Sistematika Penulisan 81e9bb93bb10c70ac0ee7acd62218fb9 rkpd 2014

PEMERINTAHAN Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD Kabupaten Muara Enim Tahun 2014 II - Dengan keragaman topografi tersebut menimbulkan terbentuknya banyak bukit dan sungai. Sebagian besar wilayah Kabupaten Muara Enim 75,7 persen terletak pada kemiringan lereng kurang dari 12 dan 9,4 persen berada pada kemiringan lereng 12 -40 dan selebihnya merupakan daerah dengan kemiringan lebih besar dari 40 sekitar 14 persen. Daerah dataran tinggi di bagian barat daya, merupakan bagian dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan. Daerah ini meliputi Kecamatan Semende Darat Ulu, Semende Darat Laut, Semende Darat Tengah dan Kecamatan Tanjung Agung. Daerah dataran rendah berada di bagian tengah. Pada bagian barat laut-utara, terdapat daerah rawa yang berhadapan langsung dengan aliran Sungai Musi. Daerah ini meliputi kecamatan di dataran rendah dan rawa lebak yaitu Kecamatan Gelumbang, Muara Belida, dan Sungai Rotan. Secara geologis, Kabupaten Muara Enim diklasifikasikan dalam cekungan Sumatera pada formasi Palembang bagian tengah berumur meocene-pleocene dengan formasi batuan berupa endapan batuan yang berlokasi dari rendah ke tinggi seperti yang berada di Bukit Asam. Sebesar 42,23 persen dari luas Kabupaten Muara Enim memiliki jenis tanah podzolik merah-kuning, diikuti alluvial sekitar 26,03 persen dari luas wilayah. Tanah tersebut terutama tersebar di sekitar Kecamatan Tanjung Agung, Muara Enim, dan Gelumbang. Sementara Asosiasi Podzolik coklat kekuning-kuningan dan hidromorf kelabu seluas 7,59 persen tersebar di sekitar Kecamatan dan Gelumbang. Tabel 2.2 Klasifikasi, Persentase Luas Wilayah dan Sebaran Jenis Tanah di Kabupaten Muara Enim No. Jenis Tanah Luas Wilayah Daerah SebaranKecamatan 1. Alluvial 26,03 Tanjung Agung, Muara Enim, Gelumbang, Kelekar, Lembak, dan Sungai Rotan. 2. Regosol 2.63 Semende 3. Podsolik Merah Kuning 42,23 Tanjung Agung, Muara Enim, Gelumbang, Lawang Kidul, Kelekar, dan Lembak 4. Latosol 7,64 Tanjung Agung, Lawang Kidul, dan Semende 5. Andosol 5.54 Tanjung Agung, Lawang Kidul, dan Semende 6. Asosiasi Gley 6,79 Gelumbang, Kelekar, Lembak, dan Sungai Rotan 7. Asosiasi Latosol dan Litosol 0.59 Tanjung Agung, Lawang Kidul 8. Asosiasi Podsolik Coklat kekuningan 7,59 Gelumbang, Kelekar, Lembak, Sungai Rotan, dan Muara Belida 9. Komplek Podsolik dan Latosol 0,96 Semende Sumber: Muara Enim dalam Angka 2013, BPS PEMERINTAHAN Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD Kabupaten Muara Enim Tahun 2014 II - Pemanfaatan lahan di Muara Enim terbagi menjadi 2 dua kelompok besar, yaitu Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan ini pada dasarnya merupakan kawasan yang berdasarkan analisis daya dukung mempunyai keterbatasan untuk dikembangkan karena adanya faktor-faktor limitasi yang menjadi kriteria lereng, jenis tanah, curah hujan, ketinggian; serta zona bahaya gunung api, zona kerentanan gerakan tanah, dan zona konservasi air potensial sangat tinggi. Secara keseluruhan, pola spasial pemanfaatan ruang kawasan lindung tersebar terutama di bagian utara dan selatan Kabupaten Muara Enim. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi untuk dibudidayakan atas dasar kondisi potensi sumber daya alam, manusia dan buatan. Termasuk dalam kawasan budidaya ini adalah kawasan pertanian, kawasan permukiman dan industri. Pola pemanfaatan ruang kawasan budidaya secara spasial mengarah pada bagian wilayah barat-timur, mencakup wilayah yang berdasarkan analisis daya dukung lahan tergolong sangat tinggi, dan tinggi, baik untuk pengembangan kawasan budidaya perdesaanpertanian maupun perkotaan.

b. Potensi Pengembangan Wilayah

Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis perekonomian Kabupaten Muara Enim, disamping dibutuhkan sebagai penyedia pangan, penduduk Muara Enim juga tergantung pada sektor ini. Hal ini dapat terlihat dari luas wilayah Kabupaten Muara Enim 83,22 persennya 760.654 Ha merupakan lahan pertanian. Bila dirinci menurut penggunaannya, penggunaan lahan di Kabupaten Muara Enim dibedakan menjadi lahan sawah dan lahan bukan sawah. Lahan bukan sawah sendiri dibedakan atas lahan untuk bangunan, ladang, hutan, kolam, perkebunan dan lahan lainnya. Fenomena yang terjadi di Kabupaten Muara Enim menunjukkan bahwa luas lahan sawah lambat laun semakin berkurang dari tahun ke tahun sejalan dengan banyaknya perubahan fungsi lahan pertanian menjadi lahan bukan pertanian.