari proses pembelajaran sebelumnya yaitu dengan menggunakan metode konvensional.
2.5.6 MPI Multimedia Pembelajaran Interaktif
Pengertian multimedia adalah berbagai macam kombinasi grafik, teks, suara, video,dan animasi. Penggabungan ini merupakan suatu kesatuan yang secara
bersama-sama menampilkan informasi, pesan atau isi pelajaran. Multimedia terbagi
menjadi dua kategori, yaitu: multimedia linier dan multimedia interaktif.
Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna, multimedia ini berjalan
berurutan, contohnya: TV dan film Arsyad, 2011: 171. Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat
pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya Daryanto, 2010: 51..
Contoh multimedia interaktif adalah: multimedia pembelajaran interaktif MPI, aplikasi game, dan lain-lain. Pembelajaran diartikan sebagai proses penciptaan
lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar, jadi dalam pembelajaran yang utama adalah bagaimana siswa belajar. Belajar dalam pengertian aktifitas
mental siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku yang bersifat relatif konstan.
Lingkungan merupakan aspek yang penting dalam aktifitas belajar. Bagaimana lingkungan ini diciptakan dengan menata unsur-unsurnya sehingga
dapat mengubah perilaku siswa. Apabila kedua konsep tersebut kita gabungkan maka multimedia pembelajaran dapat diartikan sebagai aplikasi multimedia yang
digunakan dalam proses pembelajaran, dengan kata lain untuk menyalurkan pesan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemauan yang belajar sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan terkendali.
Pengertian interaktif terkait dengan komunikasi 2 arah atau lebih dari komponen-komponen komunikasi. Komponen komunikasi dalam multimedia
interaktif berbasis komputer adalah hubungan antara manusia sebagai user pengguna produk dan komputer software aplikasiproduk dalam format file
tertentu, bisasanya dalam bentuk CD. Kesimpulan dari berbagai definisi diatas, MPI adalah perpaduan antara
berbagai media format file yang berupa teks, gambar vektor dan bitmap, grafik, sound, animasi, video, interaksi, simulasi yang dikemas menjadi file digital
komputerisasi berbentuk compact disc CD digunakan untuk menyampaikan pesan berupa pengetahuan materi pokok pelajaran dalam proses interaksi antara
siswa dengan lingkunganya untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu terjadi perubahan perilaku siswa kearah yang lebih baik.
2.5.6.1 Tujuan dan Manfaat Penyusunan MPI Multimedia Pembelajaran
Interaktif
Tujuan penyusunan MPI adalah menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik
yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik materi ajar dan karakteristik peserta didik serta setting atau latar belakang lingkungan sosialnya. Secara umum
manfaat yang diperoleh adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
dan proses belajar mengajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, serta sikap belajar siswa dapat ditingkatkan.
Keunggulan dari sebuah multimedia pembelajaran yaitu: memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata seperti kuman, bakteri,
elektron dan lain-lain. Memperkecil benda yang sangat besar yang tidak mungkin dihadirkan kesekolah seperti gajah, rumah, gunung, dan lain-lain. Menyajikan
benda atau peristiwa yang kompleks, rumit dan berlangsung cepat atau lambat. Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh, seperti bulan, bintang, salju, dll.
Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya, seperti letusan gunung berapi, harimau, racun, dll. Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa.
2.5.6.2 Karakteristik Multimedia Pembelajaran Interaktif MPI
Multimedia digunakan sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran, pemilihan dan penggunaan multimedia pembelajaran harus memperhatiakn
karakteristik komponen. Karakteristik MPI adalah; a Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya menggabungkan unsur audio dan visual, b
Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk mengakomodasi respon pengguna, c Bersifat mandiri, dalam pengertian memberi kemudahan dan
kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna biasa menggunakan tanpa bimbingan orang lain Daryanto, 2010: 53.
Selain memenuhi ketiga karakteristik tersebut, multimedia pembelajaran sebaiknya memenuhi fungsi sebagai berikut: a Mampu memperkuat respon
pengguna secepatnya dan sesering mungkin, b Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengontrol laju kecepatan belajarnya sendiri, c
Memperhatikan bahwa siswa mengikuti suatu urutan yang koheren dan terkendalikan, d Mampu memberikan kesempatan adanya partisipasi dari
pengguna dalam bentuk respon, baik berupa jawaban, pemilihan, keputusan, percobaan dan lain-lain Daryanto, 2010: 53.
2.5.6.3 Format Multimedia Pembelajaran Interaktif MPI
Menurut Daryanto 2010: 54 format sajian MPI dapat dikategorikan ke dalam lima kelompok sebagai berikut: turorial, drill and practice, simulasi,
percobaan atau eksperimen dan permainan.
2.5.6.3.1 Tutorial
Format sajian ini merupakan multimedia pembelajaran yang dalam penyampaian materinya dilakukan secara tutorial, sebagaimana layakna tutorial
yang dilakukan oleh guru atau instruktur. Informasi yang berisi suatu konsep disajikan dengan teks, gambar, baik diam atau bergerak dan grafik. Pada saat yang
tepat, yaitu
ketika dianggap
bahwa pengguna
telah membaca,
menginterpresentasikan dan menyerap konsep itu, diajukan serangkaian pertanyaan atau tugas.
Jika jawaban atau respon pengguna benar, kemudian dilanjutkan dengan materi berikutnya. Jika jawaban atau respon salah, maka pengguna harus
mengulang memahami konsep tersebut secara keseluruhan ataupun pada bagian- bagian tertentu saja remedial. Kemudian pada bagian akhir biasanya akan
diberikan serangkaian pertanyaan yang merupakan tes untuk mengukur tingkat pemahaman pengguna atas konsep atau materi yang disampaikan.
