Langkah Umum Dan Indikator Inklusi Sosial

PENDAMPING DESA Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 157 Agenda pemberdayaan Desa bahkan mendorong agar agenda inklusi sosial masuk ke dalam proses perencanaan dan penganggaran. Ketentuan tersebut termaktub di Pasal 127 PP 43 tahun 2014. Di situ diatur bahwa pemberdayaan masyarakat Desa dilakukan dengan “menyusun perencanaan dan penganggaran yang berpihak kepada kepentingan warga miskin, warga disabilitas, perempuan, anak, dan kelompok marginal”. Dengan mengacu pada perintah undang-undang di atas, maka mau tidak mau agenda inklusi sosial harus menjadi perhatian serius baik bagi Pemerintah Desa, Kecamatan, dan khususnya Pendamping Desa sebagai pemberdaya masyarakat Desa. Pada dasarnya, inklusi sosial tertuju bagi penguatan masyarakat Desa. Masyarakat Desa yang hendak dicapai oleh UU Desa merupakan kesatuan utuh dari seluruh individu warga Desa yang memiliki kompetensi, kesadaran utuh sebagai subjek, dan berdiri secara setara. Kemandirian dan kesejahteraan Desa merupakan hasil atau resultante dari kemampuan seluruh individu warga Desa. Di samping itu, inklusi sosial juga memiliki dimensi tujuan yang lebih besar, di antaranya: 1 Pemenuhan Hak Asasi Manusia yang universal 2 Terlayaninya kebutuhan dasar mampu mengakses, terpenuhi layanan dasar minimum 3 Partisipasi sosial penuh melawan pengisolasian 4 Pengakuan identitas dan dihormati dalam suatu kesatuan yang utuh memerangi stigma, kekhasan budaya adalah sah Tujuan di atas jelas bukan agenda sederhana yang dapat dicapai dengan mudah dan cepat. Pemahaman konstitusi dan kesadaran Pendamping Desa sangat menentukan, khususnya dalam peran dan fungsi Pendamping Desa sebagai supervisor bagi Pendamping Lokal Desa.

