Kawasan Strategis Bidang Sosial Budaya Kawasan Strategis Bidang Pendayagunaan Sumber Daya Alam atau Teknologi Tinggi Kawasan Rawan Rob dan Banjir

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH RPJMD KOTA SEMARANG 2016-2021 II-19 b Kawasan Perlu Kerja Sama dengan Daerah Sekitarnya Kawasan Perbatasan. Kawasan perkotaan Semarang telah tumbuh hingga keluar batas administrasi Wilayah Kota Semarang. Kondisi ini menyebabkan terdapat keterkaitan pengembangan antara Wilayah Kota Semarang dengan Daerah Kabupaten disekitarnya, khususnya di kawasan perbatasan. Berdasarkan dokumen RTRW Kota Semarang 2011-2031, perlu dilakukan pengelolaan kawasan di perbatasan sehingga tidak terjadi konflik antar dua wilayah : 1 Kawasan Genuk - Sayung  Pengembangan industri  Transportasi pengelolaan pelajon commuter  Penyediaan perumahan dan fasilitas pendukungnya  Penanganan rob dan banjir 2 Kawasan Pedurungan - Mranggen  Pengembangan industri  Transportasi pengelolaan pelajon commuter  Penyediaan Perumahan dan fasilitas pendukungnya 3 Kawasan Mangkang – Kaliwungu  Pengembangan industri  Transportasi pengelolaan pelajon commuter  Penyediaan perumahan dan fasilitas pendukungnya  Penanganan rob dan banjir 4 Kawasan Banyumanik – Ungaran  Perkembangan kawasan perdagangan jasa  Penyediaan fasilitas transportasi terminal  Penyediaan perumahan dan fasilitas pendukungnya 5 Kawasan DAS Kaligarang  Perkembangan kawasan terbangun di hulu DAS Kaligarang  Pola kerja sama pengelolaan kawasan DAS Kaligarang dalam tataran Pemerintah Kabupaten Kota

2.1.2.2 Kawasan Strategis Bidang Sosial Budaya

Kawasan strategis bidang sosial budaya di Kota Semarang adalah Kawasan Cagar Budaya Kota Lama. Kawasan bersejarah Kota Lama merupakan kawasan cagar budaya yang harus dilindungi dan dilestarikan GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH RPJMD KOTA SEMARANG 2016-2021 II-20 keberadaannya. Dalam pemanfaatannya, kawasan cagar budaya dapat ditingkatkan fungsinya untuk dapat menunjang kegiatan pariwisata, yang nantinya dapat memberikan kontribusi pendapatan dari sektor pariwisata. Berdasarkan dokumen RTRW 2011 – 2031, rencana penanganan Kawasan Kota Lama adalah : a. Pemeliharaan dan pelestarian bangunan dari pengaruh kegiatan dan ketahanan kontruksi bangunan b. Revitalisasi fungsi dan penggunaan bangunan c. Pengembangan sistem kepariwisataan Kota Semarang yang terintegrasi dengan pengembangan kawasan Kota Lama

2.1.2.3 Kawasan Strategis Bidang Pendayagunaan Sumber Daya Alam atau Teknologi Tinggi

Kawasan strategis bidang pendayagunaan sumber daya alam atau teknologi tinggi di Kota Semarang adalah Kawasan pelabuhan Tanjung Mas.Berdasarkan dokumen RTRW Kota Semarang 2011-2031, arahan pengelolaan di kawasan pelabuhan ditekankan pada kegiatan : a. Memperlancar pergerakan manusia dan barang di dalam kawasan pelabuhan maupun kawasan pelabuhan dengan kawasan diluarnya melalui peningkatan jariangan jalan yang memadai dan pengembangan sistem terminal yang terintegrasi dengan pergerakan darat pergerakan jalan raya dan kereta api dan pergerakan udara. b. Perlunya dilakukan penanganan percepatan penurunan permukaan tanah dan banjir rob. c. Penyusunan kebijakan penataan ruang kawasan pelabuhan dalam rangka memadukan kegiatan pelabuhan dengan kawasan yang ada disekitarnya

2.1.2.4 Kawasan Strategis Bidang Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

Kawasan strategis bidang fungsi dan daya dukung lingkungan hidup adalah Kawasan Bendungan Waduk Jatibarang. Pembangunan Bendungan Waduk Jatibarang yang akan difungsikan sebagai pengendali limpasan air ke kawasan bawah Kota Semarang. Bendungan waduk ini direncanakan berlokasi di Kecamatan Mijen dan Gunungpati. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH RPJMD KOTA SEMARANG 2016-2021 II-21

2.1.3 Wilayah Rawan Bencana

Dalam UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana dijelaskan sebagai suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam danatau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Dalam konteks pembangunan, terdapat istilah kawasan rawan bencana. Kawasan rawan bencana dijelaskan sebagai suatu wilayah yang memiliki kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi dan teknologi yang untuk jangka waktu tertentu tidak dapat atau tidak mampu mencegah, meredam, mencapai kesiapan, sehingga mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Dalam konteks pembangunan kota, penyelenggaraan penataan ruang diarahkan untuk dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan, tidak terjadi pemborosan pemanfaatan ruang, dan tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang. Dengan demikian, penataan ruang harus mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, potensi suatu daerah termasuk juga memperhatikan daerah rawan bencana sebagai basis dalam mengembangkan dan mengelola suatu daerah. Terlebih pada saat ini efek pemanasan global yang berdampak pada perubahan iklim juga semakin memperluas kemungkinan munculnya wilayah rawan bencana dan memperparah kondisi wilayah rawan bencana jika dalam perjalanannya tidak ada upaya intervensi pengelolaan seperti mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Pada lingkup global, perhatian terhadap perubahan iklim tertuang dalam salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan Sustainable Development Goals yaitu pada tujuan ke- 13 yang berbunyi: “Take urgent action to combat climate change and its impact ”. Oleh karenanya, dalam konteks pembangunan kota, perlu perhatian lebih terhadap perubahan iklim beserta dampaknya seperti kenaikan muka air laut dan bencana alam. Terkait dengan wilayah rawan bencana, Kota Semarang memiliki kawasan rawan bencana. Kondisi ini tidak terlepas dari kondisi fisik alam yang ada di GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH RPJMD KOTA SEMARANG 2016-2021 II-22 Kota Semarang. Gambar 2.15 memperlihatkan bahaya bencana yang rentan terjadi di Kota Semarang. Sebagaimana yang disebutkan dalam RTRW 2011- 2031, Kota Semarang memiliki kawasan rawan bencana yang terdiri dari kawasan rawan rob, kawasan rawan banjir, rawan longsor dan rawan gerakan tanah. Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2015 Gambar 2.15 Bahaya Bencana di Kota Semarang

2.1.3.1 Kawasan Rawan Rob dan Banjir

Perubahan iklim secara langsung berdampak pada Kota Semarang. Sebagai kota pesisir, Kota Semarang rentan terhadap rob dan banjir. Kenaikan muka air laut dan amblesan tanah menjadikan Kota Semarang sering dilanda rob dan banjir pada periode tertentu. Kawasan rawan banjir adalah tempat-tempat yang secara rutin setiap musim hujan mengalami genangan lebih dari enam jam pada saat hujan turun dalam keadaan musim hujan normal. Kawasan rawan banjir merupakan kawasan lindung yang bersifat sementara, sampai dengan teratasinya masalah banjir secara menyeluruh dan permanen di tempat tersebut. Di wilayah Kota Semarang, daerah-daerah yang berpotensi rawan bencana banjir meliputi sebagian Kecamatan Tugu, Semarang Barat, Semarang Tengah, Semarang Utara, dan Genuk. Kawasan Rawan Bencana Abrasi Pantai Rob Banjir Banjir Tanah longsor Gerakan Tanah GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH RPJMD KOTA SEMARANG 2016-2021 II-23 Tabel 2.4 Lama dan Luasan Genangan Banjir No Genangan Banjir Satuan Tahun 2014 2015 1 Lama genangan banjir dan rob di sungai, saluran drainase dan gorong-gorong pada saat banjir Menit 120 60 2 Panjang Sungai dan saluran drainase meter 206.506 206.506 3 Kapasitasfungsi drainase luas areal tangkapan Hektar 37.301 37.301 Kapasitas pengendali banjir dengan pompa dan polder Liter detik 76.405 77.405 4 Menurunnya Luas Genangan banjir dan rob - Lama Genangan Menit 650 540 - Tinggi Genangan Cm 50 30 - Lebar Genangan Cm 12000 8300 Sumber : Dinas PSDA ESDM Kota Semarang, 2015

2.1.3.2 Rawan Longsor dan Gerakan Tanah