2.5.6.3.2 Drill dan Practise Format ini dimaksudkan untuk melatih pengguna sehingga memiliki
kemahiran dalam suatu keterampilan atau memperkuat penguasaan suatu konsep. Program menyediakan serangkaian soal atau pertanyaan yang
biasanya ditampilkan secara acak, sehingga setiap kali digunakan maka soal atau pertanyaan yang tampil selalu berbeda, atau paling tidak dalam
kombinasi yang berbeda. Program ini dilengkapi dengan jawaban yang benar, lengkap dengan
penjelasannya sehingga diharapkan pengguna akan bisa pula memahami suatu konsep tertentu. Pada bagian akhir pengguna bisa melihat skor akhir yang dicapai,
sebagai indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam memecahkan soal- soal yang diajukan.
2.5.6.3.3 Simulasi Multimedia pembelajaran dengan format ini mencoba menyamai proses
dinamis yang terjadi di dunia nyata, misalnya untuk mensimulasikan pesawat terbang, di mana pengguna seolah-olah melakukan aktifitas menerbangkan pesawat
terbang.
2.5.6.3.4 Percobaan atau Eksperimen
Format ini mirip dengan format simulasi, namun lebih ditujukan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat eksperimen, seperti kegiatan praktikum di
laboratorium IPA, biologi atau kimia. Program menyediakan serangkaian peralatan dan bahan, kemudian pengguna bisa melakukan percobaan atau eksperimen sesuai
petunjuk dan kemudian mengembangkan eksperimen-eksperimen lain berdasarkan
petunjuk tersebut. Diharapkan pada akhirnya pengguna dapat menjelaskan suatu konsep atau fenomena tertentu berdasarkan eksperimen yang mereka lakukan
secara maya tersebut. 2.5.6.3.5 Permainan
Tentu saja bentuk permainan yang disajikan di sini tetap mengacu pada proses pembelajaran dan dengan program multimedia berformat ini diharapkan
terjadi aktifitas belajar sambil bermain. Dengan demikian pengguna tidak merasa bahwa mereka sesungguhnya sedang belajar.
MPI yang digunakan peneliti berformat tutorial dimana menyajikan materi- materi pokok pelajaran membuat pola dan berformat Drill dan Practise yang
menyajikan soal-soal sebagai tolak ukur keberhasilan siswa dalam memecahkan soal-soal yang diberikan. Program yang digunakan dalam MPI pada mata pelajaran
membuat pola pokok bahasan membuat pola busana anak mempunyai beberapa kelebihan yaitu dapat memadukan beberapa media seperti audio, visual, grafik,
bitmap, sound, animasi dan program lainya yang lebih menarik.
2.5.6.4 Media-media dalam Multimedia Pembelajaran Interaktif MPI
MPI dapat mengkombinasikan berbagai macam bentuk dan jenis media menjadi suatu setting pembelajaran. Jenis media yang sering digunakan dalam MPI
antara lain; teks, grafis, foto, video, audiosuara, dan animasi Arsyad, 2011: 171. 2.5.6.4.1 Teks
Teks merupakan media dasar yang digunakan pada paket apa saja termasuk dalam video dan televisi Purwanto, 2011: 11. Penyajian dalam MPI, teks
menduduki posisi terbesar sebagai media penyampaian materi mata pelajaran
Membuat Pola Pattern Making pokok bahasan membuat pola busana anak. Teks merupakan media utama untuk menyampaikan informasi dalam MPI. Sifatnya
fleksibel untuk menyampaikan semua materi, meski terbatas pada informasi verbal saja. Teks dapat digunakan untuk mengajarkan berbagai macam skill. Teks dapat
juga digunakan untuk mengajarkan materi yang padat dan mendalam seperti pada mata pelajaran membuat pola.
Keberadaan teks dalam MPI akan memberikan kesempatan bagi pengguna untuk berhenti sejenak pause, dalam rangka memahami materi lebih mendalam,
jadi pengguna tetap memiliki kesempatan untuk merencanakan belajarnya, dan tetap mengadakan eksplorasi pengetahuanya. Selain tidak memakan biaya terlalu
banyak, tampilan teks akan menjadi pemanis tayangan pada layar komputer. Namun demikian, media teks lemah dalam menampilkan penjelasan dinamis,
misalnya menjelaskan proses pembuatan busana anak. Hal ini dikarenakan media komunikasi hanya berupa tulisan, sehingga sulit dalam penggambaran suatu
penjelasan siklus. Untuk menghasilkan teks yang representatif ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu tipe dan ukuran huruf, panjang baris dan margin, dan
perataan Justification. 2.5.6.4.2 Grafis
Media grafis termasuk media visual. Sebagaimana halnya media yang lain media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan.
Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual Sadiman,
et.al., 2010: 28.
Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain fungsi umum tersebut, secara
khusus grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau
diabaikan jika tidak digrafiskan. 2.5.6.4.3 Foto
Foto merupakan media yang paling umum dipakai, karena dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana. Kelebihan media gambar foto yaitu; sifatnya konkret,
gambar dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan pengamatan, foto dapat memperjelas suatu masalah sehingga dapat mencegah kesalahpahaman, foto
harganya murah dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus Sadiman, et.al., 2010: 31. Foto atau gambar yang digunakan
dalam MPI adalah gambar yang berhubungan dengan materi busana anak, seperti gambar macam-macam lengan anak, foto busana anak, dan lain-lain.
2.5.6.4.4 Video
Video sebagai media audio-visual yang menampilkan gerak, pesan yang disajikan bisa bersifat fakta kejadianperistiwa penting, berita maupun fiktif
misalnya cerita, bisa bersifat informatif, edukatif maupun instruksional Sadiman, et.al., 2010: 74.
