Gambar 5.3 Hazard Report
9. Kepatuhan Pelaporan Bahaya pada Pekerja di PT Pelita Air Service
Kepatuhan pelaporan merupakan indikator penting dalam keberhasilan terlaksananya kegiatan pelaporan bahaya yang dapat dilihat
dari pengisian kartu pelaporan bahaya oleh pekerja. Menurut Geller 2001 bahwa pengamatan berbasis keselamatan seperti pelaporan bahaya terdiri
dari proses empat langkah terus-menerus yang biasa disebut dengan DOIT, yaitu D Define: Tentukan perilaku sasaran kritis, O Observe: Amati
perilaku sasaran selama periode awal pra-intervensi untuk mengatur tujuan perubahan perilaku dan memahami faktor yang mempengaruhi perilaku
sasaran, I Intervene: Intervensi untuk mengubah perilaku sasaran dan terakhir T Test: Melihat hasil dari intervensi dengan terus mengamati
dan merekammencatat perilaku sasaran selama program intervensi.
CONFIDENTIAL HAZARD REPORT
Laporan Rahasia Keadaan Bahaya F 403.01.AUG.2000
Rev.: 2
Please SEND or FAX to Q SHES Division
KIRIM atau FAX ke Divisi QSHES
FAX: 021-3522094 E-mail :
qshespelita-air.com LOCATION
Lokasi DATE
Tanggal
SUBMITTED BY Dilaporkan oleh
Optiona
l
Tambahan
PHONE
Telepon
DESCRIPTION OF HAZARD Penjelasan tentang Keadaan Bahaya
SUGGESTED CORRECTIVE ACTION Tindakan Perbaikan Yang Disarankan
INSTRUCTIONS: Use the reverse side for the Description of Hazard if the above column is not sufficient, then send to QSHES Division.
Bila kolom di atas tidak mencukupi, gunakan sisi sebaliknya, kemudian kirimkan ke Divisi QSHES. Thank you for your interest in Aviation Safety Program.
Terima kasih atas perhatian anda untuk Keselamatan Penerbangan.
FOR OFFICIAL USE ONLY Untuk digunakan oleh Petugas
Ref. No. Response by
Action Date
Rev 2, Jan. 2009
Penilaian kepatuhan pelaporan bahaya pekerja di PT Pelita Air Service dilihat dari pengisian form yang dilakukan pekerja. Ketika pekerja
bekerja dan mengetahui ada perilaku kerja yang tidak aman maka pekerjaan tersebut harus segera dihentikan agar tidak terjadi akumulasi
dari perilaku ataupun kondisi tidak aman disekitar pekerja, serta harus segera diperbaiki perilaku atau kondisi tersebut dengan demikian
kecelakaan kerja dapat dicegah pada saat itu. Sehingga ketika pekerja melihat rekan kerja ataupun orang lain berperilaku tidak aman dan adanya
kondisi tidak aman disekitar lingkungan kerja, pekerja harus melakukan pengisian form yang telah disediakan agar dapat mencegah perilaku dan
kondisi tidak aman terulang dengan mengikuti siklus intervensi yang ada. Pengisian kartu pelaporan bahaya pekerja melalui 5 siklus
intervensi agar tujuan dari kegiatan dapat tercapai dengan baik. Berikut adalah siklus intervensi pengisian form yang dilakukan pekerja seperti
pada bagan 5.3:
Bagan 5.3 Siklus Intervensi Kartu
5 1
Melaporkan Melihat
4 2
Berdiskusi Berfikir
3 Bertindak
a. Dimulai ketika pekerja melihat terdapat perilaku tidak aman yang terjadi pada orang lain atau kondisi berbahaya. Kemudian
mengamati lebih dekat orang dan kondisi agar dapat melihat jelas apa yang sedang dilakukan ataupun keadaan yang terjadi,
memperhatikan dengan seksama, sistematis apa perbuatan yang dilakukan yang menunjukkan perilaku atau kondisi tidak aman.
b. Berfikir apakah benar-benar terdapat tindakan atau kondisi yang tidak aman. Pekerja harus memutuskan apakah keadaan yang
diamati merupakan tindakan yang tidak aman atau aman. Jika tidak aman, disarankan untuk bertindak membenarkan situasi dan
pencegahan penanggulangannya. c. Pekerja harus bertindak dengan melakukan intervensi kepada objek
pengamatan ketika perilaku tersebut adalah perilaku tidak aman. Untuk kondisi tidak aman dapat dilakukan intervensi dengan
memperbaiki kondisi tidak aman dengan cara sederhana terlebih dahulu, jika tidak dapat diperbaiki tidak dipaksakan karena tidak
semua kondisi berbahaya dapat diperbaiki langsung terutama yang berhubungan dengan biaya. Untuk perilaku tidak aman dapat
dilakukan dengan menghentikan pekerjaan dan melakukan pembenaran terhadap perilaku tersebut.
d. Untuk perilaku tidak aman, pengamat harus melakukan diskusi dengan pekerja yang melakukan perilaku tidak aman. Saat
berdiskusi mencakup berbicara dengan mendiskusikan masalah tindakan yang dilakukan sampai dia mengerti mengapa tindakan
atau perilaku tersebut berbahaya. Setelah berdiskusi memperbaiki perilaku tidak aman pekerja dengan objek pengamatan pekerja
lain, pekerja mengadakan kesepakatan mengenai tindakan perbaikan guna mencegah terjadinya pengulangan.
e. Tahapan terakhir adalah melaporkan keadaan yang dihadapi pekerja pada form yang tersedia. Untuk pengamatan kondisi tidak
aman dapat menggunakan hazard report dan safety observation form
namun untuk pengamatan perilaku tidak aman hanya dapat menggunakan safety observation form. Tetapi bila memungkinkan
setiap pengisian Hazard Report pada kondisi berbahaya dilengkapi dengan bukti gambar.
B. Gambaran Kepatuhan Pelaporan Bahaya pada Pekerja Teknisi Unit