Adanya Rekan Kerja yang Terluka Frekuensi Paparan Pelatihan Keselamatan

f. Riwayat Cidera

Semakin tidak aman perilaku seseorang dalam bekerja maka semakin tinggi tingkat kejadian kecelakaan kerja yang dapat terjadi. Ketika pekerja tidak melakukan kegiatan pelaporan bahaya dengan baik maka secara tidak langsung pekerja telah melalukan tindakan yang tidak aman. Riwayat cidera merupakan kejadian kecelakaan akibat kerja yang pernah dialami oleh pekerja. Adanya riwayat cidera dapat memberikan kewaspadaan lebih untuk patuh untuk melakukan pelaporan bahaya pada diri pekerja. Kepatuhan pekerja dalam bekerja dapat menciptakan munculnya risiko yang berkaitan dengan keselamatan kerja. Munculnya perilaku yang berisiko atau tidak patuh menjadi manifestasi sehingga individu merasa kesulitan beradaptasi dengan lingkungan kerja dan performance kerja yang dimunculkan tidak lagi sesuai dengan kemampuan sebenarnya dan berdampak menimbulkan kecelakaan kerja Wibisono, 2013. Penelitian Al Faris 2014 menunjukkan bahwa perilaku tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kecelakaan yang terjadi dengan. Sebaliknya, penelitian Utami 2014 menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara cidera atau sakit dengan perilaku K3 pada pekerja Departemen Operasi II PT Pusri Palembang.

2. Faktor Eksternal

a. Adanya Rekan Kerja yang Terluka

Attwood 2006 menunjukkan bahwa kecelakaan kerja dipengaruhi oleh iklim keselamatan, respon supervisor dan respon rekan kerja. Dengan memiliki rekan kerja yang baik, para pekerja akan saling membantu dan memiliki rekan bicara dalam pekerjaan. Seringkali pekerja berperilaku tidak melakukan pelaporan bahaya karena rekannya yang lain juga berperilaku demikian. Geller 2001 juga menyebutkan tekanan rekan kerja semakin meningkat saat semakin banyak orang terlibat dalam perilaku tertentu dan saat anggota grup yang berperilaku tertentu terlihat relatif kompeten atau berpengalaman. Sejalan dengan itu Jayatri 2014 yang berjudul faktor individu dan faktor pembentuk budaya keselamatan dan kesehatan kerja K3 dengan perilaku k3 menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara peran rekan kerja dengan perilaku aman. Perilaku pelaporan bahaya merupakan bagian dari perilaku aman pada pekerja.

b. Frekuensi Paparan Pelatihan Keselamatan

Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 adalah pelatihan yang disusun untuk memberi bekal kepada personil yang ditunjuk perusahaan untuk dapat menerapkan K3 di tempat kerja Kusuma, 2011. Pelatihan K3 bertujuan agar pekerja dapat memahami dan berperilaku pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, mengidentifkasi potensi bahaya di tempat kerja, melakukan pencegahan kecelakaan kerja, menggunakan alat pelindung diri, melakukan pencegahan dan pemadaman kebakaran serta menyusun program pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan salah satunya kegiatan pelaporan bahaya Hargiyarto, 2008. Menurut penelitian Marettia 2011 di PT SIM Plant Tambun II menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara pelatihan dengan perilaku pekerja dalam pelaksanaan STOP yang merupakan kartu untuk mencatat perilaku tidak aman di lingkungan kerja. Semakin baik pelatihan yang diberikan pada pekerja dapat meningkatkan perilaku aman dalam pelaksanaan STOP. Penelitian Asril 2003 mengenai faktor- faktor yang berhubungan dengan perilaku pekerja dalam mengisi Kartu Pengamatan KKL di PT Apexindo Pratama Duta Tbk juga menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pelatihan dengan perilaku pekerja dalam mengisi kartu pengamatan KKL yang berfungsi untuk mencatat perilaku dan kondisi tidak aman di PT Apexindo Pratama Duta Tbk. Sebaliknya, penelitian Anugraheni 2003 menghasilkan yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pelatihan dengan perilaku pekerja dalam pelaksanaan STOP 6 yang berfungsi untuk mencatat perilaku dan kondisi berbahaya. STOP, STOP 6, dan kartu KKL merupakan salah satu jenis kegiatan pelaporan bahaya yang diterapkan di perusahaan.

c. Instruksi pada Awal Pekerjaan