GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
RPJMD KOTA SEMARANG 2016-2021 II-116
Tabel 2.82 Rasio Penduduk Usia 5 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan di Kota Semarang Tahun 2010 – 2015 Persen
No Uraian
Tahun 2010
2011 2012 2013 2014 2015
1 Sekolah Dasar Ke Bawah
46,47 46,34 46,27 46,20 45,81 49,81 2
Sekolah Menengah Pertama 18,93 18,88 18,85 18,82 18,66 20,29
3 Sekolah Menengah Atas
19,69 19,64 19,61 19,58 19,42 21,11 4
Diploma I II III dan Universitas
8,21 8,18
8,17 8,16
8,09 8,80
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2016
2.4.3.3 Rasio Penduduk yang Bekerja Menurut Pendidikan yang Ditamatkan
Rasio penduduk yang bekerja menurut pendidikan yang ditamatkan selama empat tahun terakhir yang paling dominan adalah agregat lulusan
SDMI dan SMP. Secara keseluruhan sejak Tahun 2010 – 2015 rasio
lulusan SD ke bawah, SMP, SMA maupun DIIIIII dan Universitas mengalami pergerakan yang fluktuatif jika dibandingkan dengan jumlah
penduduk, sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.83 Rasio Penduduk Yang Bekerja Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan
di Kota Semarang Tahun 2010 – 2015 Persen
No Uraian
Tahun 2010
2011 2012
2013 2014
2015
1 SD Ke bawah
20,87 20,61
20,13 14,36
14,36 14,36
2 SMP
21,27 21,44
25,54 22,63
22,63 22,63
3 SMA
33,20 32,44
32,11 36,55
36,55 36,55
4 D.I D.II D.III dan
Universitas 24,67
25,52 22,22
26,46 26,46
26,46
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2016
2.4.3.4 Rasio Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Distribusi persentase jumlah penduduk kota semarang paling banyak berada di pekerjaan buruh industri yang selam 5 tahun berada di kisaran
25 persen. Dan peringkat kedua dan ketiga terbesar adalah PNS TNI Polri sebesar 13 dan 12 . Untuk pergerakan distribusi persentase
selama tahun 2010 – 2015 cenderung berfluktuatif. Data selengkapnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
RPJMD KOTA SEMARANG 2016-2021 II-117
Tabel 2.84 Rasio Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Semarang
Tahun 2010 – 2015 Persen
No Uraian
Tahun 2010
2011 2012
2013 2014
2015
1 Petani Sendiri
3,86 3,86
3,91 3,92
3,91 3,91
2 Buruh Tani
2,65 2,65
2,69 2,70
2,69 2,69
3 Nelayan
0,39 0,39
0,39 0,39
0,39 0,39
4 Pengusaha
7,79 7,79
7,72 7,73
7,72 7,72
5 Buruh Industri
25,67 25,67
25,65 25,54
25,65 25,65
6 Buruh Bangunan
12,02 12,02
12,02 12,04
12,02 12,02
7 Pedagang
12,58 12,58
12,51 12,53
12,51 12,51
8 Angkutan
3,73 3,73
3,71 3,72
3,71 3,71
9 PNS TNIPolri
13,79 13,79
13,76 13,78
13,76 13,76
10 Pensiunan
5,78 5,78
5,77 5,78
5,77 5,77
11 Lainnya
11,76 11,76
11,87 11,88
11,87 11,87
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang , 2016
Hasil evaluasi dari pelaksanaan program pembangunan daerah dalam RPJMD tahun 2010-2015 masih terdapat sebanyak 3 indikator atau
0,98 dengan capaian kurang baik. Urusan yang capaiannya tergolong kurang baik tersebut yaitu urusan pekerjaan umum, perhubungan,
ketenagakerjaan, pemuda dan olahraga, dan urusan otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah,
kepegawaian dan persandian. Dari 3 indikator tersebut, sebanyak 2 indikator dengan status kinerja rendah yaitu 1 Tingkat pengendalian
ruang wilayah strategis dan cepat tumbuh dalam kota, hal ini dikarenakan kondisi keterbatasan pemilikan lahan di dalam kota untuk pengembangan
wilayah; 2 Tingkat kinerja lembaga perwakilan rakyat dalam pelaksanaan fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan, hal ini
disebabkan oleh dinamika perubahan regulasi perundangan dari Pemerintah Pusat yang terlalu berdampak terhadap kebijakan di
pemerintah kota khususnya dalam penyusunan peraturan daerah. Kemudian dari 3 indikator tersebut, 1 indikator dengan status kinerja
sangat rendah yaitu Jumlah LPJU baru yang terpasang, namun jika dilihat dari kondisi saai ini rasio LPJU yang ada sudah memadai di semua wilayah
kecamatan.
RPJMD KOTA SEMARANG 2016-2021 III-1
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA
KERANGKA PENDANAAN
Keuangan daerah merupakan faktor strategis yang turut menentukan
kualitas penyelenggaraan
pemerintahan daerah,
mengingat kemampuannya
akan mencerminkan
daya dukung
manajemen pemerintahan daerah terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi tanggung jawabnya.
Dalam konteks
pembangunan, penyelenggaraan
fungsi pemerintahan daerah dan pembangunan daerah akan berjalan secara
optimal apabila didukung dengan kemampuan keuangan daerah yang mencukupi kebutuhan pembangunan daerah dan penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Oleh karenanya, dalam rencana pembangunan daerah, analisis pengelolaan keuangan daerah perlu dilakukan untuk
mengetahui gambaran tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah
untuk mendanai
atau mendukung
penyelenggaraan pembangunan daerah.
Tingkat kemampuan keuangan daerah, dapat diukur dari kapasitas pendapatan asli daerah, rasio pendapatan asli daerah
terhadap jumlah penduduk dan Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Untuk memahami tingkat kemampuan keuangan daerah,
maka perlu dicermati kondisi kernja keuangan daerah, baik kinerja keuangan
masa lalu
maupun kebijakan
yang melandasi
pengelolaannya.
3.1 KINERJA KEUANGAN TAHUN 2010 – 2015
Perkembangan kinerja keuangan pemerintah daerah tidak terlepas dari batasan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana diatur dalam
UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, PP Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan keuangan Daerah, Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan keuangan Daerah dan secara spesifik pengelolaan keuangan daerah Kota Semarang diatur dalam Perda Kota Semarang
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2013