Verifikasi Sifat Operasi Dari Sistem Windshield-Wiper Otomatis
Bus penjejajakan multiwarna ditunjukkan pada bagian bawah
peraga osiloskop, informasi korelasi waktu CAN yang telah di
decode dibaca kanal akuisisi CAN yang dipilih pemakai dalam hal ini
kanal 1. Dalam perancangan khusus ini, amplitudo keluaran
sesaat dari sensor analog jarak jauh diubah kedalam nilai digital
dengan pengubah analog ke digital ADC, kemudian secara
berturut-turut dikirimkan ke ECU sebagai data byte tungal dalam
satu bingkai khusus 07F HEX.
Pengulangan transmisi penginderaan dari keluaran sensor
dan menguji sifat operasi prototip MSO diperlukan untuk mengatur
pemicu pada bingkai data 07FHEX sebagaimana ditunjukkan pada
gambar 3. Keluaran sensor berbentuk sinyal analog selalu
ditranmisikan dalam bingkai ini. Dengan pengaturan kondisi
osiloskop, ahli perancang otomotip telah mampu memudahkan
pengukuran amplitudo analog dari keluaran sensor 3,14 V
sementara itu juga memantau dan memverifikasi nilai data, BHEX
yang sebenarnya telah ditranmisiskan dalam paket CAN.
Sementara pengetesan sistem prototipe wiper otomatis dalam
laboratorium diamati tidak bermasalah, dan perbedaan sinyal
CAN muncul hampir tanpa nois. Sayangnya bila subsistem
otomotip diintegrasikan ke dalam otomobil, sistem wiper otomatis
menjadi tidak reliable dan ini ditentukan oleh nilai data yang
diterima oleh ECU, yang tidak selalu sesuai kondisi pisik nyata
dari sensor. Bila masalah rangkaian dapat diprediksi dan
dilakukan pengulangan,
ini menjadi lebih baik dan mudah
memisahkan tugas untuk
menemukan sebab utama dari masalah rangkaian. Namun
perancangan khusus otomotip ini telah diintegrasikan ke dalam
otomobil, peran transmisi data dari sensor acak membuatnya sulit
untuk memisahkan sebab dari masalah.
Sinyal yang sama dengan aslinya diukur dalam laboratorium, namun
pada saat itu sinyal diindera
dengan sistem wiper otomatis dintegrasikan ke dalam otomobil
ini ditunjukan pada gambar 11- 4. Sekarang bisa dilihat pengaruh
nois dan interferensi pada sinyal perbedaan CAN, yang disebabkan
oleh kebisingan yang keras pada kendaraan. Ahli perancang
otomotip
memantau peraga osiloskop, sementara itu pemicuan
secara berulang-ulang pada data bingkai ID 07FHEX. Ahli sekali-kali
mengamati cahaya merah dalam tanda decode CAN bawah
penjenjakan dalam gambar 11-5.
Gambar 1-5. Kesalahan acak yang teramati dalam dekode CAN pada bingkai data ID : 07F HEX
MSO mendecode CAN, dalam
perkembangannya kondisi jelek
dikodekan dengan warna CRC merah, dan kondisi salah dalam
bingkai lain ditunjukan sebagai
penjejakan bus warna merah. Osiloskop ini mempunyai
kecepatan update
bentuk gelombang yang cepat
di atas 100 000 bentuk gelombang
perdetik dalam waktu sebenarnya dan perangkat keras secara serial
dipercepat mendekode
untuk mengambil data transmisi dengan
hasil yang jarang jelek. Hardware dipercepat
secara serial mendekode peraga, mendekode
string secepat 60 kali perdetik
lebih cepat dari kemampuan mata manusia membaca, namun cukup
rendah untuk melihat kode warna kondisi salah, ini jarang terjadi, jika
ini terjadi. Kebanyakan osiloskop dengan memori dan memecahkan
kode serial
mempunyai kemampuan penyegaran sangat
lambat. Ini terutama dikarenakan pemecahan kode menggunakan
perangkat lunak paska pemrosesan.