2.5.6.4.5 Audio
Media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, baik verbal ke dalam
kata-katabahasa lisan maupun non verbal Sadiman, et.al., 2010: 49. Pada format
MPI, audio diaplikasikan melalui proses digitalisasi komputer. Audio dalam media MPI pada mata pelajaran Membuat Pola Pattern Making pokok bahasan membuat
pola busana anak berdasarkan penjabaran dari sub materi yang diberikan yang diberikan.
2.5.6.4.6 Animasi
Animasi adalah sebuah proses merekam dan memainkan kembali serangkaian gambar statis untuk mendapatkan sebuah ilusi pergerakan http:cbs-
bogor.net. Kelebihan animasi antara lain: memiliki ruang manipulasi desain tinggi, sehingga memungkinkan pengguna untuk mengontrol jalanya program interaktif,
dapat menggambarkan suatu peristiwa rumit, berbahaya, mahal yang tidak dapat dilakukan media video. Melalui simulasi yang digambarkan animasi dapat
meningkatkan daya tangkap pengguna karena visualisasinya didesain sedemikian rupa menyerupai keadaan sebenarnya.
Animasi yang akan digunakan pada media ini adalah animasi gambar, tulisan, dan garis yang berjalan digunakan sebagai pedoman dalam membuat pola.
2.5.6.5 Pemilihan Media dan MPI
Kriteria pemilihan media menurut Dick dan Carey 1978 yang dikutip Kustiono 2009: 12, disamping adanya kesesuaian dengan tujuan perilaku belajar
masih ada 4 faktor lagi yang perlu dipertimbangkan antara lain; 1. Ketersediaan sumber belajar setempat, artinya bila media yang
bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri.
2. Apakah untuk membeli atau memproduksi tersedia dana, tenaga dan fasilitas.
3. Memperhatikan faktor-faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan untuk jangka waktu yang lama;
4. Efektifitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang.
Berdasarkan Kriteris pemilihan, peneliti memilih untuk menggunakan software berbasis Adobe Flash C.S4 Portable sebagai media pembelajaran
interaktif pada mata pelajaran Membuat Pola Pattern Making pokok bahasan membuat busana anak.
Adobe Flash CS 4 Profesional Portable merupakan suatu software yang cukup unggul dalam pembuatan animasi. Keunggulan yang didapat dari
penggunaan aplikasi profesional adalah kemudahan manajemen file, efek grafis spesial, kontrol, animasi, dan lain-lain. Adobe Flash CS 4 Profesional Portable
digunakan dalam perancangan dan pembuatan CD MPI. Semua hasil desain dan perancangan dari aplikasi-aplikasi pendukung akan di gabung di dalam aplikasi ini.
Pengolahan file-file multimedia seperti teks, gambar, audio, video dan animasi akan menjadi sempurna setelah tergabung di dalam aplikasi ini.
Adobe Flash CS 4 Profesional Portable memiliki kemampuan dalam mengolah berbagai file multimedia dengan format yang beragam. Adobe Flash CS
4 Profesional Portable memiliki sejumlah kelebihan dalam desain multimedia antara lain: memungkinkan kita menerapkan animasi langsung pada objek, dapat
mengatur property animasi secara detail, memungkinkan kita menggunakan animasitween yang telah tersimpan secara instan, dapat membuat rangka poros
pergerakan pada objek untuk memudahkan proses animasi dan lain-lain.
2.5.7 Penerapan Pembelajaran Metode Ceramah dan Demonstrasi dengan
Pembelajaran Metode Ceramah dan MPI 2.5.7.1
Kegiatan Pembelajaran dengan Metode Ceramah dan Demonstrasi dengan Metode Ceramah dan MPI.
Metode pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar tidak digunakan sendiri-sendiri, tetapi merupakan kombinasi dari beberapa metode dan
media pembelajaran, salah satunya kombinasi metode ceramah demonstrasi. Metode ceramah dalam pembelajaran ini digunakan untuk memberikan penjelasan
kepada siswa mengenai teori tentang Mata Pelajaran Membuat Pola Pattern Making pokok bahasan membuat pola busana anak.
Demonstrasi digunakan untuk menjelaskan materi praktek, yaitu dengan cara memperagakanmempertunjukkan langkah-langkah pembuatan pola busana
anak dan siswa memperhatikan serta mengikuti demonstrasi tersebut, setelah itu baru siswa mulai belajar membuat pola sendiri sesuai yang diperagakan oleh guru.
Adapun kegiatan dalam proses pembelajaran menggunakan metode ceramah demonstrasi dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Kegiatan Pembelajaran dengan Metode Ceramah dan Demontrasi
KEGIATAN PEMBELAJARAN No
Pembelajaran dengan Metode Ceramah dan Demontrasi
Pembelajaran dengan Metode Ceramah dan MPI
1. 2.
3. PERSIAPAN
1. Menyediakan peralatan
yang digunakan. 5 menit
2. Menciptakan kondisi anak untuk belajar disertai presensi siswa.
5 menit
PELAKSANAAN
3. Memberikan tes awalpre test pada siswa untuk mengetahui
kemampuan awal siswa tentang mata pelajaran Membuat Pola
Pattern Making. 45 menit
4. Memberikan pengertianpenjela
san tentang materi pelajaran Membuat Pola Pattern Making
pokok bahasan membuat pola busana
anak dengan
menggunakan metode ceramah 30 menit.
