memberikan petunjuk dan pengarahan dalam pelaksanaan kegiatan pelaporan bahaya, maka hal ini akan dinilai tidak ada respon pihak
pengawas oleh pekerja. Dari pendapat yang menyatakan tidak ada respon oleh pekerja akan menentukan perilaku pengawas yaitu ditunjukan dengan
ketidakdisiplinan dalam kegiatan pelaporan bahaya. Menurut penelitian Halimah 2010 di PT SIM Plant Tambun II
menyatakan bahwa ada hubungan antara peran pengawas dengan perilaku pekerja, termasuk perilaku pelaporan bahaya pada pekerja. Namun
menurut penelitian Marettia 2011 menyatakan tidak ada hubungan antara peran pengawasan terhadap perilaku pekerja dalam pelaksanaan STOP
yang merupakan kartu untuk mencatat perilaku tidak aman di lingkungan kerja di PT X. Sejalan dengan itu, penelitian Anugraheni 2003 di PT
Toyota Astra Motor Jakarta yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengawasan dengan perilaku pekerja dalam pelaksanaan STOP 6
yang berfungsi untuk mencatat perilaku dan kondisi berbahaya. STOP dan STOP 6 merupakan salah satu jenis kartu pelaporan bahaya yang
diterapkan di perusahaan.
j. Sikap Rekan Kerja
Rekan kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku individu lainnya. Persepsi sesama pekerja kesehatan dan keselamatan
mempengaruhi tingkat individu tentang kepatuhan terhadap keselamatan Idirimanna, 2011. Seringkali pekerja tidak berperilaku pelaporan bahaya
dengan baik karena rekannya yang lain juga berperilaku demikian. Geller 2001 juga menyebutkan tekanan rekan kerja semakin meningkat saat
semakin banyak orang terlibat dalam perilaku tertentu dan saat anggota grup yang berperilaku tertentu terlihat relatif kompeten atau
berpengalaman. Penelitian Karyani 2005 pada 113 pekerja di Schlumberger
Indonesia diperoleh bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku aman setelah peran pengawassupervisor adalah peran dari rekan
kerja. Peran rekan kerja yang tinggi menujukkan peluang pekerja untuk berperilaku aman lebih besar dibandingkan pekerja yang mempunyai
peran rekan kerja yang rendah.
k. Sikap Keluarga
Faktor dalam pekerjaan akan mempengaruhi kehidupan keluarga dan sebaliknya faktor dalam keluarga akan mempengaruhi pekerjaan.
Perilaku pelaporan bahaya merupakan salah satu kewajiban yang harus dilakukan pekerja dalam menjalankan pekerjaannya. Beberapa penelitian
meneliti masalah konflik pekerjaan dan keluarga yang terdiri dari dua komponen yaitu pekerjaan berpengaruh negatif maupun pengaruh positif
terhadap keluarga dan sebaliknya. Balmforth dan Gardner 2006 mengatakan nilai positif pekerjaan dan keluarga terjadi ketika peran yang
dilakukan dalam pekerjaan dan peran yang dilakukan dalam keluarga saling memberikan konstribusi positif dan keuntungan. Sebaliknya,
penelitian Susanti 2013 menyatakan tidak ada hubungan antara konflik pekerjaan dan keluarga dengan peran pekerjaan.
l. Penghargaan dan Sanksi
Menurut Geller 2001 hukuman adalah konsekuensi yang diterima individu atau kelompok sebagai bentuk akibat dari perilaku yang tidak
diharapkan. Hukuman dapat menekan atau melemahkan perilaku termasuk pada perilaku pelaporan bahaya. Hukuman tidak hanya berorientasi untuk
menghukum pekerja yang melanggar peraturan, melainkan sebagai kontrol terhadap lingkungan kerja sehingga pekerja terlindung dari insiden.
Sedangkan penghargaan adalah konsekuensi positif yang diberikan kepada individu atau kelompok dengan tujuan mengembangkan, mendukung dan
memelihara perilaku yang diharapkan Geller, 2001. Menurut penelitian Anugraheni 2003 menyatakan bahwa ada
hubungan bermakna antara sanksi dan penghargaan dengan perilaku pekerja dalam melaksanakan STOP 6 yang berfungsi untuk mencatat
kondisi dan perilaku berbahaya. Namun sebaliknya penelitian Marettia 2011 tidak ada hubungan antara rewardpunishment terhadap perilaku
pekerja dalam pelaksanaan STOP yang merupakan kartu untuk mencatat perilaku tidak aman di lingkungan kerja. Selain itu, penelitian penelitian
Asril 2003 mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pekerja dalam mengisi Kartu Pengamatan KKL di PT Apexindo Pratama
Duta tbk menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kebutuhan akan penghargaan dengan perilaku pekerja dalam pelaksanaan
kartu pengamatan KKL yang berfungsi untuk mencatat perilaku dan kondisi tidak aman di PT Apexindo Pratama Duta Tbk. STOP, STOP 6
dan kartu KKL merupakan jenis dari kartu pelaporan bahaya yang diterapkan di perusahaan.
F. Kerangka Teori
Berdasarkan beberapa teori yang telah dipaparkan pada tinjauan pustaka, kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini dimodifikasi
berdasarkan teori Green dan Kreuter 2000 serta Geller 2001. Dedobbeleer dan German 1987 sudah mengaplikasikan teori Green dan
Kreuter kedalam occupational settings yang tercantum dalam buku Green dan Kreuter 2000 yaitu faktor yang mempengaruhi praktik keselamatan
pekerja. Kepatuhan pelaporan bahaya pekerja termasuk bagian dari praktik keselamatan pekerja. Teori yang digunakan dalam penelitian Dedobbeleer
dan German tahun 1987 sudah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan penelitian di PT Pelita Air Service, sedangkan untuk teori Geller 2001
merupakan teori yang dapat mendiagnosis faktor yang berkontribusi dalam insiden atau perilaku berisiko serta adanya aspek internal dan eksternal pada
individu dapat mempengaruhi kesuksesan kegiatan keselamatan kerja Geller, 2001. Modifikasi teori tersebut dapat digambarkan seperti pada
bagan 2.5: