Kerangka Konsep KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

42

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dibentuk suatu kerangka konsep untuk dapat mendeskripsikan variabel- variabel yang akan diteliti dengan variabel dependen yaitu kepatuhan pelaporan bahaya pada pekerja teknisi unit maintenance di PT Pelita Air Service seperti pada bagan 3.1: Bagan 3.1 Kerangka Konsep Kepatuhan Pelaporan Bahaya Faktor Internal 1. Usia 2. Masa Kerja 3. Sikap 4. Persepsi terhadap Bahaya Faktor Eksternal

1. Frekuensi Paparan Pelatihan Keselamatan

2. Respon Pihak Pengawas 3. Sikap Rekan Kerja

4. Pengaruh Penghargaan

Berdasarkan bagan 3.1, dijelaskan bahwa variabel-variabel yang akan diteliti adalah usia, masa kerja, sikap, persepsi terhadap bahaya, frekuensi paparan pelatihan keselamatan, respon pihak pengawas, sikap rekan kerja dan pengaruh penghargaan.Variabel pengendalian keselamatan atas pekerjaan sendiri, pengetahuan, adanya rekan kerja yang terluka di tempat kerja, riwayat cidera, instruksi pada awal pekerjaan, ketersediaan peralatan yang sesuai dan aman, paparan rapat keselamatan, work pace, sikap manajemen puncak, peraturan manajemen puncak, sikap keluarga tidak diteliti dalam penelitian ini. Peneliti tidak meneliti variabel sanksi karena PT Pelita Air Service tidak menerapkan sistem sanksi punishment pada kegiatan pelaporan bahaya. Variabel pengendalian keselamatan atas pekerjaan sendiri tidak diteliti karena kepatuhan pelaporan bahaya dilakukan dengan fokus memperhatikan keselamatan rekan kerja atau orang lain di sekitar pekerja bukan diri sendiri. Walaupun pekerja juga memperhatikan kondisi tidak aman untuk keselamatan diri pekerja sendiri. Variabel adanya rekan kerja yang terluka di tempat kerja tidak diteliti dikarenakan untuk pertanyaan ini pekerja dituntut untuk mengingat apa yang terjadi pada rekan kerja bukan dirinya sendiri sehingga dapat menimbulkan bias informasi yang cukup besar dan variabel riwayat cidera tidak diteliti dikarenakan sulit untuk memastikan bahwa yang dipersepsikan pekerja sebagai cidera, benar-benar cidera atau bukan. Selain itu untuk variabel adanya rekan kerja yang terluka dan riwayat cidera tidak dimungkinkan untuk dilakukan studi dokumen karena dokumen pelaporan kecelakaan kerja di PT Pelita Air Service hanya mencatat cidera yang masuk dalam klasifikasi cukup parah sedangkan cidera ringan tidak termasuk, padahal variabel yang diteliti mencakup cidera parah maupun cidera ringan. Instruksi pada awal pekerjaan tidak diteliti dalam penelitian ini dikarenakan variabel ini dianggap akan homogen karena instruksi selalu dilakukan diawal pekerjaan secara bersamaan untuk seluruh pekerja teknisi yang bertugas. Sejalan dengan itu, variabel paparan rapat keselamatan juga tidak diteliti karena rapat keselamatan juga diadakan setiap minggu dan diwakilkan oleh setiap pekerja teknisi yang akan dilakukan bergantian. Variabel work pace kecepatan kerja juga tidak diteliti, walaupun terdapat 5 tingkatan jabatan di divisi maintenance yaitu direksi, vice president VP, manajer, supervisor dan pekerja. Untuk populasi penelitian ini, jabatan direksi, VP dan manajer tidak masuk dalam populasi penelitian dan beban kerja tingkatan yang lain dirasa tidak jauh berbeda sehingga sampel dianggap akan homogen karena supervisor dan pekerja teknisi memiliki tugas yang hampir sama pada saat pre-flight dan post-flight pesawat serta pengaturan shift kerja yang sudah diatur agar setiap pekerja mendapatkan beban kerja yang sama walaupun tanggung jawabnya dimungkinkan berbeda. Variabel ketersediaan peralatan yang sesuai dan aman tidak diteliti dikarenakan variabel ini juga dianggap akan homogen, ketersediaan APD selalu dipantau setiap bulan oleh safety officer serta pergantian APD oleh manajemen dilakukan setiap setahun sekali. Variabel pengetahuan tidak diteliti dikarenakan diduga homogen pada populasi pekerja teknisi karena setelah dilakukan observasi diketahui bahwa pekerja sudah mengetahui mengenai adanya kegiatan pengisian kartu pelaporan bahaya. Sikap manajemen puncak dan peraturan manajemen puncak tidak diteliti karena variabel ini sudah dapat terlihat dengan adanya kegiatan pelaporan bahaya. Kegiatan pelaporan bahaya menunjukkan adanya komitmen dan langkah penegakan untuk praktik kerja aman melalui kegiatan pencegahan kecelakaan dan cidera. Sikap keluarga tidak diteliti, menurut peneliti tidak signifikan mempengaruhi perilaku pelaporan bahaya, keluarga tidak selalu berinteraksi disaat pekerja bekerja. Untuk dukungan bagi para pekerja sudah terdapat pada variabel sikap rekan kerja dan persepsi kegiatan pengawasan. 46

B. Definisi Operasional