5. Demonstrasi langkah-langkah
pembuatan pola busana anak oleh guru
dan siswa
mengamati selanjutnya siswa diberi latihan
membuat pola
sesuai yang
diperagakan oleh guru. 50 menit
EVALUASI TINDAK LANJUT
6. Siswa membuat kesimpulan dari mata pelajaran yang baru
dipelajari 5 menit. 7. Tanya jawab guru dengan siswa
Memberikan tes akhirpost test untuk mengetahui hasil belajar
siswa setelah menerima pelajaran. 45 menit
PERSIAPAN
1. Menyediakan peralatan
yang digunakan Lab. Komputer dan
LCD. 10 menit 2. Menciptakan kondisi anak untuk
belajar disertai presensi siswa masing-masing siswa mengo
perasikan 1 komputer. 5 menit
PELAKSANAAN
3. Memberikan tes awalpre test pada siswa untuk mengetahui
kemampuan awal siswa tentang mata pelajaran Membuat Pola
Pattern Making. 45 menit
4. Memperkenalkan MP1
pada siswa dan mengajarkan cara
penggunaan media. 10 menit 5. Guru mengarahkan siswa untuk
membuka materi pada media disertai
dengan memberikan
pengertianpenjelasan materi
pelajaran Membuat Pola Pattern Making pokok bahasan membuat
pola busana
anak dengan
menggunakan metode ceramah selanjutnya siswa diberi latihan
membuat pola
sesuai yang
diperagakan oleh guru. 45 menit
EVALUASI TINDAK LANJUT
6. Siswa membuat kesimpulan dari mata pelajaran yang baru
dipelajari. 5 menit 7. Tanya jawab guru dengan siswa
Memberikan tes akhirpost test untuk mengetahui hasil belajar
siswa setelah menerima pelajaran. 45 menit
Sumber : Data penelitian
2.6 Mata Pelajaran Membuat Pola Pattern Making
Mata pelajaran produktif yang diajarkan di kelas X SMK Al- Musyafa‟
Kendal ada bermacam-macam salah satunya adalah mata pelajaran Membuat Pola Pattern Making pokok bahasan membuat pola busana anak yang diajarkan di
kelas X semester genap. Standar Kompetensi SK dari mata pelajaran tersebut yaitu membuat pola busana anak, sedangkan Kompetensi Dasar KD dari SK
antara lain; mengelompokkan macam-macam busana anak, memotong bahan, menjahit busana anak, menyelesaikan busana anak dengan jahitan tangan,
menghitung harga jual. dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi penelitian pada KD mengelompokkan busana anak Silabus SMK Al-Musyafa, 2010.
KD mengelompokkan busana anak memiliki beberapa indikator antara lain; menjelaskan pengertian busana anak, mengklasifikasi busana anak, menjelaskan
desain, bahan, motif, dan corak yang cocok untuk anak, menjelaskan pembuatan pola dasar dan pecah pola sesuai desain.
2.6.1 Uraian Materi Membuat Pola Busana Anak
2.6.1.1 Pengertian Busana Anak dan Persyaratan Busana Anak
Busana dalam arti umum adalah bahn tekstil atau bahan lainya yang sudah dijahit atau tidak dijahit, yang biasa dipakai atau disampirkan untuk menutupi
tubuh seseorang. Busana dalam arti sempit, dapat diartikan sebagai bahan tekstil yang disampirkan atau dijahit terlebih dahulu, dan dipakai untuk menutupi tubuh
seseorang yang langsung menutup kulit, ataupun tidak langsung menutup kulit Sari, 2011: 3
Busana anak adalah segala sesuatu yang dipakai anak-anak mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Segala pelengkap busana yang dikenakan anak seperti
bando, topi, sepatu, tas merupakan busana Hasanah, 2011: 3. Seiring dengan perkembangan mode busana yang selalu berubah membuat busana anak mengikuti
tren busana dewasa, sehingga ada kesan bahwa busana anak merupakan busana dewasa dalam bentuk kecil. Perbedaan dari busana anak dan busana dewasa
hanyalah ukuran semata. Hal ini tentunya tidak benar, karena busana anak tidak dapat dibuat dengan model yang sembarangan.
Busana anak dapat diklasifikasikan berdasarkan usia, antara lain: Busana batita usia 1-3 tahun. Busana anak prasekolah usia 3-5 tahun balita. Busana anak
sekolah usia 6- 12 tahun Hasanah, 2011: 23. Persyaratan busana anak pada dasarnya adalah bicara tentang kualitas busana anak itu sendiri. Kualitas yang
dimaksud adalah kualitas produk yaitu busana anak dalam hal pemilihan bahan, aksesorisnya serta teknik penyelesaian busana anak itu sendiri.
Pemakaian busana anak harus disesuaikan dengan kesempatan busana anak dan memenuhi persyaratan busana anak yang baik. Adapun persyaratan busana
anak yang baik dapat dilihat dari: desain, tekstur, bahan, warna, corak, hiasan, dan teknik menjahit Hasanah, 2011: 25.
Desain merupakan suatu hasil karya indah manusia dalam menciptakan susunan garis, warna bentuk dan tekstur dengan maksud agar diperhatikan oleh
orang lain. desain dibagi menjadi dua yaitu: desain struktur dan desain hiasan Hartatiati, 2007: 1. Desain struktur yaitu desain yang dibuat berdasarkan bentuk,
warna, ukuran, dan tekstur suatu benda sedangkan desain hiasan yang dipergunakan sebagai penambah rasa keindahan desain struktur.
Siluet merupakan perwujudan desain struktur di dalam desain busana. Ada lima macam siluet yang biasa digunakan untuk desain busana anak yaitu siluet A,
T, H, S dan X Hasanah, 2011: 47. Siluet A mempunyai bentuk garis kecil diatas dan membesar di dibawah. Siluet H mempunyai bentuk garis lurus pada kedua
sisinya. Siluet S mempunyai garis tengah sempit, sedangkan bagian atas dan bawah menggelembung. Siluet X mempunyai bentuk pada bagian atas dan bawah sama -
sama besar dan mengecil pada bagian tengah. Desain hiasan berguna untuk memperindah bentuk desain struktur, pada
busana anak desain hiasan dapar berupa kancing hias, aplikasi, renda, pita, kerah, saku, dan lain-lain. dalam sebuah desain busana tidak selalu harus menggunakan
desain hiasan, tetapi pada desain struktur atau siluet mutlak harus ada. Hartatiati 2007: 2
Pemilihan desain untuk busana anak memiliki beberapa syarat utama diantaranya sederhana dan longgar, sehingga memberikan kebebasan bergerak bagi
anak. Syarat mutlak yang harus diperhatikan dalam membuat desain busana anak yaitu pembuatan busana tidak boleh mengganggu pergerakan anak karena anak-
anak selalu melakukan pergerakan tiada henti. Desain dapat dibuat seperti celana, rok yang longgar seperti rok kerut, lingkar atau desain A line. Berikut adalah
bagian-bagian dari busana anak antara lain; kerah, lengan, rok tekstur dan bahan warna, corak, hiasan dan teknik menjahit busana anak Hasanah, 2011: 25.
Kerah merupakan bagian busana yang letaknya mengelilingi leher yang menempel pada busana. Busana anak banyak menggunakan desain kerah
khususnya untuk kesempatan pesta Hasanah, 2011: 26. Kerah dapat memberi kesan keindahan pada busana anak sehingga nilai dari busana tersebut dapat
meningkat. Beberapa contoh desain kerah untuk busana anak antara lain; kerah rebah, kerah pallerin, kerah kelasi, kerah shanghai dan lain-lain.
Desain kerah busana anak
Gambar 2.3 Desain kerah busana anak Hasanah, 2011: 26-27 Lengan merupakan bagian dari busana yang terletak pada bahu sampai batas
lengan yang diinginkan. Lengan terbagi menjadi lengan setali dan lengan tidak setali. Lengan tidak setali yaitu pola lengan yang dibuat terpisah dari pola badan,
sedangkan lengan setali polanya dibuat bersama dengan pola badan Hasanah, 2011: 27. Beberapa contoh lengan untuk busana anak antara lain; lengan sayap,
lengan poof, lengan puncak, lengan tulip, dan lain-lain.
Desain Lengan Busana Anak
Gambar 2.4 Desain Lengan busana anak Hasanah, 2011: 27-28. Rok merupakan bagian busana yang dimulai dari pinggang ke bawah.
Biasanya pola rok dibuat terpisah dari pola badan, tetapi juga dapat dibuat menyatu sehingga menjadi pola gaun Hasanah, 2011: 28. Contoh desain rok untuk busana
anak antara lain; rok susun, rok kerut, rok lingkar, rok lipit.
Desain Rok Busana Anak
Gambar 2.5 Desain rok busana anak Hasanah, 2011: 28-29.
Tekstur dan bahan, pemilihan tekstur dan bahan untuk busana anak adalah cara memilih bahan, fabric, atau tekstil yang cocok untuk busana anak Hasanah,
2011: 31. Pemilihan bahan untuk busana anak dipilih yang dapat menyerap air karena anak banyak mengeluarkan keringat setelah beraktifitas, selain itu mudah
dalam pemeliharaanya, tahan cuci dan tahan terhadap cahaya matahari. Pemilihan tekstur lembut disesuaikan dengan jenis kulit anak yang masih halus dan sensitif
terhadap benda-benda asing serta memberikan kenyamanan pada anak terutama saat bergesekan dengan kulit tidak menyebabkan cedera ataupun rasa gatal pada
kulit.
Tekstur dan Bahan Busana Anak
Gambar 2.6 Tekstur dan bahan busana anak Hasanah, 2011: 31.
Warna merupakan unsur desain yang tidak bisa ditinggalkan. Pemilihan warna untuk busana anak sama halnya dengan pemilihan warna untuk busana
dewasa, sebaiknya disesuaikan dengan karakteristik anak yang bersifat gembira. Warna yang menggambarkan keceriaan anak biasanya adalah warna-warna cerah,
akan tetapi kita perlu menyesuaikan warna pakaian dengan jenis warna kulit anak, kepribadian anak serta kesempatan pemakaian Hasanah, 2011: 32.
Anak berkulit putih dan kuning dapat menggunakan hampir semua warna karena kulitnya sudah cerah, akan tetapi untuk anak berkulit sawo matang atau
hitam sebaiknya menghindari warna-warna yang mendekati warna kulitnya karena akan membuat anak terlihat lebih kusam. Berikut adalah contoh warna yang biasa
digunakan untuk busana anak.
Macam-macam warna busana anak
Gambar 2.7 Macam-macam warna busana anak Hasanah, 2011: 32. Corak adalah motif pada bahan atau fabric. Corak yang sesuai untuk busana
anak adalah yang dapat memberi kesan gembira sesuai dengan kepribadian anak. Corak yang biasa disukai anak-anak adalah binatang, polkadot boneka, buah-
buahan, tokoh animasi, tokoh film dan lain-lain. Pemilihan corak untuk busana
anak harus disesuaikan dengan proporsi tubuh anak, hindarilah motif yang terlalu besar dan pilih motif yang kecil-kecil Hasanah, 2011: 33.
