Keterbatasan Penelitian Gambaran Kepatuhan Pelaporan Bahaya pada Pekerja Teknisi Unit

91

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yang merupakan keterbatasan dalam penelitian dan dapat mempengaruhi hasil penelitian. Adapun keterbatasan penelitian yaitu: 1. Variabel pengawasan yang diteliti pada penelitian ini hanya mencakup pada respon atau umpan balik yang dilakukan pihak pengawas terhadap pekerja terkait kegiatan pelaporan bahaya. Sehingga varibel yang diteliti bukan murni pengawasan secara keseluruhan, pengawasan seharusnya melihat bagaimana peran pengawas dalam menjamin kegiatan pelaporan bahaya berjalan sesuai prosedurmeliputi kelengkapan fasilitas pendukung seperti ketersediaan dan kecocokan kartu, memastikan bahwa semua pekerja melakukan pelaporan bahaya, serta umpan balik terhadap hasil pelaporan yang diberikan pengawas kepada pekerja. 2. Variabel frekuensi paparan pelatihan pada pekerja dalam penelitian ini hanya berfokus pada frekuensi paparan pelatihannya saja tidak sampai mendalam kepada informasi yang diterima pekerja dan frekuensi paparan pelatihan keselamatan pada penelitian ini hanya berfokus pada pelatihan terkait kegiatan pelaporan bahaya. Seharusnya variabel dapat meneliti secara keseluruhan pelatihan-pelatihan dasar lainnya. 3. Keterbatasan jumlah pertanyaan pada kuesioner terkait variabel respon pihak perusahaan dan frekuensi paparan pelatihan keselamatan. 4. Kuesioner yang digunakan menggunakan tipe self-report sehingga memungkinkan pekerja untuk mengisi tidak sesuai dengan kondisi aktual sehingga kualitas data yang diperoleh tergantung dari motivasi pekerja pada saat pengisian kuesioner dilakukan.

B. Gambaran Kepatuhan Pelaporan Bahaya pada Pekerja Teknisi Unit

Maintenance di PT Pelita Air Service Area Kerja Pondok Cabe Tahun 2015 Pelaporan bahaya adalah cara yang efektif untuk mencegah kecelakaan di tempat kerja. Pelaporan bahaya mencakup pelaporan kondisi tidak aman dan perilaku tidak aman WSH Council, 2014. Kepatuhan pelaporan bahaya merupakan indikator penting dalam keberhasilan terlaksananya kegiatan pelaporan bahaya yang dilakukan oleh pekerja. Menurut Geller 2001, pengamatan berbasis keselamatan seperti pelaporan bahaya terdiri dari empat langkah yang disebut dengan DOIT, yaitu D Define: Menentukan perilaku sasaran kritis, O Observe: Amati perilaku selama periode awal pra-intervensi untuk mengatur tujuan perubahan perilaku dan memahami faktor yang mempengaruhi perilaku, I Intervene: Intervensi untuk mengubah perilaku sasaran dan terakhir T Test: Melihat hasil dari intervensi dengan terus mengamati dan mencatat perilaku sasaran selama program intervensi. Dalam penelitian di PT Pelita Air Service yang dimaksud dengan kepatuhan pelaporan bahaya adalah tindakan pekerja dalam melakukan pengisian safety observation form atau hazard report selama satu tahun terakhir. Hasil penelitian yang dilakukan di PT Pelita Air Service area kerja Pondok Cabe Tahun 2015 menyatakan bahwa pekerja yang tidak patuh dalam melakukan pelaporan bahaya, berjumlah lebih banyak yaitu sebesar 78,7. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Asril 2003 mengenai faktor- faktor yang berhubungan dengan perilaku pekerja dalam mengisi Kartu Pengamatan KKL di PT Apexindo Pratama Duta Tbk juga menyatakan bahwa jumlah pekerja yang tidak mengisi kartu pengamatan Keselamatan Kesehatan Lingkungan KKL adalah sebesar 78. Selain itu, Marettia 2011 di PT X Indonesia yang menunjukkan bahwa jumlah pekerja yang memiliki perilaku buruk dalam pelaksanaan program STOP yang merupakan salah satu jenis kartu pelaporan bahaya yaitu sebesar 66. Hasil serupa dengan penelitian Marettia 2011 juga ditemukan pada penelitian Anugraheni 2003 di PT Toyota Astra Motor Jakarta yang menyatakan dari 85 sampel dalam penelitiannya, 57 67,1 diantaranya memiliki perilaku kurang dalam melaksanakan program Safety Toyota ―0‖ Accident Project STOP 6. Penelitian Zubaedah 2009 di PT Trakindo Utama PTTU Cabang Jakarta menyatakan hasil yang berbeda dengan penelitian ini, dimana jumlah pekerja yang memiliki perilaku kurang baik dalam program observasi keselamatan lebih sedikit yaitu sebesar 31,1. Begitu juga dengan hasil penelitian yang dilakukan Ragain, dkk 2011 pada 2600 pekerja di 14 negara bagian Amerika Serikat hanya 2 dari 7 pekerja 39 yang mengobservasi perilaku tidak aman dan kondisi tidak aman di tempat kerja. Adanya perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian lain menurut peneliti dimungkinkan terjadi karena adanya keberagaman karakteristik setiap individu maupun lingkungan tempat pekerja bekerja termasuk karakteristik pekerjaan yang dilakukan. Notoatmodjo 2012 mengungkapkan bahwa perilaku atau kepatuhan seseorang selaras dengan lingkungan dan individu yang bersangkutan. Keterpaduan antara faktor internal dan eksternal dapat mempengaruhi perilaku individu sehingga respon dan kesadaran pekerja terhadap program keselamatan kerja akan terlihat pada kepatuhannya di tempat kerja yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan serta rekan kerja. Faktor internal dan faktor eksternal pada individu tersebut yang dapat mempengaruhi kesuksesan program keselamatan kerja Geller, 2001. Meskipun kepatuhan pelaporan bahaya para responden cenderung lebih banyak pada pekerja yang tidak patuh dalam melakukan pelaporan bahaya tetapi faktor-faktor yang melatarbelakangi kepatuhan pekerja tersebut secara statistik terbukti berhubungan signifikan dengan beberapa faktor internal dan faktor eksternal. Dari hasil analisis yang telah dilakukan, terdapat tiga variabel yang diketahui, yaitu persepsi terhadap bahaya, sikap rekan kerja, dan penggaruh penghargaan. Hal ini membuktikan bahwa pihak manajemen sebaiknya melakukan langkah pencegahan dan pengendalian untuk dapat mengurangi ketidakpatuhan dalam melakukan pelaporan bahaya. Dampak yang timbul jika pelaporan bahaya tidak terlaksana dengan baik adalah tidak akan teridentifikasi kondisi-kondisi tidak aman maupun perilaku tidak aman di lingkungan kerja yang berpotensi menimbulkan kecelakaan ataupun kejadian yang lebih besar. Kecelakaan kerja walaupun kecil akan tetap mengganggu proses dan menimbulkan kerugian dari cidera, kematian, rusaknya sarana, penurunan produktivitas dan citra perusahaan Marettia, 2011. PT Pelita Air Service memiliki safety instruction sebagai media yang digunakan untuk mensosialisasikan kebijakan melalui penyebaran informasi pada suatu lembaran yang wajib disebarkan dan dibaca oleh seluruh pekerja. Namun faktanya, target minimal pelaporan bahaya tahun 2015 yaitu 1 pekerja1 kartu pelaporan 1 tahun belum dikomunikasikan dan disosialisasikan menyeluruh kepada pekerja secara tertulis dalam kebijakan atau safety instruction mengenai adanya standar minimal pengumpulan kartu pelaporan bahaya masing-masing pekerja. Sehingga pekerja belum mengetahui mengenai adanya kewajiban pengisian kartu pelaporan bahaya. Dorongan yang ada dalam diri pekerja untuk melakukan pengisian pelaporan bahaya juga harusnya didukung perusahaan dengan penciptaan lingkungan yang memfasilitasi terjadinya kepatuhan pelaporan bahaya di tempat kerja. Sehingga sebaiknya dilakukan pembuatan safety instruction baru sehingga dapat dikomunikasikan dan disosialisasikan segera kepada pekerja mengenai target pelaporan bahaya tahun 2015 bahwa setiap orang wajib mengisi minimal 1 kartutahun. Menurut Prasetyoningtyas 2010 mengungkapkan bahwa perusahaan hendaknya mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang dikeluarkan pemerintah secara taat, dan penting untuk membuat prosedur dan manual tentang bagaimana mengatasi keselamatan kerja di lingkungan kerja mereka. Diperkuat oleh PP No.50 Tahun 2012 tentang penerapan SMK3, pasal 13 bahwa pengusaha harus menyebarluaskan dan mengkomunikasikan setiap kebijakan yang ditetapkan kepada seluruh pekerjaburuh yang berada di perusahaan dan pihak lain yang terkait. Selain itu, hasil studi dokumen masih ditemukan ada pekerja yang tertukar dalam pengisian kartu pelaporan bahaya, pekerja masih bingung yang mana yang harus diisi dengan Safety Observation Form, mana yang diisi dengan Hazard Report walaupun sebenarnya pekerja sudah diberikan pelatihan keselamatan berkala. Diketahui juga bahwa terdapat jenis kartu pelaporan bahaya yang belum diperbaharui masih digunakan pekerja di area kerja Pondok Cabe yaitu Safety Suggestion Form Formulir Saran Keselamatan. Safety Suggestion Form yang merupakan kartu pelaporan bahaya untuk kondisi dan praktek kerja tidak aman yang sudah mengalami perubahan semenjak tahun 2012 menjadi Safety Observation Form SOF. Ada baiknya segera dilakukan penggantian isi kartu secara keseluruhan agar dapat mendukung kesesuaian program yang dijalankan oleh PT Pelita Air Service. Hal ini diperkuat dengan teori Green 1980 dalam Notoatmodjo 2003 bahwa perilaku dapat dibentuk oleh 3 faktor, salah satunya adalah faktor pemungkin enabling yaitu ketersediaan fasilitas dan sarana. Ketersediaan sarana seperti form merupakan salah satu bentuk dari faktor pendukung perilaku, jika terdapat fasilitas yang kurang mendukung maka akan berpengaruh terhadap perilaku dan kepatuhan pekerja. Selain itu, penemuan berbagai kondisi tidak aman atau perilaku tidak aman pada pekerja terkadang juga ditemukan secara tidak sengaja oleh pekerja sehingga ada kecederungan pekerja lupa untuk menuliskan pada kartu, untuk mengatasi hal itu, sebaiknya pekerja menuliskan terlebih dahulu hasil observasi pada sebuah kertas atau gadget, selanjutnya baru menuliskannya pada kartu pelaporan bahaya. Hasil observasi peneliti juga diketahui bahwa safety drop box beserta form sulit untuk ditemukan, dari seluruh area kerja Pondok Cabe yang diobservasi hanya dua area yang menyediakan safety drop box yaitu di hangar II dan hangar III. Namun kartu yang tersedia pun diletakan di dalam kantor yang tidak selalu dilihat para pekerja teknisi. Oleh sebab itu, ada baiknya peletakan box kartu pelaporan bahaya menyebar dengan penambahan jumlah box kartu pelaporan bahaya pada tiap hangar dan tempat istirahat sehingga pekerja mudah menjangkau kartu pelaporan bahaya. Menurut Rofik 2012 dalam prinsip tata ruang kantor diketahui bahwa perlengkapan kantor sebaiknya diletakkan dekat pekerja yang menggunakannya.

C. Hubungan Faktor Internal Usia, Masa Kerja, Sikap dan Persepsi