Pengelolaan Perikanan Tangkap Rancangan pengelolaan perikanan tangkap berbasis sistem registrasi kapal ikan di Provinsi Aceh

44 penangkapan ikan yang digunakan pada kapal penangkap ikan. Khusus dimensi utama kapal perikanan, harus dilakukan pengukuran langsung di lapangan, Demikian juga dimensi utama alat penangkapan ikan, diperoleh pengukuran langsung di lapangan. 4 Informasi identitas kepemilikan kapal perikanan, yaitu data dan informasi tentang identitas kepemilikan kapal perikanan melalui hasil wawancara terhadap responden. 5 Alat penangkapan ikan, data dan informasi utama yang akan diperoleh melalui sensus adalah jenis alat penangkapan ikan yang digunakan pada kapal penangkap ikan yang disurvey, data lain yang perlu diperoleh adalah ukuran atau dimensi utama alat penangkaan ikan. Jenis alat penangkapan ikan yang disensus berdasarkan Kepmen Kelautan dan Perikanan RI Nomor KEP.06MEN2010 tentang Alat Penangkapan Ikan di WPP-NRI.

3.4 Analisis Data

3.4.1 Kajian registrasi kapal ikan di Provinsi Aceh

Kajian registrasi kapal ikan yang berjalan di Provinsi Aceh didahului dengan mengidentifikasi dan menganalisa kasus-kasus yang terjadi seperti kasus makrdown , kasus IUU Fishing, perjalanan proses registrasi, dan isu biaya tinggi dalam proses registrasi kapal ikan. Registrasi kapal ikan merupakan kegiatan yang melibatkan banyak komponen-komponen pelaku dan mempunyai kompleksitas masalah Eriyatno, 1998, mengacu pada indikator-indikator tersebut, maka registrasi kapal ikan layak disebut sebuah sistem, sehingga untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada digunakan analisis sistem, mulai dari analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, identifikasi sistem, diagram lingkar sebab akibat, dan diagram output-input.

3.4.2 Kajian pengukuran dimensi dan perhitungan volume kapal ikan

Analisis yang digunakan pada kajian ini menggunakan analisis deskriptif komparatif, membandingkan hasil perhitungan menggunakan formula yang digunakan oleh Ditjen Hubla dan formula Nomura Yamazaki. Di samping itu 45 juga dilakukan pembandingan antara hasil ukur dan perhitungan yang tertera pada dokumen dengan hasil ukur dan perhitungan ulang yang menggunakan formula Ditjen Hubla dan dilakukan oleh petugas yang sama.

3.4.3 Rancangan pengelolaan registrasi kapal ikan terpadu

Dalam pelaksanaan registrasi kapal ikan kemungkinan dihadapkan pada berbagai permasalahan dan pemahanan, namun pemerintah daerah dituntut untuk segera mengambil keputusan serta menetapkan kebijakan. Kegiatan registrasi kapal ikan ini ditangani oleh dua instansi, oleh karena itu agar kegiatan ini berjalan dengan baik harus ada keterpaduan di antara keduanya. Untuk membentuk keterpaduan diantara instansi-instansi tersebut diperlukan suatu analisa yang mempertemukan kesamaan tujuan dari tugas pokok dan fungsi dari masing-masing instansi. Dalam mencari persamaaan tujuan tersebut diperlukan analisis kelembagaan, serta untuk penyamaan pemahaman dan tujuan dari registrasi kapal ikan diperlukan langkah-langkah strategis untuk mencapainya.

3.4.4 Sistem informasi registrasi kapal ikan

Pengelolaan registrasi kapal ikan pada akhirnya akan menghasilkan data tentang kapal-kapal, agar ke depan para pemilik kapal saat meregistrasi ulang kapalnya dapat dilakukan dengan lebih cepat dan juga dapat langsung melihat kapalnya sudah terdaftar secara legal. Untuk keperluan percepatan proses registrasi awal maupun registrasi ulang dan juga tampilan kondisi kapal, maka diperlukan sebuah sistem informasi registrasi kapal ikan SIRKI. Sistem informasi dimaksud dibuat dalam program yang sesederhana mungkin agar dapat dioperasikan dan diakses dengan mudah oleh seluruh stakeholder. Pada sistem informasi tentunya diperlukan beberapa tahapan rancangan hingga dapat menampilkan sebuah sistem informasi yang lengkap dan dapat menampung keinginan si pemakai, di antaranya adalah: 1 Mengidentifikasi kebutuhan aplikasi, 2 rancangan struktur data base, 3 rancangan alur informasi, 4 rancangan validasi dan verifikasi data, 5 rancangan tampilan, dan 6 rancangan perawatan data base itu sendiri. 46

