18
2.1.5 Kapal penangkap ikan
Kapal penangkap ikan di Provinsi Aceh pada tahun 2009 berjumlah 16.520 buah, terdiri dari PTM sebanyak 2.482 buah 15,02, MT sebanyak
4.763 buah 28,83 dan KM sebanyak 9.275 buah 56,14. Sebagian besar kapal penangkap ikan di Provinsi Aceh masih didominasi kapal penangkap ikan
skala kecil dan sedang ≤ 30 GT yaitu berjumlah 16.338 buah atau 98,9 persen dari seluruh kapal penangkap ikan yang ada. Tabel 3 berisikan tentang jumlah
kapal penangkap ikan di Provinsi Aceh pada Tahun 2009. Tabel 3
Jumlah kapal penangkap ikan di Provinsi Aceh, tahun 2009.
Jenis Kapal Jumlah unit
Persentase
1. Perahu Tanpa Motor PTM 2 482
15,02 2. Motor Tempel MT
4 763 28,83
3. Kapal Motor KM : 9 275
56,14 - KM 5 GT
7 135 43,19
- KM 5-10 GT 1 171
7,09 - KM 10-20 GT
397 2,40
- KM 20-30 GT 390
2,36 - KM 30-50 GT
172 1,04
- KM 50-100 GT 10
0,06 - KM 100 GT
- 0,00
4. Kapal penangkap ikan ≤ 30 GT 16 338
98,90
Total Jumlah Kapal Penangkap Ikan 16 520
Ket : Terdiri dari PTM, MT dan KM ≤ 30 GT
Khusus kapal motor, sebagian besar masih didominasi kapal motor ≤ 30 GT yang berjumlah 9.093 buah atau sekitar 55 , sedangkan kapal motor 30
GT hanya berjumlah 182 buah atau hanya 1 . Secara keseluruhan, dilihat dari ukuran kapal penangkap ikan yang ada di Provinsi Aceh pada tahun 2009 yang
paling banyak adalah kapal motor 5 GT yang berjumlah 7.135 buah atau 43,19 . Perbandingan persentanse jumlah kapal di Provinsi Aceh tahun 2009
berdasarkan tipe kapal dapat dilihat pada Gambar 2.
19
2 482 15
4 763 29
9 093 55
182 1
Perahu tanpa motor Motor tempel
Kapal motor ≤ 30 GT Kapal motor 30 GT
Gambar 2 Komposisi jumlah kapal ikan di Provinsi Aceh tahun 2009
berdasarkan tipe kapal
2.1.6 Alat tangkap ikan
Jenis alat penangkapan ikan yang ada di Provinsi Aceh menurut Statistik Perikanan Tangkap pada tahun 2009 sebanyak 19 jenis alat penangkapan ikan.
Alat penangkapan ikan yang paling banyak digunakan nelayan adalah jaring insang hanyut sebanyak 3.006 unit, disusul berikutnya pancing tonda sebanyak
2.650 unit, pukat cincin sebanyak 1.606 unit, jaring insang tetap sebanyak 1.272 unit dan jaring insang lingkar sebanyak 847 unit. Data lebih jelas tersaji pada
Tabel 4.
20
Tabel 4 Jenis alat penangkap ikan yang ada di Provinsi Aceh, Tahun 2009
Jenis Alat Penangkapan Ikan Jumlah unit
Rangking Pukat tarik
– Trawl:
Pukat tarik ikan 18
19
Pukat kantong – Seine nets:
Payang termasuk Lampara 472
9 Dogol termasuk Lampara
20 18
Pukat pantai 245
11
Pukat cincin Purse seine:
1,606 4
Jaring insang – Gill nets:
Jaring insang hanyut 3,006
2 Jaring insang lingkar
847 6
Jaring klitik 232
13 Jaring insang tetap
1,272 5
Jaring tiga lapis Trammel nets 468
10
Jaring angkat – Lift nets:
Bagan perahu 241
12
Pancing – Hook and lines:
Rawai tuna 671
8 Rawai hanyut lain selain rawai tuna
719 7
Rawai tetap 171
14 Rawai tetap dasar
49 17
Pancing Tonda 2,650
3 Pancing lainnya
6,697 1
Perangkap:
Jermal 86
15 Bubu
77 16
Sumber : Statistik Perikanan Tangkap, KKP 2010
2.2 Registrasi Kapal Ikan
Di Indonesia pengaturan mengenai registrasi kapal awalnya ada dalam Staatsblad 1933-48 kemudian diganti oleh UU pelayaran Tahun 1992, dan pada
tahun 2008 telah diundangkan dalam UU tentang Pelayaran yang baru menggantikan UU tersebut di atas UU no.172008. Registrasi kapal sangat
penting artinya bagi para pihak pemilik dan pemerintah, karena jika suatu kapal hendak dijadikan objek jaminan hutang maka kapal tersebut harus sudah terdaftar.
