Kondisi Klimatologi Kawasan Strategis Bidang Pertumbuhan Ekonomi

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH RPJMD KOTA SEMARANG 2016-2021 II-14 Sumber : D. PSDA ESDM Kota Semarang, 2013 Gambar 2.11 Peta Zonasi Pengambilan Air Tanah Kota Semarang dan Sekitarnya

2.1.1.6 Kondisi Klimatologi

Kondisi klimatologi Kota Semarang sama seperti kondisi klimatologi di Indonesia pada umumnya. Kota Semarang memiliki iklim tropis basah yang dipengaruhi oleh angin muson barat dan muson timur. Dari bulan November hingga Mei, angin bertiup dari arah Utara Barat Laut menciptakan musim hujan dengan membawa banyak uap air dan hujan. Lebih dari 80 dari curah hujan tahunan, turun pada periode ini. Untuk curah hujan di Kota Semarang, Kota Semarang mempunyai sebaran yang tidak merata sepanjang tahun, dengan total curah hujan rata-rata pertahun mencapai 9,891 mm per tahun. Suhu minimum rata-rata yang diukur di Stasiun Klilmatologi Semarang berubah-berubah dari 21,1ºC pada September ke 24,6 ºC pada bulan Mei dan suhu maksimum rata-rata berubah dari 29,9 ºC ke 32,9 ºC. Kelembagaan relatif bulanan rata-rata berubah-ubah dari minimum 61 pada bulan September ke maksimum 83 pada bulan Januari. Kecepatan angin bulanan rata-rata di Stasiun Klimatologi Semarang berubah-ubah dari 215 kmhari pada bulan Agustus sampai 286 kmhari pada bulan Januari. Lamanya sinar matahari yang menunjukkan rasio sebenarnya sampai lamanya sinar matahari maksimum hari, bervariasi dari 46 pada bulan Desember sampai 98 pada bulan Agustus. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH RPJMD KOTA SEMARANG 2016-2021 II-15

2.1.1.7 Penggunaan Lahan

Sama halnya dengan daerah lain, penggunaan lahan di Kota Semarang dibagi kedalam beberapa jenis penggunaan, diantaranya teknis, sederhana dan non PU, sawah lainnya, pekarangan untuk bangunan dan halaman sekitar, gembalaan, padang rumput, lapangan dan lainnya, tambak, hutan, lainnya, setengah teknis, tadah hujan, tanah sawah yang sementara tidak diusahakan, tegalkebun, kolam, empang, tebat, rawa, perkebunan dan tanah kering yang sementara tidak diusahakan. Berdasarkan gambar 2.12, penggunaan lahan di Kota Semarang didominasi sebagai lahan kering. Sumber : BPS Kota Semarang, 2015 Gambar 2.12 Penggunaan Lahan di Kota Semarang Tahun 2014 a. Lahan Sawah Sebagai kota perdagangan dan jasa, Kota Semarang lebih menekankan pada pengembangan aktivitas perdagangan dan jasa dibandingkan pertanian mengingat sektor perdagangan dan jasa adalah tulang punggung perekonomian Kota Semarang. Oleh karenanya, sebagaimana yang ditampilkan pada Gambar 2.10, luasan lahan Kota Semarang didominasi oleh penggunaan lahan berupa lahan kering dibandingkan lahan sawah. Lahan sawah di Kota Semarang sebagian besar berada pada Kecamatan Gunungpati dan Mijen yaitu seluas 2.271,97 Ha dengan persentase luasnya mencapai 59,37 dari luas total lahan sawah atau sebesar 1,55 dari total luas lahan Kota Semarang. 3.826,97 Ha 10,24 33.543,60 Ha 89,76 Lahan Sawah Lahan Kering GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH RPJMD KOTA SEMARANG 2016-2021 II-16 Penggunaan lahan sawah dibedakan menjadi teknis, ½ teknis, non-PU, tadah hujan, dan tanah sawah yang sementara tidak diusahakan. Berdasarkan pembagiaan penggunaan lahan sawah di Kota Semarang, diketahui bahwa sebagian besar lahan sawah digunakan sebagai lahan sawah tadah hujan. Gambar 2.13 menggambarkan kondisi penggunaan lahan sawah di Kota Semarang tahun 2014. Sumber : BPS Kota Semarang, 2015 Gambar 2.13 Penggunaan Lahan Sawah di Kota Semarang Tahun 2014 b. Lahan Kering Selain lahan sawah, tanah di Kota Semarang memiliki juga lahan kering yang digunakan oleh berbagai macam jenis penggunaan diantaranya pekarangan untuk bangunan dan halaman, tegalkebun, gembalaan, padang rumput. Gambar 2.12 menyajikan kondisi penggunakan lahan kering di Kota Semarang tahun 2014. 187,30 Ha 9 508,30 Ha 26 666,40 Ha 34 41,00 Ha 2 357,00 Ha 18 222,10 Ha 11 Teknik 12 Teknik Sederhana Non PU Tadah Hujan Reservation Sementara Tdk Diusahakan GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH RPJMD KOTA SEMARANG 2016-2021 II-17 Sumber : BPS Kota Semarang, 2015 Gambar 2.14 Penggunaan Lahan Kering di Kota Semarang Tahun 2014 Sesuai dengan Gambar 2.14, penggunaan lahan kering di Kota Semarang didominasi oleh pekarangan untuk bangunan dan halaman sekitar. Hampir setengah dari total luasan area Kota Semarang digunakan untuk guna lahan tersebut. Dibandingkan penggunaan lahan sawah di Kota Semarang, besarnya penggunaan lahan sebagai pekarangan untuk bangunan dan halaman sekitar di Kota Semarang disebabkan karena kedudukan Kota Semarang sebagai Ibukota Provinsi Jawa Tengah yang memiliki aktivitas kekotaan dengan arah pembangunannya sebagai kota perdagangan dan jasa.