3.3.4 Konsep rancangan pengelolaan perikanan tangkap berbasis sistem registrasi kapal ikan

Sistem manajemen perikanan konvensional saat ini masih berpedoman pada: 1 pembatasan volume hasil tangkap; 2 pembatasan alat tangkap ukuran mata jaring, 3 pembatasan effort jumlah alat tertentu. Menurut Fauzi dan Anna 2005 dari hasil analisis ekonomi sumberdaya didapatkan kondisi pesisir yang sangat padat. Hal ini dapat terjadi karena perikanan bersifat quasi open access . Untuk efisiensi pemanfaatan sumberdaya ikan harus melakukan rasionalisasi armada penangkapan dengan membatasi jumlah armada. Pengaturannya yaitu kapasitas 0 – 10 GT ijin operasinya tetap di pesisir hingga 4 mil laut. Untuk kapasitas 20 -30 GT sebaiknya diarahkan beroperasi ke perairan yang berjarak lebih dari 12 mil laut. Dengan asumsi bahwa pemerintah dapat sepenuhnya mengendalikan kondisi over fishing dan jumlah nelayan, menurut Nikijuluw 2002 pemerintah dapat mengambil beberapa bentuk kebijakan dalam rangka pengelolaan sumberdaya ikan. Beberapa tindakan pengelolaan perikanan dalam melakukan pengendalian sumberdaya, diantaranya yaitu pengendalian terhadap masukan input control, pengendalian keluaran output control, tindakan teknik technical measures, pengelolaan berbasis ekologi ecologically based management, dan instrumen ekonomi tidak langsung indirect economic instruments Charles, 2001. Kerangka teoritis sistem registrasi kapal ikan adalah merupakan sebuah langkah awal sebagai pengendali terhadap masukkan input control yang dapat menghimpun unsur-unsur pembatasan kapasitas kapal, pembatasan kapal baru, pembatasan lokasi penangkapan ikan, pembatasan alat tangkap ikan dalam sebuah pengelolaan perikanan tangkap. Analisis isi content analysis adalah sebagai tools yang digunakan untuk menilai konsep ini negacu pada peraturan secara deskripsi , penyebab atau latar belakang, dan pengaruh yang ditimbulkan dari peraturan perundangan yang ada. 47 48 4 KAJIAN REGISTRASI KAPAL IKAN DI PROVINSI ACEH

4.1 Pendahuluan

Penelitian tentang sistem registrasi kapal ikan juga sangat penting dilakukan untuk mengantisipasi isupraktik kapal-kapal mark down menurunkan angka GT, dimana ukuran kondisi fisik sebenarnya tidak sesuai dengan yang tertera pada dokumen. Hal ini telah dibuktikan oleh hasil pemeriksaanaudit yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia BPK-RI pada tahun 2009 dalam Wahyudi et al, 2010 di Belawan dan Sibolga Provinsi Sumatera Utara, Ambon Provinsi Maluku dan Bitung Provinsi Sulawesi Utara, pemeriksa menemukan praktik-praktik mark down. Tentunya hal ini baik disengaja maupun tidak sangat merugikan negara dari sisi Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP dan juga pengusahanya, karena besar kecilnya PNBP sangat tergantung dari besar atau kecilnya nilai GT yang tertera dalam dokumen kapal Surat Ukur. Pelaksanaan registrasi yang ada saat ini terkesan berjalan sendiri-sendiri tidak ada keterpaduan sehingga menyebabkan kerancuan dalam proses, baik pengecekan fisik kapal maupun dalam penyelesaian dokumen kapal. Registrasi kapal ikan penting dilakukan dan perlu untuk diteliti karena selain erat kaitannya dengan penataan ulang data armada penangkapan sekaligus juga untuk mencegah atau memerangi isu-isu penangkapan ikan yang ilegal atau IUU Fishing tidak sah, tidak diatur, dan tidak dilaporkan. IUUF dapat dilakukan bukan saja oleh kapal-kapal asing, namun dapat juga dilakukan oleh kapal-kapal dalam negeri, bila kapal-kapal dalam negeri dalam melakukan operasi penangkapan tanpa disertai dengan surat atau dokumen yang lengkap serta sah dan menangkap di perairan yang bukan semestinya. Suatu kajian diperlukan untuk memahami persoalan dalam registrasi kapal ikan dan untuk mencari faktor-faktor yang terkait dengan kondisi registrasi saat ini. Pengkajian dapat dilakukan dengan survei lapangan atau dapat juga dilakukan dengan studi kasus. Pendapat dari pelaku stakeholder sangat perlu digali lebih dalam, karena merekalah yang terlibat langsung dalam topik permasalahan. Berdasarkan temuan di lapangan baik secara teknis maupun administrasi kita 49 dapat memahami permasalahan, kemudian menganalisis dan menetapkan kebijakan untuk mengatasi permasalahan.

4.2 Tujuan

Mengkaji permasalahan-permasalahan yang terjadi pada registrasi kapal ikan di Provinsi Aceh saat ini, dan selanjutnya dapat diambil kebijakan untuk mewujudkan pengelolaan registrasi kapal ikan agar menjadi lebih efektif dan efisien dengan memperhatikan komponen-komponen terkait dalam bentuk terkomputerisasi

4.3 Manfaat

Sebagai bahan kajian untuk membangun keterpaduan pengelolaan registrasi kapal pada lembaga-lembaga terkait SyahbandarPerhubungan, Dinas Kelautan dan Perikanan dengan mengoptimalkan fungsi pelabuhantempat pendaratan ikan yang strategis berbasis sistem informasi data base.

4.4 Metode

Metode yang digunakan dalam kajian ini baik pengumpulan data maupun analisisnya dapat dilihat seperti pada Gambar 10 berikut ini: Gambar 11 Alur kajian identifikasi registrasi kapal ikan Pada kajian ini terdapat 3 tiga isu besar yang diidentifikasi sebagai langkah awal yaitu : 1 Isu markdown, 2 Isu IUUF, 3 Isu biaya tinggi. 50 Identifikasi terhadap isu markdown melalui pendekatan pengukuran langsung di lapangan menggunakan pengukuran dalam negeri dan perhitungan besaran GT menggunakan formula yang digunakan oleh Ditjen Hubla, kemudian di sandingkan dengan besaran GT yang tertera pada dokumen sebelumnya. Identifikasi terhadap IUU Fishing pendekatannya melalui penelusuran proses penyelesaian dokumen yang selama ini dilakukan, kemudian membandingkan jumlah dokumenkapal yang tercatat di Pusat Ditjen Hubla dengan jumlah dokumenkapal yang tercatat di UPT Syahbandar. Serta penelusuran kasus-kasus pelanggaran yang dilakukan oleh nelayan di wilayah perairan Aceh. Identifikasi terkait biaya tinggi, pengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang pungutan uang perkapalan kemudian dibandingkan dengan hasil wawacara terhadap pemilik kapal yang telah meregistrasikan kapalnya serta biaya yang dikeluarkan untuk keperluan registrasi tersebut. Dalam pelaksanaan registrasi kapal ikan, kemungkinan dihadapkan pada berbagai permasalahan dan dituntut untuk segera mengambil keputusan serta menetapkan kebijakan. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi adalah merupakan permasalahan bersifat kompleks. Untuk memecahkan kompleksitas permasalahan yang dihadapi dapat dilakukan dengan pendekatan sistemanalisis sistem Burch, 1992. Analisis sistem adalah suatu metode yang mencoba untuk melihat hubungan seluruh masalah untuk menyelidiki kesistematisan tujuan dari sistem yang tidak efektif dan evaluasi pilihan dalam bentuk ketidak efektifan dan biaya. Sehingga dalam menerapkan analisis sistem perlu memperhatikan langkah- langkah antara lain: 1 menganalisis kebutuhan; 2 memformulasikan permasalahan; 3 mengindentifikasi sistem, dengan membuat diagram lingkar sebab akibat causal loop serta membuat diagram input-output.