14
Selat Malaka, sangat menguntungkan Kerajaan Sriwijaya. Oleh karena itu, Kerajaan Sriwijaya membangun ibukota baru di Semenanjung Malaka, yaitu di
Ligor yang dibuktikan dengan Prasasti Ligor 755 M. Pendirian ibukota Ligor tersebut bukan berarti meninggalkan ibukota di Sumatra Selatan, melainkan
hanya untuk melakukan pengawasan lebih dekat terhadp aktivitas perdagangan di Selat Malaka atau menghindari penyeberangan yang dilakukan oleh para
pedagang melalui Tanah Genting Kra. Ketika Raja Balaputra Dewa bertahta di Kerajaan Sriwijaya, aktivitas
pelayaran dan perdagangan berkembang sangat ramai di Selat Malaka. Hal ini disebabkan terjalinnya hubungan yang erat antara Kerajaan Benggala dan Chola
dari India dengan Kerajaan Sriwijaya. Hal itu diperkuat dengan tulisan dari Persia dan Arab. Pada tahun 916 M seorang ahli ilmu bumi dari Persia bernama
Abu Zaid Hasan telah berceritera tentang keadaan di Kerajaan Zabaq atau Sribusa Sriwijaya. Abu Zaid Hasan mendapatkan keterangan dri seorang pedagang
Arab yang bernama Sulaiman. Hasil bumi Kerajaan Sriwijaya adalah modal utama bagi masyarakatnya
untuk terjun dalam aktivitas pelayaran dan perdagangan.
e. Kehidupan Budaya
Yupa merupakan salah satu hasil budaya masyarakat Kutai. Yupa merupakan sebuah tugu batu untuk mengikat kurbanyang dipersembahkan. Namun,
sebenarnya tugu batu itu merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia dari zaman Megalithikum, yaitu kebudyaan menhir.
Salah satu Yupa menyebutkan suatu tempat suci dengan kata “Vaprakecwara” diartikan sebagai sebuah lapangan luas tempat pemujaan. Kata
“Vaprakecwara” itu dihubungkan dengan Dewa Siwa. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa
masyarakat Kutai memeluk agama Siwa. Hal ini didukung oleh beberapa factor berikut.
Besarnya pengaruh kerajaan Pallawa yang beragama Siwa menyebabkan
agama Siwa terkenal di Kutai.
Pentingnya peranan para Brahmana di Kutai menunjukkan besarnya pengaruh Brahmana dalam agama Siwa terutama mengenai uapacara
korban.
3. Kerajaan Mataram Kuno
a. Letak Geografis
Letak Kerajaan Mataram terletak di Jawa Tengah dengan daerah pusatnya disebut
Bhumi Mataram.
Daerah tersebut dikelilingi oleh pegunungan dan gunung-gunung, seperti Pegunungan Serayu, Gunung Prau, Gunung Sindoro,
Gunung Sumbing, Gunung Ungaran, Gunung Merbabu, Gunung Merapi,
15
Pegunungan Kendang, Gunung Lawu, Gunung Sewu, dan Gunung Kidul. Daerah itu juga dialiri banyak sungai, diantaranya Sungai Bogowonto, Sungai Progo,
Sungai Elo, dan yang terbesar adalah sungai Bengawan Solo. b.
Kehidupan Politik Kerajaan Mataram diperintah oleh raja-raja keturunan dari Dinasti Sanjaya.
Raja-raja yang pernah berjasa di Kerajaan Mataram diantaranya:
Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
Menurut Prasasti Canggal 732 M, Raja Sanjaya adalah pendiri Kerajaan Mataram dari Dinasti Sanjaya. Raja Sanjaya memerintah
dengan sangat adil dan bijaksana sehingga rakyatnya terjamin aman dan tentram. Raja Sanjaya meninggal kira-kira pertengahan abad ke 8
M. Ia digantikan oleh Rakai Panangkaran. Berturut-turut pengganti Rakai Panangkaran adalah Rakai Warak dan Rakai Garung. Ketiga
raja ini tidak begitu jelas diketahui bentuk-bentuk pemerintahannya, karena kurangnya bukti-bukti yang menginformasikan sepak terjang
mereka.
Sri Maharaja Rakai Pikatan
Setelah Rakai Garung meninggal, Rakai Pikatan naik tahta. Sebagai Raja, ia mempunyai cita-cita untuk menguasai seluruh wilayah Jawa
Tengah.
Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
Dalam menyatukan pemerintahannya, Rakai Kayuwangi dibantu oleh suatu Dewan Penasehat merangkap staf pelaksana yang terdiri atas
lima patih dan diketuai oleh seorang mahapatih. Disamping itu, Rakai Kayuwangi berusaha keras untuk memajukan pertanian, karena
pertanian akan menunjang aktivitas kehidupan perekonomian rakyatnya.
Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
Masa pemerintahan Rakai Watuhumalang tidak dapat diketahui dengan jelas, karena prasasti-prasasti yang besasal dari masa
pemerintahannya tidak ada yang menyebutkan masa pemerintahannya. Prasasti-prasasti tersebut lebih banyak membicarakan masalah-
masalah keagamaan
namun tidak
banyak membicarakan
pemerintahan.
Sri Maharaja Watukura Diah Balitung
Raja Diah Balitung memimpin Mataram sampai taun 910. Beliau adalah seorang raja Mataram yang besar dan cakap. Ia berhasil
mengatasi maslah yang dihadapi oleh Kerajaan Mataram dan