Dasar Hukum Dan Tujuan Inklusi Sosial

PENDAMPING DESA 156 | Modul Pelatihan Pratugas Pendamping Desa “Masyarakat kan tidak tau, awam, jadi kita lah yang mikirnya. Oh di situ perlu jalan rabat beton, di situ jalan rabat beton. Mana yang perlu, ada anggaran, kasih. Dari masyarakat tidak ada mikir, usul juga tidak ada, yang penting makan. Wawancara, laki-laki, 36, kaur umum, Kecamatan Sungai Manau - Kabupaten Batanghari, 17 November 2015 Situasi seperti ini diamini oleh salah seorang tokoh masyarakat dari unsur guru yang menyatakan bahwa pemerintah desa tidak secara murni melakukan penggalian gagasan. Menurutnya, ini menjadi faktor lain yang menyebabkan Musrenbangdes tidak dihadiri oleh warga, yaitu selain dianggap tidak punya hasil usulannya itu-itu saja, juga karena tidak diakomodirnya usulan warga bila bertentangan dengan apa yang telah dirancang oleh Pemerintah Desa. “Kebanyakan warga setuju-setuju saja. Seharusnya kita tahu dulu dananya berapa, diminta usulannya apa, dan kebutuhannya apa. Tapi yang terjadi Kades sudah merancang terlebih dahulu usulan kegiatannya baru minta pendapat ke masyarakat. Di musyawarah, keputusan seolah-olah sudah ada. Ada yang beda pendapat, tapi kalo kades sudah ngomong itu dan sudah banyak yang setuju, pendapatnya jadi tidak diterima. Kalau pun ada perdebatan itu pasti di belakang, kan gak ada hasilnya. Depan setuju-setuju, di belakang baru bilang tidak setuju.” Wawancara, laki-laki, guru, Kecamatan Sungai Manau - Kabupaten Merangin, 20 November 2015.” Dicuplik di Studi Implementasi Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Laporan Baseline - the SMERU Research Institute Maret 2016 .

D. Dasar Hukum Dan Tujuan Inklusi Sosial

Dalam konteks implementasi UU Desa, inklusi sosial dilakukan untuk melibatkan seluruh individu sebagai warga masyarakat Desa dalam penyelenggaraan kehidupan berdesa, baik pembangunan maupun pemberdayaan. Dalam UU Desa disebutkan salah satu tujuan pengaturan Desa dilakukan untuk memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan Pasal 4 huruf i. Artinya, seluruh unsur masyarakat Desa, tanpa membedakan keadaan fisik, tingkat kesejahteraan ekonomi, jenis kelamin, agama, maupun etnis, harus sama-sama mampu menjadi warga Negara yang aktif dalam pembangunan. Ketentuan terkait inklusi lebih eksplisit lagi diatur di Pasal 117 ayat 3 PP No. 43 tahun 2014. Di situ daitur bahwa RPJMDesa disusun dengan mempertimbangkan “kondisi objektif Desa” dan prioritas pembangunan KabupatenKota. Dalam PP tersebut ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan “kondisi objektif Desa” adalah “kondisi yang menggambarkan situasi yang ada di Desa, baik mengenai sumber daya manusia, sumber daya alam, maupun sumber daya lainnya, serta dengan mempertimbangkan, antara lain, keadilan gender, perlindungan terhadap anak, pemberdayaan keluarga, keadilan bagi masyarakat miskin, warga disabilitas dan marginal, pelestarian lingkungan hidup, pendayagunaan teknologi tepat guna dan sumber daya lokal, pengarusutamaan perdamaian, serta kearifan lokal.” PENDAMPING DESA Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 157 Agenda pemberdayaan Desa bahkan mendorong agar agenda inklusi sosial masuk ke dalam proses perencanaan dan penganggaran. Ketentuan tersebut termaktub di Pasal 127 PP 43 tahun 2014. Di situ diatur bahwa pemberdayaan masyarakat Desa dilakukan dengan “menyusun perencanaan dan penganggaran yang berpihak kepada kepentingan warga miskin, warga disabilitas, perempuan, anak, dan kelompok marginal”. Dengan mengacu pada perintah undang-undang di atas, maka mau tidak mau agenda inklusi sosial harus menjadi perhatian serius baik bagi Pemerintah Desa, Kecamatan, dan khususnya Pendamping Desa sebagai pemberdaya masyarakat Desa. Pada dasarnya, inklusi sosial tertuju bagi penguatan masyarakat Desa. Masyarakat Desa yang hendak dicapai oleh UU Desa merupakan kesatuan utuh dari seluruh individu warga Desa yang memiliki kompetensi, kesadaran utuh sebagai subjek, dan berdiri secara setara. Kemandirian dan kesejahteraan Desa merupakan hasil atau resultante dari kemampuan seluruh individu warga Desa. Di samping itu, inklusi sosial juga memiliki dimensi tujuan yang lebih besar, di antaranya: 1 Pemenuhan Hak Asasi Manusia yang universal 2 Terlayaninya kebutuhan dasar mampu mengakses, terpenuhi layanan dasar minimum 3 Partisipasi sosial penuh melawan pengisolasian 4 Pengakuan identitas dan dihormati dalam suatu kesatuan yang utuh memerangi stigma, kekhasan budaya adalah sah Tujuan di atas jelas bukan agenda sederhana yang dapat dicapai dengan mudah dan cepat. Pemahaman konstitusi dan kesadaran Pendamping Desa sangat menentukan, khususnya dalam peran dan fungsi Pendamping Desa sebagai supervisor bagi Pendamping Lokal Desa.

E. Langkah Umum Dan Indikator Inklusi Sosial