Corak busana anak
Gambar 2.8 Corak busana anak Hasanah, 2011: 32. Hiasan untuk anak sebaiknya disesuaikan dengan sifat anak yang lebih
menyukai hal-hal yang indah dan menarik terutama hiasan yang mencolok mata. Hal ini dapat kita terapkan juga dalam busana anak dengan menambahkan hiasan-
hiasan sehingga busana akan terlihat lebih menarik. Hiasan untuk busana anak dapat berupa lace, aplikasi, korsase dan lain sebagainya.
Teknik menjahit dalam pembuatan busana anak tidak lupa dari penerapan teknik menjahit yang digunakan, teknik menjahit yang digunakan tidak jauh
berbeda dari busana orang dewasa. Jahitan untuk busana anak harus dibuat kuat dan rapi karena kepribadian anak yang begitu atraktif. Teknik penyelesaian pada busana
anak sebaiknya menggunakan setik mesin dan dapat juga dengan kampuh balik Hasanah, 2011: 35.
Berikut adalah contoh teknik menjahit garis hias yang baik digunakan untuk busana anak antara lain;
a Garis hias princess: garis hias yang memotong busana dari bagian bahu dan kerung lengan sampai bawah busana garis vertikal Hasanah, 2011: 39.
b Garis hias empire: garis hias yang memotong busana secara horizontal dari sisi kanan dan berada dibawah dada Hasanah, 2011: 41.
c Garis hias pas bahu: garis hias yang berada pada bagian bahu kiri dan kanan Hasanah, 2011: 42.
d Garis hias pas dada: garis hias horisontal yang ditempatkan pada dada diatas garis dada dimulai dari kerung lengan kiri sampai kerung lengan kanan
Hasanah, 2011: 43. e Garis hias basque: garis hias busana yang memotong pada bagian pinggang
Hasanah, 2011: 44. f Garis hias pas panggul: garis hias yang memotong secara horisontal bagian
panggul pada busana anak Hasanah, 2011: 45.
Garis hias pada busana anak
a b
c d
e
Gambar 2.9 Garis hias busana anak Hasanah, 2011: 32.
2.6.2 Pembuatan Pola Dasar Busana Anak
Pola merupakan suatu bentuk yang dibuat berdasarkan ukuran badan si pemakai dan digambar dengan perhitungan secara matematika sesuai dengan sistem
pola konstruksi masing-masing Ernawati 2008: 245. Tahapan dalam pembuatan pola busana anak diantaranya; membuat desain busana anak, mengambil ukuran,
membuat pola dasar badan anak, membuat pecah pola anak sesuai desain. Pengambilan ukuran merupakan tahap awal pembuatan pola busana anak.
Pengambilan ukuran perlu disiapkan beberapa alat diantaranya: Pita ukur dan alat tulis. Macam-macam ukuran yang diperlukan dalam pembuatan pola busana anak
adalah: lingkar badan, lingkar pinggang, lingkar panggul, lebar punggung, panjang punggung, panjang rok, panjang bebe, lingkar pergelangan tangan dan panjang
lengan Hasanah, 2011: 56. Tabel 2.2 Cara Mengambil Ukuran Busana Anak
Jenis ukuran Cara Mengambil Ukuran
a. Lingkar badan
chestbust b. Lingkar pinggang
c. Lingkar panggul d. Lebar punggung
e. Panjang punggung f. Panjang rok
g. Panjang bebe h. Lingkar pergelang-
an tangan i. Panjang lengan
- Diukur sekeliling badan atas anak yang melingkar pada melalui ketiak dan punggung.
- Diukur sekeliling pinggang anak. - Diukur sekeliling panggul terbesar.
- Diukur dari batas lingkar lengan kiri sampai lingkar lengan kanan dan berada 7cm dari tulang leher
belakang. - Diukur dari batas tulang leher belakang sampai batas
pinggang. - Diukur dari batas pinggang sampai batas panjang
rok yang diinginkan. - Diukur dari batas lingkar pinggang sampai batas
panjang pakaian yang diinginkan. - Diukur lingkar sekliling pergelangan tangan.
- Diukur dari batas pangkal lengan tertinggi sampai batas panjang lengan yang diinginkan
Hasanah, 2011: 55-58.
Cara Mengambil Ukuran Badan Anak
Gambar 2.10 Cara mengambil ukuran badan anak Hasanah, 2011: 55-58.
a d
f g
i h
b c
e
Setelah ukuran badan diambil, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan pola dasar badan anak. Pola konstruksi untuk badan anak dapat dibuat dengan
berbagai sistem pembuatan pola yang dikembangkan oleh pembuatnya. Ada berbagai macam panduan dalam pembuatan pola busana anak antara lain; sistem
Meyneke, sistem Chatarina, sistem Soekarno dan lain-lain.
2.6.3 Pola Dasar Badan dan Lengan Anak Sistem Meyneke Skala 1:6
Hal yang perlu dipersiapkan dalam membuat pola dasar anak adalah ukuran, antara lain disuguhkan pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.3 Ukuran badan anak
Jenis Ukuran Besarnya cm
a. Lingkar Badan b. Panjang Punggung
c. Lebar Punggung d. Lebar Bahu
e. Panjang Rok f. Lingkar kerung lengan
g. Panjang lengan h. Tinggi puncak
i. Besar lengan 60
23 24
8,5 30
29 10
8 20
Hasanah, 2011: 62
Gambar Pola Dasar Badan dan Lengan Busana Anak Skala 1:6
Gambar 2.11. Pola dasar busana anak Hasanah, 2011: 62 Keterangan pola dasar busana anak adalah sebagai berikut:
1. A – B = C – D = ½ Lingkar Badan
2. A – C = B – D = Panjang Punggung
3. A – E = B – F = ½ P. Punggung
4. A – G = B– I = 18 X ½L. Badan +½ cm
5. A – H = 18 X ½ L. Badan +1½ cm
6. B = Turun 1 cm Buat kerung leher muka dan belakang 7. A
– J = C – J‟ = ½ x A – B 8. J
– K = 110 X 12 L. Badan 9. E
– L = F – M = ½ Lebar Punggung 10. G
– N = I – O = P. Bahu Buat garis bahu dan kerung lengan 11. Dari titik C turun 2 cm, masuk 5 cm dan buat kup 2 cm Hasanah, 2011:
62. Keterangan pola dasar lengan anak adalah sebagai berikut;
1. a – b = ¼ lingkar lubang lengan - 4 cm
2. a – c = ½ a – b
3. c – d = tinggi puncak ¼ dari lubang lengan + 1- 2 cm
4. d – e = panjang lengan
5. e kekiri dan kekanan ½ lingkar lengan. 6. Buat garis kerung lengan muka d-b dan buat garis kerung lengan
belakang a-d 7. Beri warna sesuai pola beserta arah serat Hasanah, 2011: 62.
