82
2.1.14 Model Konvensional
Putra  2013:  81  menyatakan  bahwa  “metode  konvensional  yakni pemberian  materi  terjadi  secara  satu  arah
”.  Model  pembelajaran  konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran yang sudah
menjadi kebiasaan dari para guru dalam memberikan materi pembelajaran kepada siswa.  Model  konvensional  yang  sering  digunakan  guru  dalam  menyampaikan
materi pelajaran yaitu metode ceramah. Metode ceramah sering digunakan dalam setiap  pembelajaran  dan  dikenal  sebagai  metode  tradisional  Hamid  2011:  209.
Metode ceramah adalah sebuah metode pembelajaran yang sering digunakan oleh guru dengan cara menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada
siswa  yang  pada  umumnya  mengikuti  secara  pasif  Asmani  2010:  139. Sedangkan Sagala 2010 dalam Hardini  dan Puspitasari 2012: 14, menyatakan
bahwa “metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik”.
Kelebihan dari metode ceramah  yaitu guru dapat menguasai  kelas, hemat dalam penggunaan waktu, mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar,
dapat  diikuti  anak  didik  dalam  jumlah  besar  dan  mudah  untuk  dilaksanakan. Sedangkan  kelemahannya  adalah  cenderung  berpusat  pada  guru,  membuat  siswa
pasif  karena  menempatkan  siswa  sebagai  pendengar  dan  pencatat,  mengandung unsur  paksaan  pada  siswa,  membendung  daya  kritis  siswa  karena  keterbatasan
kemampuan  pada  tingkat  rendah  yang  hanya  mengembangkan  kemampuan pengetahuan  sampai  pemahaman,  sukar  mengontrol  sejauh  mana  pemerolehan
belajar  anak  didik,  kegiatan  pengajaran  menjadi  verbalistik,  dan  membosankan.
83 Selain  itu  metode  ceramah  juga  tidak  dapat  memberikan  kesempatan  untuk
berdiskusi  memecahkan  masalah  sehingga  proses  menyerap  pengetahuannya kurang  tajam,  kurang  memberi  kesempatan  kepada  peserta  didik  untuk
mengembangkan  keberanian  mengemukakan  pendapatnya,  dan  kurang  cocok dengan tingkah laku kemampuan anak yang masih kecil.
Terlepas  dari  kelebihan  dan  kekurangannya,  metode  ceramah  ternyata cukup  problematis,  utamanya  untuk  siswa-siswa  yang  masih  muda  atau  masih
kecil  karena  jangka  perhatian  mereka  yang  sangat  pendek  dan  kosa  kata  mereka yang  masih  terbatas.  Selain  itu,  metode  ceramah  juga  kurang  efektif  jika  tujuan
yang  diinginkan  adalah  bagaimana  siswa  mampu  mencapai  pemikiran  tingkat tinggi Jacobsen dkk 2009: 217.
Dalam  pembelajaran  menggunakan  metode  ceramah,  guru  berperan sebagai  sumber  belajar  dari  awal  hingga  akhir.  Guru  menjelaskan  suatu  konsep
ataupun  materi  pelajaran  pada  siswa  transmitter,  dan  siswa  menjadi  penerima materi receiver. Bahasa baik verbal maupun nonverbal merupakan satu-satunya
media  komunikasi  Gulo  2008:  137.  Pembelajaran  dengan  metode  ceramah bersifat  satu  arah,  yaitu  penyampaian  materi  dari  guru  kepada  siswa.  Pada
umumnya  guru  jarang  sekali  memberikan  kesempatan  kepada  siswa  untuk menemukan dan memaknai sendiri materi yang mereka pelajari.
Berdasarkan  karakteristik  IPA,  model  konvensional  kurang  cocok digunakan sebagai satu-satunya model  yang digunakan dalam pembelajaran IPA.
Pembelajaran  IPA  di  sekolah  dasar  menuntut  pembelajaran  yang  bermakna sehingga  memungkinkan  siswa  berpartisipasi  aktif  dan  terlibat  langsung  dalam
84 proses pembelajaran. Oleh karena itu untuk menciptakan pembelajaran IPA yang
bermakna, guru perlu mendesain model pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat berpartisipasi, aktif, dan kreatif terhadap materi yang diajarkan. Model POE
merupakan model yang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Selain itu,  model  POE  juga  efisien  untuk  menciptakan  diskusi  para  siswa  mengenai
konsep  ilmu  pengetahuan.  Melalui  proses  pembelajaran  yang  variatif,  inovatif, dan
konstruktif dalam
merekonstruksi wawasan
pengetahuan dan
implementasinya  maka  diharapkan  dapat  meningkatkan  aktivitas  dan  kreativitas peserta didik.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian  tentang  penerapan  model  POE  dalam  pembelajaran  telah banyak dikaji dan dilakukan. Namun, hal tersebut masih menarik untuk diadakan
penelitian lebih lanjut lagi. Beberapa penelitian mengenai model POE yang telah dilakukan dan dapat dijadikan kajian dalam penelitian ini yaitu penelitian dari:
1 Nugraheni  2011,
yang  berjudul  “Penerapan  model  POE  Predict, Observe,  Explain  untuk  meningkatkan  pembelajaran  IPA  siswa  kelas  III
SDN  Karangbesuki  4  Malang”.  Hasil  penelitian  yang  diperoleh
menunjukkan  bahwa  persentase  untuk  keberhasilan  guru  dalam menerapkan  model  pada  siklus  1  mencapai  93,39  dan  meningkat  pada
siklus 2 menjadi 100. Nilai rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I adalah  70,50  dengan  kriteria  memuaskan  dan  pada  siklus  II  rata-rata
aktivitas  belajar  meningkat  menjadi  77,22  dengan  kriteria  memuaskan.