E. Langkah Umum Dan Indikator Inklusi Sosial

Inklusi sosial harus dipahami sebagai agenda panjang yang membutuhkan perencanaan sistematik, terukur, namun sekaligus harus terbuka bagi perbaikan. Untuk mencapai keberhasilan stakeholder baik di tingkat Pemerintah Desa, Kecamatan, maupun SKPD terkait harus memiliki kesamaan pemahaman terkait inklusi. Selain itu, penggangan jaringan dan dukungan dari kalangan di luar pemerintah juga akan sangat menentukan. INDIKATOR INKLUSI SOSIAL DI DESA  Modal sosial kepercayaan, tingkat penerimaan;  Nilai kolektif yang berlaku di masyarakat;  Indikator penghinaanmempermalukan Reyles 2007; PENDAMPING DESA 158 | Modul Pelatihan Pratugas Pendamping Desa  Indeks keanekaragaman misalnya keterwakilan perempuan, kesetaraan gender, keterwakilan kelompok penyandang disabilitas, dll;  Indeks disparitas;  Indeks isolasi;  Indeks segregasi perbedaan sebagai dari 1 kelompok yang harus bergerak untuk memiliki perwakilan yang sama. Selain itu, masyarakat Desa dan komunikasi dengan individu atau kelompok yang terpinggir merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dengan serius. Masyarakat atau warga Desa secara umum harus mendapatkan informasi serta sosialisasi yang benar mengenai hak-hak dasar setiap warga Desa. Agenda ini tidak melulu harus dilakukan secara formal, karena bagi masyarakat Desa, individu atau kelompok yang terpinggir sesungguhnya adalah tetangga mereka sendiri. Komunikasi dengan interaksi dengan kelompok yang terpinggir juga harus dilakukan dengan serius, hati-hati, dan menjaga agar jangan sampai memunculkan efek psikologis yang negatif. Secara umum, alat analisis dan langkah inklusi dapat digambarkan sebagai berikut. 1 Pemetaan Wilayah dimaksudkan sebagai kegiatan untuk menemukan dan memetakan konsentrasi tempat tinggal Rumah Tangga Miskin, penyandang disabilitas, masyarakat adat, dan kelompok atau individu termarjinalkan lainnya. Tujuannya adalah untuk menampilkan gambaran lengkap mengenai dimana kelompok marjinal tersebut tinggal, jumlahnya, jenis-jenis masalah, dan lain sebagainya. Pemetaan itu dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan masyarakat yang marjinal dan dapat dilakukan beberapa kali sampai informasi PROFIL SOSIAL KOMUNIKASI INTERAKSI MENGGALANG DUKUNGAN KEBIJAKANPERATURAN DESA PEMETAAN WILAYAH PENDAMPING DESA Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 159 dinilai mencukupi. Format tabel berikut ini dapat membantu untuk memetakan individu dan kelompok yang tereksklusi. Tabel Faktor-Faktor Individu yang Tereksklusi NAMA INDIVIDU KELOMPOK FAKTOR EKSKLUSI Akses terhadap pelayanan dasar Penerimaan Sosial Regulasi dan kebijakan Contoh: Kelompok Suku Terpencil A Tidak mendapatkan akses ke sarana dasar kesehatan karena lokasi tempat tinggal sangat jauh dari desa induk sekitar 4 jam perjalanan Terdapat stigma yang melekat bahwa orang dari Suku A bodoh, malas dan tidak dapat dipercaya. Masyarakat di desa induk memiliki tabu yang sangat kuat apabila anggota keluarga mereka menikah dengan orang dari Suku A Dalam penyusunan RPJMDes dan RKPDes tidak melibatkan anggota dari Suku A dengan alasan jarak yang sangat jauh. Pemerintah Desa merasa bahwa suara mereka sudah terwakilkan melalui musyawarah-musyawarah yang selama ini dilakukan. 2 Menyusun Profil Sosial; hasil pemetaan wilayah database dilengkapi dengan penjelasan akar masalah yang menyebabkan marjinalisasi. Penjelasan tersebut dapat dibuat sebagai narasi yang disertai dengan kata kunci utama, dan dapat pula disusun dalam bentuk pohon permasalahan problem tree. Profil sosial ini akan sangat membantu bagi langkah-langkah selanjutnya, khususnya dalam membangun komunikasi dengan kelompok marjinal dan merumuskan jalan keluar; 3 Komunikasi dan Interaksi adalah langkah untuk membangun pemahaman, keakraban, dalam rangka mengembangkan keterlibatan satu sama lain. Pendekatan dalam langkah ini harus dicermati dengan baik dan disesuaikan dengan budaya setempat. Pada ujungnya, tujuan dari langkah ini adalah untuk merumuskan jalan keluar bersama langsung dari pihak yang termarjinalkan, selain mendorong agar mereka mulai untuk terlibat aktif dalam kehidupan berdesa; 4 Menggalang Stakeholder dibutuhkan agar agenda inklusi menjadi perhatian, dukungan, dan bantuan dari banyak pihak. Stakeholder yang dimaksud diantaranya adalah Pemerintah Kecamatan, SKPD terkait selaku pembina dan pengawas, pihak swasta, ormas, NGO, maupun perguruan tinggi; 5 KebijakanPeraturan Desa. Langkah yang paling strategis dari siklus inklusi sosial sesungguhnya adalah perlindungan kebijakan Desa. Desa inklusif pada dasarnya bukan semata-mata desa yang secara sosio-kultural telah berjalan secara inklusif, melainkan kehidupan di dalamnya dinaungi secara politik melalui payung kebijakan. Payung kebijakan ini harus ada bukan untuk fungsi simbolik, melainkan untuk memberikan perlindungan dan jaminan dari proses inklusi dan keadaan inklusif [.] PENDAMPING DESA 160 | Modul Pelatihan Pratugas Pendamping Desa SPB 7.3.1 Lembar Informasi Pemberdayaan Perempuan: Menuju Desa Berdaulat

A. Pengantar