2.6.4 Pecah Pola Busana Anak Skala 1:6
Langkah untuk mengubah pola dasar anak adalah menyiapkan desain yang akan dibuat pecah pola serta pola dasar badan anak muka dan belakang serta pola
dasar lengan.
2.6.4.1 Desain Busana Anak
Gambar busana anak dibawah ini memiliki ciri- ciri lengan gelembung, rok kerut bertingkat, kerah volant, dan terdapat garis hias pas pinggang.
Gambar 2.12 Desain Busana Anak Hasanah, 2011: 65. Lengan Poof
Garis hias pas pingang
Kerah volant
Rok kerut bertingkat
2.6.4.2 Pecah Pola Bagian Badan Depan skala 1:6
Gambar 2.13. Pecah pola badan bagian depan anak Hasanah, 2011: 66.
Keterangan: • Pola dasar dikurangi 1 cm pada bagian kerung leher, kerung lengan dan
sisi 2cm lihat pada gambar diatas. • Bagian leher
a dan b masing-masing masuk ± 5 cm buat gambar garis leher • Bagian pinggang
Titik c dan d naik keatas masing-masing ± 3 cm buat garis hias pas pinggang
• Bagian rok 1. e
– e‟ = P. Rok – 3cm 2. f
– f‟ = 13 P. Rok 3. g
– g‟ = 13 P. Rok – 3cm 4. h
– h‟ = g – g‟ Hasanah, 2011: 66
2.6.4.3 Pola belakang skala 1:6
Gambar 2.14. Pecah Pola Dasar Badan Belakang Anak Keterangan:
• Pola dasar dikurangi 1 cm pada bagian kerung leher, kerung lengan dan sisi lihat pada gambar diatas.
• Bagian leher a dan b masing-masing masuk ± 5 cm buat grs leher
• Bagian rok 1. e
– e‟ = P. Rok – 3cm 2. f
– f‟ = 13 P. Rok 3. g
– g‟ = 13 P. Rok – 3cm 4. h
– h‟ = g – g‟ 5. Bagian retsleting pada TB ditambah 3cm Hasanah, 2011: 67
2.6.4.4 Pecah Pola Lengan skala 1:6
Gambar 2.15. Pecah Pola Lengan Poof Anak Keterangan:
1. Jiplak pola dasar dan gunting pada pola yg diberi tanda 2. c = Kekanan dan kekiri 3 cm
3. d = Keatas = 3 cm buat garis pola kerung lengan baru 4. e = turun 3 cm
5. Beri warna sesuai gambar, merah untuk pola lengan muka dan biru untuk
pola lengan belakang. 6. Jiplak pola baru beserta arah serat Hasanah, 2011: 67
2.6.4.5 Pola Kerah skala 1:6
Gambar 2.16. Pecah pola kerah anak Keterangan
1. Jiplak pola kerah pada pola badan muka dan belakang. 2. Pada pola dibagi 3 bagian lalu gunting
3. Lebarkan pola ±3cm 4. Beri tanda pola dan jiplak pola kerah baru Hasanah, 2011: 68.
2.7 Kerangka Berfikir
SMK Al- Musyafa‟ Kendal menerapkan kurikulum berbasis kompetensi
yang menuntut siswa memiliki kemampuan dalam membuat pola, pada pokok bahasan membuat pola anak yaitu berisi uraian pengetahuan tentang alat, bahan
untuk membuat pola, pembuatan pola dasar anak dan pembuatan pola dasar sesuai ukuran badan dan desain dengan menggunakan alat gambar sesuai dengan SOP.
Mata pelajaran Membuat Pola Pattern Making pokok bahasan membuat pola anak merupakan mata pelajaran berbentuk teori dan praktik, agar proses belajar
mengajar dapat berjalan lancar maka diperlukan sarana dan prasarana yang mendukung salah satunya adalah dengan menggunakan metode dan media
pembelajaran. Metode ceramah demonstrasi merupakan suatu kombinasi metode
pengajaran yang digunakan dalam menjelaskan materi Mata pelajaran Membuat Pola Pattern Making pokok bahasan membuat pola busana anak dalam bentuk
teori dan praktek, materi teori dijelaskan menggunakan ceramah secara lisan, sedangkan demonstrasi digunakan untuk menjelaskan materi praktek pokok
bahasan membuat pola. Metode ceramah dan MPI merupakan kombinasi metode pengajaran
ceramah dengan multimedia pembelajaran interaktif. Media pada mata pelajaran membuat pola Pattern Making mempunyai peranan yang sangat penting yaitu
sebagai penjelas akan suatu materi juga merupakan acuan bagi siwa. Media yang disajikan secara menarik akan lebih efektif dengan memperhatikan setiap detail
materi yang diajarkan. Berdasarkan kondisi yang telah ada, banyak tenaga pengajar
yang belum menggunakan media pembelajaran yang menarik dan variatif dalam proses belajar.