21
Jika volume kapal 20 M³, dianggap sebagai benda bergerak sehingga penjaminannya menggunakan lembaga fidusia atau gadai. Secara umum peraturan
mengenai kegiatan kapal yang berlayar di Indonesia dari sisi Kementerian Perhubungan telah di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2008 jo Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, Peraturan Pemerintah PP Nomor 51 Tahun 2002 tentang
Perkapalan dan Peraturan Menteri Perhubungan Permenhub Nomor KM 6 Tahun 2005 tentang Pengukuran Kapal.
Pada aturan tersebut menyebutkan bahwa di Indonesia ada 3 tiga jenis Surat ukur yaitu: Surat Ukur Dalam Negeri, Surat ukur luar negeri dan Surat Ukur
Khusus. Menurut peraturan tersebut selain menerapkan tiga jenis surat ukur tersebut juga menerapkan metoda pengukuran yang berbeda yaitu: Jika Panjang
kapal lebih dari 24 meter maka metode yang digunakan adalah metoda internasional, sedangkan jika panjang kapal kurang dari 24 meter maka
pengukuran menggunakan metoda pengukuran dalam negeri. Sedangkan dari sisi Kementerian Kelautan dan Perikanan diatur melalui
UU No. 31 tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 45 tahun 2009 tentang Perikanan dan pelaksanaannya diatur melalui Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor PER.12MEN2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.05MEN2008 Tentang Usaha
Perikanan Tangkap, telah mengatur kewenangan dan ditambahkan lebih lanjut pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16MEN2010
tentang pemberian kewenangan kepada Gubernur untuk dapat menerbitkan SIUP dan SIKPI untuk kapal di atas 30 GT sampai dengan 60 GT.
2.3 Operasi Kapal Penangkap Ikan
Kegiatan operasi penangkapan ikan secara umum diawali dengan persiapan pelayaran yakni bahan bakar, perbekalan dan perencanaan pelayaran.
Kegiatan selanjutnya meliputi kegiatan bernavigasi keluar pelabuhan menuju daerah penangkapan, pengoperasian alat tangkap ikan, penanganan hasil
tangkapan, berlayar menuju ke daerah penangkapan lain, pengoperasian alat tangkap, berlayar menuju pelabuhan, memasuki pelabuhan dan bongkar hasil
22
tangkapan. Pada setiap kegiatan pelayaran operasi penangkapan ikan, kapal harus sudah dilengkapai dengan dokumen-dokumen yang legal. Dokumen legal
dimaksud adalah selain dokumen-dokumen tentang status kapal, juga perijinan yang mengharuskan kapal tersebut beroperasi pada lokasi-lokasi yang telah
ditetapkan pada surat ijin tersebut.
2.4 Tugas dan Tanggung Jawab Pemerintah dan Pemilik Kapal
2.4.1 Wewenang pengelolaan dan perijinan kapal ikan
Wewenang pengelolaan perikanan adalah seluruh wilayah pengelolaan perikanan di Indonesia sesuai dengan tingkat kewenangan yang dimiliki.
Berdasarkan kewenangan dan peraturan yang ada, wewenang pengelolaan perikanan didasarkan atas 2 dua pendekatan yaitu :
1 Berdasarkan kewenangan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, yang lebih menitik beratkan pada wewenang pengelolaan wilayah perairan laut.
2 Berdasarkan kewenangan UU No. 31 tahun 2004 sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 45 tahun 2009 tentang Perikanan dan Peraturan Pelaksanaannya, yang menitik beratkan pada wewenang pengelolaan dan
pengaturan kapal perikanan. UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memberikan
kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mengelola wilayah perairan laut sebagai berikut :
1 Satu per tiga dari wilayah laut propinsi, kewenangan pengelolaannya berada
pada pemerintah kabupaten dan kota. 2
Sampai dengan 12 mil laut, kewenangan pengelolaannya berada pada pemerintah provinsi.
3 Dan lebih dari 12 mil kewenangan pengelolaannya berada pada pemerintah
pusat. Demikian juga UU No. 31 tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan
UU No. 45 tahun 2009 tentang Perikanan, yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.12MEN2009 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor