Muncul dan berkembangnya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di berbagai daerah

29 Kerajaan Bali terletak di satu pulau kecil yang tidak jauh dari Jawa Timur. Dalam perkembagan sejarahnya, Bali mempunyai hubungan erat dengan Pulau Jawa karena letak kedua pulau ini berdekatan. Bahkan ketika Kerajaan Majapahit runtuh, banyak rakyat Majapahit yang melarikan diri dan menetap disana. Sampai sekarang ada kepercayaan bahwa sebagain dari masyarakat Bali dianggap pewaris tradisi Majapahit. 2 Kehidupan Politik Mengingat kurangnya sumber-sumber atau bukti dari Kerajaan Bali, maka sistem dan bentuk pemerintahan raja-raja Bali kuno tidak dapat diketahui dengan jelas. Raja-raja Bali kuno yang pernah berkuasa diantaranya:  Raja Sri Kesari Warmadewa Raja Sri Kesari Warmadewa adalah raja pertama dan pendiri Dinasti Warmadewa. Pemerintahan Raja Sri Kesari Warmadewa yang mempunyai istana di Singadwala berhasil diketahui dari Prasasti Sanur 835 C913 M. Dalam prasasti itu disebutkan bahwa Raja Sri Kesari Warmadewa berhasil mengalahkan musuh-musuhnya di daerh pedalaman.  Raja Ugrasena Raja Ugrasena 915-942 M memerintah Kerajaan Bali menggantikan Raja Sri Kesari Warmadewa. Pusat pemerintahannya terletak di Singhadwala. Masa pemerintahan Raja Ugrasena meninggalkan 9 buah prasasti. Prasasti-prasasti itu berisi tentang pembebasan pajak terhadap daerah-daerah tertentu. Disamping itu, juga terdapat prasasti yang memberitakan tentang pembangunan tempat-tempat suci. Sistem dan bentuk pemerintahan pada masa itu sudah teratur, terutama tentang pemberian tugas kepada pejabat-pejabat istana.  Raja Tabanendra Warmadewa Raja Tabanendra menjadi raja Bali menggantikan Raja Ugrasena. Ia memerintah bersama permaisurinya yang bernama Sang Ratu Luhur Subhadrika Dharadewi. Masa pemerintahan dari Raja Tabanendra Warmadewa tidak diketahui, sebab kurangnya berita-berita dari prasasti yang menyangkut pemerintahan dari raja tersebut.  Raja Jayasingha Warmadewa Pengganti Raja Tabanendra Warmadewa adalah Raja Jayasingha Warmadewa. Namun, bagaimana bentuk sistem pemerintahan dan keadaan kerajaan tidak dapat diketaui secara pasti.  Raja Jayasadhu Warmadewa Masa pemerintahan raja inipun tidak berhasil diketahui dengan pasti. 30  Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi Pada tahun 983 M, Kerajaan Bali diperintah oleh seorang raja putri yang bernama Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi. Tetapi asal-usul putri ini tidak pernah diketahui dengan jelas. Namun ada beberapa ahli yang menafsirkan bahwa ia adalah putri Raja Mpu Sendok Dinasti Isyana.  Dharma Udayana Warmadewa Dharma Udayana Warmadewa memerintah Kerajaan Bali pada 989- 1022 M. Pada masa pemerintahannya, hubungan kerajaan Bali dengan kerajaan-kerajaan di Jawa Timur berjalan baik. Pada masa inilah penulisan prasasti-prasasti dengan menggunakan huruf dan Bahasa Jawa kuno dimulai.  Raja Marakata Dengan meninggalnya Raja Udayana, maka Kerajaan Bali diperintah oleh putranya yang kedua, yaitu Raja Marataka. Namun ia memerintah tidak terlalu lama dan tahun 1025 M meninggal dunia.  Raja Anak Wungsu Raja Anak Wungsu memerintah pada 1049-1077 M. Dia adalah Raja Bali yang berhasil mempersatukan seluruh wilayah Bali. Pada masa pemerintahannya, kehidupan rakyat aman dan sejahtera.  Raja Jaya Sakti Pemerintahan Raja Jaya Sakti tidak begitu jelas diketahui, karena kurangnya prasasti-prasasti yang menunjukkan keberadaan sistem pemerintahannya.  Raja Bedahulu Raja Bali kuno yang terakhir memerintah tahun 1343 M adalah Sri Astasura Ratna Bhumi Banten yang lebih dikenal dengan sebutan Raja Bedahulu. Dalam menjalankan pemerintahannya, Raja Bedahulu dibantu oleh dua orang patihnya yang bernama Kebo Iwa dan Pasunggrigis. Ketika dilancarkan ekspedisi Majapahit di bawah pimpinan Gajah Mada ke Bali, Kerajaan Bali tidak dapat bertahan lagi dan akhirnya menjadi bagian kekuasaan Kerajaan Majapahit.

k. Kerajaan Pajajaran

1 Letak Geografis Setelah runtuhnya Kerajaan Tarumanegara, tidak pernah diberitakan tentang berdirinya kerajaan di Jawa Barat. Walaupun di Desa Cangkuang dekat Leles Garut ditemukan satu candi, namun tidak dapat memperjelas keadaan ini. Para