Perbedaan Metode ceramah dan demostrasi dengan metode ceramah dan MPI Tabel 2.4. Kelebihan metode ceramah dan demostrasi dengan
metode ceramah dan MPI
Metode Ceramah dan Demostrasi Metode Ceramah dan MPI
1. Guru mudah menguasai kelas 2. Mudah mengorganisasikan tempat
dudukkelas 3. Dapat diikuti oleh siswa dalam
jumlah yang besar. 4. Mudah
mempersiapkan dan
melaksanakanya. 5. Guru mudah menerangkan pelajaran
dengan baik.
Ceramah dapat
membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret sehingga
menghindari verbalisme pemahaman secara kata-katakalimat.
6. Siswa lebih mudah mempelajari apa yang yang dipelajari.
7. Proses pengajaran lebih menarik. 8. Siswa
dirangsang untuk
aktif mengamati,
menyesuaikan antara
teori dan praktek, dan mencoba melakukanya sendiri
1. Guru mudah menguasai kelas. 2. Memudahkan guru dalam proses
pembelajaran. 3. Mudah pelaksanaan pembelajaranya
4. Dapat diikuti
siswa perorangan
maupun dalam jumlah yang besar. 5. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran.
6. Efektif dalam penggunaan waktu, karena
guru tidak
perlu mendemonstrasikan di papan tulis,
cukup dengan penjelasan dengan metode ceramah dan materi praktik
sudah tersedia dalam media.
7. Siswa dapat
mengontrol iklim
belajarnya sendiri sesuai kecepatan menerima pelajaran.
8. MPI dapat merekam hasil belajar siswa.
9. MPI dapat memberikan penilaian hasil belajar.
10. MPI dapat memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh
mata seperti kuman, bakteri, elektron dan lain-lain.
11. MPI dapat Memperkecil benda yang sangat besar yang tidak mungkin
dihadirkan kesekolah seperti gajah, rumah, gunung, dan lain-lain.
12. Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit dan berlangsung
cepat atau lambat. 13. Menyajikan benda atau peristiwa yang
jauh, seperti bulan, bintang, salju, dan lain-lain.
14. Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya, seperti letusan gunung
berapi, harimau,
racun, dll.
Meningkatkan daya
tarik dan
perhatian siswa.
Tabel 2.5. Kekurangan metode ceramah dan demostrasi dengan metode ceramah dan MPI
Metode Ceramah dan Demostrasi Metode Ceramah dan MPI
1. Mudah terjadi verbalisme pengertian kata-kata.
2. Pembelajaran dengan metode ceramah indera
pendengaran lebih banyak
digunakan dalam mendengarkan materi yang dijelaskan oleh guru sedangkan
indera yang lain jarang dipergunakan. 3. Bila digunakan terlalu lama, menjadi
membosankan. 4. Menyebabkan siswa menjadi pasif
5. Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya,
ini sukar sekali.
6. Metode demonstrasi
memerlukan keterampilan guru secara khusus,
karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi tidak akan
efektif.
7. Fasilitas seperti; peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu
tersedia dengan baik.
8. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping
memerlukan waktu
yang cukup
panjang, mungkin perlu menggunakan waktu atau jam pelajaran lain
1. Ketersediaan sumber belajar setempat, artinya bila media yang bersangkutan
tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau
dibuat sendiri.
2. Memproduksi media
memerlukan waktu
yang lama,
proses yang
panjang, tenaga dan fasilitas. 3. Efektifitas biayanya dalam jangka
waktu yang panjang. 4. Media MPI hanya bisa di gunakan
menggunakan teknologi komputer.
MPI adalah suatu media yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang
dikehendaki untuk proses selanjutnya. MPI berfungsi sebagai media pembelajaran yang dapat membantu guru dalam mengajar, MPI dalam penggunaan di kelas
menggunakan bantuan fasilitas sekolah berupa hardware LCD dan komputer yang diproyeksikan di papan tulis, besar kecilnya proyeksi disesuaikan dengan kondisi
kelas dan jumlah siswa.
Penggunaan MPI dapat mengkondisikan siswa berinteraksi secara aktif dan mandiri dalam mengikuti pelajaran, karena materi pelajaran terpusat pada media
dan siswa diberi kebebasan untuk dapat mengoperasikan media tersebut, sehingga mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan. MPI berisi
seperangkat pesan-pesan pembelajaran yang terkemas secara harmonis baik text maupun hipertext, animasi terpadu dengan gambar-gambar. Metode ceramah dalam
pembelajaran ini digunakan dalam menjelaskan materi berbentuk teori. Metode ceramah dan demonstrasi dengan metode ceramah dan MPI dapat
diterapkan pada berbagai mata pelajaran produktif Program Keahlian Tata Busana di SMK salah satunya yaitu Mata Pelajaran Membuat Pola Pattern Making pokok
bahasan membuat pola busana anak. Persamaan dari kedua media ini yaitu sama- sama menggunakan metode ceramah namun perbedaanya terletak pada kombinasi
metodenya yaitu menggunakan metode demonstrasi dan MPI. Tujuan penggunaan kedua kombinasi metode pada penelitian ini adalah agar siswa dapat memahami
langkah-langkah dalam pembuatan pola busana anak dari awal sampai akhir agar siswa dapat menyerap materi yang dberikan dan dapat mempraktekkanya, di duga
ada perbedaan hasil belajar lebih baik dari sebelumnya sehingga berpengaruh pada peningkatan minat dan prestasi belajar pada siswa.
2.8 Hipotesis