49 belajar;  8  Faktor  minat  dan  usaha;  9  Faktor-faktor  fisiologis;  10  Faktor
Intelegensi. Dalam  kegiatan  pembelajaran,  guru  harus  memperhatikan  faktor-faktor
yang  mempengaruhi  belajar  siswa  baik  internal  maupun  eksternal  agar  tercipta pembelajaran  yang  sesuai  dengan  kondisi  dan  kebutuhan  siswa  serta  tujuan
pembelajaran pun dapat tercapai dengan baik.
2.1.7 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Dalam kaitannya dengan pendidikan anak usia SD, guru perlu mengetahui sifat serta karakteristik siswa SD agar dapat memberikan pembinaan dengan baik
dan tepat sehingga dapat meningkatkan potensi kecerdasan dan kemampuan siswa sesuai  dengan  kebutuhannya.  Sebelum  memilih  model  pembelajaran  yang  akan
digunakan  dalam  kegiatan  pembelajaran,  guru  perlu  mempertimbangkan karakteristik  siswa  yang  meliputi  tingkat  kematangan,  minat,  bakat,  dan  kondisi
peserta  didik.  Dengan  begitu  diharapkan  guru  dapat  memilih  dan  menggunakan model pembelajaran yang tepat, sesuai dengan karakteristik siswa SD.
Usia  siswa  SD  berkisar  antara  7-12  tahun.  Piaget  1986  dalam Soeparwoto, Hendriyani, dan Liftiah
2007: 85 mengemukakan bahwa “siswa SD berada  pada  tahap  operasional  konkret.  Pada  usia  ini,  anak  sudah  memahami
hubungan fungsional, karena mereka sudah menguji coba suatu permasalahan”.
Havighurst  dalam  Juntika  2007  dalam  Susanto  2013:  72  menyatakan bahwa  pada  masa  kanak-kanak  akhir  dan  anak  sekolah,  yaitu  usia  enam  hingga
dua belas tahun, memiliki tugas-tugas perkembangan sebagai berikut: 1  Belajar keterampilan fisik untuk pertandingan biasa sehari-hari.
50 2  Membentuk  sikap  yang  sehat  terhadap  dirinya  sebagai  organisme  yang
sedang tumbuh kembang. 3  Belajar bergaul dengan teman-teman sebayanya.
4  Belajar peranan sosial yang sesuai sebagai pria atau wanita. 5  Mengembangkan konsep-konsep yang perlu bagi kehidupan sehari-hari.
6  Mengembangkan kata hati, moralitas, dan suatu skala nilai-nilai. 7  Mencapai kebebasan pribadi.
8  Mengembangkan  sikap-sikap  tehadap  kelompok  dan  institusi-institusi sosial.
Perkembangan  mental  pada  anak  sekolah  dasar  yang  paling  menonjol, meliputi  perkembangan intelektual, bahasa, sosial, emosi, dan moral  keagamaan,
yang secara perinci dapat dijelaskan sebagai berikut Susanto 2013: 72-76: 1  Perkembangan intelektual
Pada  usia  sekolah  dasar  usia  6-12  tahun  anak  sudah  dapat mereaksi  rangsangan  intelektual,  atau  melaksanakan  tugas-tugas  belajar
yang  menuntut  kemampuan  intelektual  atau  kemampuan  kognitif,  seperti membaca,  menulis,  dan  menghitung.  Menurut  Yusuf  2004:  178,  pada
anak  usia  6-12  tahun  ditandai  dengan  tiga  kemampuan  atau  kecakapan baru,  yaitu  mengklasifikasikan  mengelompokkan,  menyusun,  dan
mengasosiasikan menghubungkan atau menghitung angka atau bilangan. Di  samping  itu,  pada  akhir  masa  ini  anak  sudah  memiliki  kemampuan
memecahkan masalah problem solving yang sederhana.
51 2  Perkembangan bahasa
Usia  sekolah  dasar  merupakan  masa  berkembang  pesatnya kemampuan  mengenal  dan  menguasai  perbendaharaan  kata  vocabulary.
Syamsuddin  menyatakan  bahwa  pada  awal  masa  ini  6-10  tahun,  anak sudah  menguasai  sekitar  2.500  kata,  dan  pada  masa  akhir  usia  11-12
tahun, anak telah dapat menguasai sekitar 50.000 kata. Yusuf  2005:  180  mengemukakan  bahwa  terdapat  minimal  dua
faktor  yang  mempengaruhi  perkembangan  bahasa,  yaitu:  1  proses  jadi matang,  yaitu  anak  itu  menjadi  matang  organ-organ  suarabicara  sudah
berfungsi  untuk  berkata-kata;  2  proses  belajar,  yaitu  anak  yang  telah matang  untuk  berbicara  lalu  mempelajari  bahasa  orang  lain  dengan  jalan
mengimitasi atau meniru ucapanperkataan yang didengarnya. Bagi  anak  usia  sekolah  dasar,  perkembangan  bahasa  ini,  minimal
dapat  menguasai  tiga  kategori,  yaitu:  1  dapat  membuat  kalimat  yang lebih  sempurna;  2  dapat  mebuat  kalimat  majemuk;  dan  3  dapat
menyusun dan mengajukan pertanyaan. 3  Perkembangan sosial
Pada  masa  anak  sekolah  masuk  pada  masa  objektif,  di  mana perkembangan  sosial  pada  anak-anak  sekolah  dasar  ditandai  dengan
adanya  perluasan  hubungan,  di  samping  dengan  keluarga  juga  dia  mulai membentuk  ikatan  baru  dengan  teman  sebaya  peer  group  atau  teman
sekelas,  sehingga  ruang  gerak  hubungan  sosialnya  telah  bertambah  luas. Pada  anak  usia  sekolah  mulai  memiliki  kesanggupan  menyesuaikan  diri
52 sendiri  egosentris  kepada  sikap  bekerja  sama  kooperatif,  dan  sikap
peduli atau mampu memerhatikan kepentingan orang lain sosiosentris. 4  Perkembangan emosi
Yusuf  2007:  139  menjelaskan  bahwa  pada  usia  sekolah  dasar anak  mulai  belajar  mengendalikan  dan  mengontrol  ekspresi  emosinya.
Syamsu  juga  mengatakan  bahwa  karakteristik  emosi  yang  stabil  sehat ditandai  dengan  menunjukkan  wajah  yang  ceria,  bergaul  dengan  teman
secara  baik,  dapat  berkonsentrasi  dalam  belajar,  bersifat  respek menghargai terhadap diri sendiri dan orang lain.
5  Perkembangan moral Perkembangan  moral  pada  anak  usia  sekolah  dasar  adalah  bahwa
anak  sudah  dapat  mengikuti  peraturan  atau  tuntutan  dari  orangtua  atau lingkungan  sosialnya.  Pada  akhir  usia  ini  usia  11  atau  12  tahun,  anak
sudah  dapat  memahami  alasan  yang  mendasari  suatu  peraturan.  Di samping  itu,  anak  sudah  dapat  mengasosiasikan  setiap  bentuk  perilaku
dengan konsep benar salah atau baik buruk. Tahap-tahap  perkembangan  kognitif  berdasarkan  pendapat  Piaget  dalam
Trianto 2012: 71 yaitu: 1 Tahap Sensorimotor 0-2 tahun
2 Tahap Pra-Operasional 2-7 tahun 3 Tahap Operasional Konkret 7-11 tahun
4 Tahap Operasional Formal 11-18 tahun
53 Berdasarkan  tahap  perkembangan  Piaget,  siswa  yang  duduk  di  bangku
sekolah    dasar    berada  dalam  tahap  operasional  konkret.    Pada  tahap  ini  mereka sudah  mampu  berpikir  konkret  dalam  memahami  sesuatu  sebagaimana
kenyataannya,  mampu  mengkonversi  angka,  serta  memahami  konsep  melalui pengamatan  sendiri  dan  lebih  objektif.  Menurut  Susanto  2013:  77,  pada  tahap
operasional konkret  peserta didik sudah mulai  memahami aspek-aspek kumulatif materi,  misalnya  volume  dan  jumlah;  mempunyai  kemampuan  memahami  cara
mengombinasikan beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatannya. Selain itu, peserta didik mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-
peristiwa yang konkret. Karakteristik  siswa  yang  berada  pada  tahap  operasional  konkret,  yaitu
siswa  dapat  mengembangkan  pikiran  logis.  Tingkat  ini  merupakan  permulaan berpikir  rasional,  berarti  siswa  memiliki  operasi-operasi  logis  yang  dapat
diterapkannya  pada  masalah-masalah  konkret.  Bila  menghadapi  suatu pertentangan antara pikiran dan persepsi, siswa dalam periode operasional konkret
memilih  mengambil  keputusan  logis,  dan  bukan  keputusan  perceptual  seperti anak pra-operasional.
