Tahanan beban R Penstabil tegangan seri dengan transistor

55 terbebani maka akan terdapat tegangan jatuh pada tahanan R C dan ini juga akan membatasi tegangan keluaran maksimum. Dengan demikian tegangan keluaran maksimum dapat ditentukan: V amak = V – I L + I 2 + I 3 .R C - V Cejenuh

b. Kompensasi temperatur

Agar supaya tegangan referensi dari diode zener V Z mempunyai tingkat kestabilan yang baik dan tidak tergantung dari perubahan temperatur akibat pembebanan yang berlebihan, maka untuk mengatasi masalah tersebut perlu bantuan adanya tahanan R 2 dan besarnya arus yang mengalir melalui R 2 ditentukan pada titik kerja arus diode minimum I Zmin . Arus diode zener sebaiknya dipilih yang mempunyai batas Izmin yang kecil saja, misalkan I zmin = 5mA. Prinsip jaringan pengaturan umpan balik dari rangkaian Gambar 2.11 ditentukan oleh transistor TR 1 sebagai transistor daya transistor seri. Dan transistor TR 2 disebut sebagai transistor pembanding atau penguat galat error amplifier dimana fungsinya adalah membandingkan tegangan referensi V ref dengan tegangan kesalahan galat dari pembagi tegangan sensor yang dibangun oleh tahanan R 3 dan R 4 . Bila tegangan keluaran V a mengalami penurunan, maka transistor TR 2 diperkuat dan berlawanan phasa, transistor TR 2 terhubung sebagai rangkaian dasar emitor bersama, dimana titik kerja transistor TR 2 tersebut dikendalikan oleh tegangan bias basis transistor TR 1 . Dan ketika tegangan keluaran V a berubah dari setting point, maka faktor umpan balik k. V harus dapat menjaga agar tegangan keluaran tetap konstan, dimana: K adalah faktor pembagi tegangan dari R R R 4 3 4  dan merupakan V adalah faktor penguatan dari transistor TR 1 Agar supaya tegangan keluaran V a mempunyai tingkat kestabilan yang tinggibaik, maka salah satu persyaratanya transistor TR 2 harus mempunyai penguatan yang besar, hal ini sangat penting dimana pada tahanan R 3 = O , maka besarnya faktor umpan balik k = 1. Selain itu transistor TR 2 harus mempunyai tahanan masukan r i yang besar sehingga faktor umpan balik k tidak menjadi beban tingkat masukan dari 56 transistor TR 2 . Dan yang tidak kalah pentingnya adalah tuntutan dari tahanan R 1 juga harus besar. Didalam aplikasi transistor TR 2 dipilih yang mempunyai faktor penguatan arus B atau  yang besar dan ini hanya mungkin dirangkai dalam konfigurasi kolektor bersama common emitor. Rangkaian penstabil tegangan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 12 hanya akan dapat menghasilkan tegangan keluaran yang stabil, jika penentuan parameter-parameter seperti tahanan R 1 , tegangan referensi V REF , dan penguat pembanding benar-benar diperhitungkan dengan tepat. Dalam beberapa kasus rangkaian ini masih banyak kelemahannya tidak hanya pengaruh dari tegangan keluaran akibat perubahan beban, antara lain yang tidak kalah pentingnya adalah pengaruh perubahan dari tegangan masukan. Perubahan tegangan masukan ini akan mengganggu tingkat kestabilan rangkaian melalui tahanan R 1 menuju basis transistor TR 1 dan efeknya tegangan tegangan keluaran menjdi tidak stabil. Dan ini menjadi masalah dari lingkaran pengaturan yang harus dapat direduksidikendalikan oleh kemampuan faktor umpan balik k.V yang dibangun oleh transistor TR 2 . Kelemahan yang lain adalah bilamana rangkaian ini diaplikasikan untuk keperluan daya yang besar, maka akan mengalir arus jumlah melalui tahanan R 1 sebesar I 1 = I B1 + I C2 . Dan ketika rangkaian menerima beban maksimum I Lmak , transistor seri TR 1 akan teraliri arus basis maksimum I B1mak , selama keperluan itu arus kolektor I C2 dari transistor TR 2 menjadi sangat kecil I C2min . Dan pada saat tanpa beban R L , arus basis I B1 sangat kecil dan arus yang mengalir menuju kolektor transistor TR 2 I C2 berada pada level maksimum I C2mak , dimana besarnya kira kira sama sebanding dengan arus saat I B1 mencapai harga maksimumnya I B1mak . Sehingga dengan pendekatan besarnya arus I 1 adalah: I 1 = I B1mak + I C2min dan atau, I 1 = I B1min + I C2mak