2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah

Secara fisik, perkembangan Kota Semarang dapat diidentifikasi mengarah ke arah barat, timur dan selatan. Terkait dengan luasan lahan terbangun, rata-rata pertumbuhan lahan terbangun di Kota Semarang dari tahun 1999 hingga 2014 mencapai 742,5 Hatahun atau sekitar 15 di tahun 1999 dan 44,1 di tahun 2014. Peningkatan luasan lahan terbangun terbesar terlihat pada tahun 2009 yang mencapai 1300 Ha. Jika laju pertambahan lahan terbangun dibiarkan sebagaimana apa adanya tanpa intervensi perencanaan pembangunan, maka dapat diperkirakan bahwa dalam kurun waktu 16 hingga 17 tahun ke depan, seluruh luasan wilayah Kota Semarang akan menjadi lahan terbangun seluruhnya. Berdasarkan karakteristik wilayah Kota Semarang, dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti perikanan, pertanian, pariwisata, industri, pertambangan dan lain-lain. Berdasarkan RTRW Kota Semarang 2011-2031 pengembangan 49 25 3 6 3 7 1 6 Pekarangan Utk Bangunan Halaman Sekitar TegalKebun Gembalaan. Padang Rumput. Lapangan Dll Kolam. Empang. Tebat. Rawa Tambak Perkebunan Hutan GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH RPJMD KOTA SEMARANG 2016-2021 II-18 struktur ruang Kota Semarang memiliki 3 fokus kebijakan yaitu i kebijakan dan strategi pengembangan fungsi regional dan nasional; ii kebijakan dan strategi pengembangan kawasan metropolitan Semarang; iii kebijakan dan strategi pengembangan struktur pelayanan kegiatan internal Kota Semarang. Sedangkan pengembangan pola ruang memiliki fokus kebijakan yaitu i kebijakan dan strategi pengelolaan kawasan lindung; ii kebijakan dan strategi pengelolaan kawasan budidaya. Selain itu, terdapat potensi pengembangan wilayah di beberapa kawasan strategis di Kota Semarang sebagai berikut :

2.1.2.1 Kawasan Strategis Bidang Pertumbuhan Ekonomi

a Kawasan cepat berkembang. Kawasan cepat berkembang ini perlu diprioritaskan penataan ruangya karena potensi yang dimiliki apabila tidak diarahkan justru menimbulkan permasalahan. Sedangkan kawasan perbatasan di Kota Semarang memiliki peranan yang sangat penting, karena kawasan inilah yang akan mengintegrasikan perkembangan Kota Semarang dengan daerah yang ada disekitarnya. Kawasan cepat berkembang di Kota Semarang adalah kawasan pusat kota yang terletak pada Koridor Peterongan – Tawang – Siliwangi PETAWANGI. Trend perubahan intensitas kegiatan perdagangan di kawasan PETAWANGI untuk 20 tahun kedepan diperkirakan akan terus terjadi. Berdasarkan dokumen RTRW 2011-2031, arahan kebijakan untuk kawasan cepat berkembang dikembangkan untuk :  Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa skala besar harus memberikan ruang bagi kegiatan sektor informal untuk melakukan kegiatannya.  Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa harus mempertimbangkan rasio kecukupan ruang parkir dan ruang terbuka hijau dalam rangka menciptakan kawasan PETAWANGI yang nyaman.  Pengaturan pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa yang spesifik per koridor jalan untuk menciptakan spesifikasi perkembangan kawasan.  Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa harus menghindari perkampungan atau kawasan yang memiliki nilai historis bagi Kota Semarang GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH RPJMD KOTA SEMARANG 2016-2021 II-19 b Kawasan Perlu Kerja Sama dengan Daerah Sekitarnya Kawasan Perbatasan. Kawasan perkotaan Semarang telah tumbuh hingga keluar batas administrasi Wilayah Kota Semarang. Kondisi ini menyebabkan terdapat keterkaitan pengembangan antara Wilayah Kota Semarang dengan Daerah Kabupaten disekitarnya, khususnya di kawasan perbatasan. Berdasarkan dokumen RTRW Kota Semarang 2011-2031, perlu dilakukan pengelolaan kawasan di perbatasan sehingga tidak terjadi konflik antar dua wilayah : 1 Kawasan Genuk - Sayung  Pengembangan industri  Transportasi pengelolaan pelajon commuter  Penyediaan perumahan dan fasilitas pendukungnya  Penanganan rob dan banjir 2 Kawasan Pedurungan - Mranggen  Pengembangan industri  Transportasi pengelolaan pelajon commuter  Penyediaan Perumahan dan fasilitas pendukungnya 3 Kawasan Mangkang – Kaliwungu  Pengembangan industri  Transportasi pengelolaan pelajon commuter  Penyediaan perumahan dan fasilitas pendukungnya  Penanganan rob dan banjir 4 Kawasan Banyumanik – Ungaran  Perkembangan kawasan perdagangan jasa  Penyediaan fasilitas transportasi terminal  Penyediaan perumahan dan fasilitas pendukungnya 5 Kawasan DAS Kaligarang  Perkembangan kawasan terbangun di hulu DAS Kaligarang  Pola kerja sama pengelolaan kawasan DAS Kaligarang dalam tataran Pemerintah Kabupaten Kota

2.1.2.2 Kawasan Strategis Bidang Sosial Budaya