Hurlock  dalam  Kurnia  dkk  2007:  1-20  memasukkan  anak  usia  SD    ke dalam perkembangan masa anak akhir. “Usia yang menyulitkan, usia tidak rapi,
usia  bertengkar,  usia  kritis  dalam  dorongan  berprestasi,  usia  kreatif,  usia berkelompok,  usia  penyesuaian  diri,  dan  usia  bermain  merupakan  sebutan  untuk
usia siswa SD”.
54 Pada  perkembangan masa anak akhir, siswa usia  sekolah dasar masuk ke
dalam  usia  yang  menyulitkan,  karena  anak  pada  masa  ini  lebih  banyak dipengaruhi  oleh  teman-teman  sebaya  daripada  oleh  orang  tuanya  sendiri.  Pada
usia anak SD, para siswa sudah menyadari bahwa  persahabatan itu adalah saling membagi dan menerima sesuatu serta sudah mulai mencari-cari teman sebayanya
untuk dijadikan sahabat atau teman dekat Sumantri dan Shaodih 2004: 3.11. Keinginan  untuk  diterima  oleh  teman-teman  sebaya  sebagai  anggota
kelompok, membuat usia ini disebut juga usia berkelompok. Usia ini disebut juga usia penyesuaian diri, karena mereka berusaha menyesuaikan diri dengan standar
yang  berlaku  dalam  kelompok.  Penyesuaian  diri  siswa  dalam  kelompok mendorong  guru  merancang  model  pembelajaran  yang  memungkinkan  siswa
bekerja atau belajar dalam kelompok Sumantri dan Shaodih 2004: 6.4. Selain  itu,  usia  ini  dikenal  sebagai  usia  kreatif.  Besarnya  minat  dalam
kegiatan  bermain  yang  dilakukan  mereka,  membuat  usia  ini  disebut  juga  usia bermain.  Usia  siswa  SD  disebut  juga  usia  tidak  rapi,  karena  anak  tidak
memperhatikan  penampilannya.  Seringnya  terjadi  pertengkaran  dengan  saudara- saudaranya, orang tua menyebutnya sebagai usia bertengkar. Pada usia siswa SD,
mereka  juga  merasakan  dorongan  berprestasi  untuk  mencapai  keberhasilan, sehingga  disebut  usia  kritis  dalam  dorongan  berprestasi.  Menurut  Sumantri  dan
Shaodih  2004:  6.3-6.4,  karakteristik  yang  menonjol  pada  anak  usia  sekolah dasar  adalah  senang  bermain,  senang  bergerak,  senang  bekerja  dalam  kelompok,
dan senang merasakan atau melakukanmeragakan sesuatu secara langsung.
55 Penjelasan  di  atas  sesuai  dengan  tugas  guru  dalam  psikologi
perkembangan  anak  yang  menyatakan  bahwa  tugas  guru  adalah  mengetahui bagaimana secara operasional masing-masing tahap perkembangan sehingga dapat
membantu  perkembangan  peserta  didik  sesuai  dengan  tujuan  pendidikan  yang diharapkan Soeparwoto, Hendriyani, dan Liftiah 2007: 51.
Pembelajaran  dengan  menggunakan  model  POE  sesuai  dengan karakteristik siswa SD yakni senang bermain, bergerak, bekerja dalam kelompok,
dan  merasakan  atau  melakukanmemperagakan  sesuatu  secara  langsung. Pembelajaran dengan menggunakan model POE memungkinkan siswa berpindah
atau  bergerak  dan  bekerja  atau  belajar  dalam  kelompok,  mengandung  unsur permainan,  serta  memberikan  kesempatan  kepada  siswa  untuk  terlibat  langsung
dalam  pembelajaran.  Pada  tahap  operasional  konkret,  siswa  mampu  berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret. Kesiapan
guru  untuk  mengenal  karakteristik  siswa  dalam  pembelajaran  merupakan  modal utama  penyampaian  bahan  belajar  dan  menjadi  indikator  suksesnya  pelaksanaan
pembelajaran Sagala 2011: 62.
2.1.8 Hakikat IPA