Penyegaran bentuk gelombang dan pemecahan kode
sering mengambil waktu beberapa detik. Ini berarti bahwa jika terjadi
kesalahan jarang, kebanyakan kondisi salah akan terjadi secara
acak selama osloskop mati bukan selama osiloskop
melakukan akuisisi
. Ini membuat hamper tak mungkin
menangkap errant
transmisi secara acak dengan
menggunakan osilokop tradisional, mustahil mampu melakukan
penpemicuan CAN dan mendekode. Namun perangkat
keras dipercepat dengan CAN decoding MSO secara statistik
ditingkatkan probabilitasnya menangkap keacakan dan kondisi
kesalahan karena kedua bentuk bentuk gelombang dan decode
CAN mempunyai kecepatan penyegaran data melampaui
kecepatan pengulangan
bingkai data 07FHEX.
Untuk menyegarkan tampilan osiloskp
dengan satu kejadian data transmisi jelek, atasi
terlebih dahulu dengan mencoba tekan
lingkup panel depan. Kunci
STOP bila diamati tanda decode
merah.Sayangnya bentuk gelmbang osiloskop dan
kecepatan penyegaran data decode sangat cepat, maka ketika
STOP ditekan beberapa urutan akuisisi telah dilakukan dan
peraga selalu berhenti pada data tranmisi yang baik.
1 1.1.3. Pemicuan MSO Pada Bingkai Kesalahan Mengungkapkan
Masalah Integritas Sinyal
Langkah berikutnya pada saat mengatur pemicuan osiloskop
hanya untuk menyerempakkan bingkai kesalahan sebagaimana
ditinjukkan pada gambar 11-6. Dengan mengatur kondisi pemicu
pemicu pada bingkai kesalahan, osiloskop hanya menangkap dan
memperagakan transmisi CAN jelek dan mengabaikan transmisi
yang baik. Sekarang teknisi dapat menekan salah satu kunci STOP
pada waktu manganalisa kualitas sinyal jelek yang terakhir
ditransmisikan bingkai CAN, atau menggunakan osiloskop pendek
tunggal
dengan mode untuk
membekukan peragaan pada data transmisi jelek berikutnya. Dari
hasil peragaan ini teknisi
mengutamakan kecurigaan pada masalah data transmisi
acak terutama urutan acak
nois diteruskan ke perbedaan sinyal
CAN puncak penjejakan. Maka dapat dilihat bahwa nosie
menumpang pada
sinyal CAN muncul dengan distribusi
Gaussian. Sebagai bukti dengan diberikan tingkat intensitas peraga,
osiloskop mampu
pembesar beberapa kali dari pada
sistem peraga serupa pada
osiloskop analog tradisional. Namun setelah
pengukuran tingkat keacakan nois dengan standar deviasi MSO,
teknisi menentukan bahwa tingkat sinyal nois dalam toleransi khusus
dan tidak
mempengaruhi kesalahan.
Gambar 11-6. Pemicuan pada CAN bingkai error mengisolasi perbedaan akuisisi CAN pada bingkai transmisi pengulangan bentuk gelombang giltch
Setelah jauh menginspeksi perbedaan sinyal CAN pada kanal
1, teknisi akan menemukan bahwa glitch sempit telah terjadi selama
transmisi bingkai data terutama muncul pada ujung ke 5 dari sinyal
perbedaan CAN. Bila dilihat rekaman bingkai CAN
dalam kondisi normal yang dimampatkan
dari hasil memori bagian dalam akuisisi di atas 8 M titk menyebar
pada layar peraga dengan time base pada 200
sdiv gambar 11- 7, glitch dengan mudah dapat
dilihat dengan osiloskop resolusi kecepatan sampel yang tinggi
sampai di atas 4 GSas.
Setelah menemukan glitch dan mengukur
amplitudo dengan
kursor MSO, teknisi menekan tombol RUN pada panel depan
osiloskop untuk memulai kembali pengulangan akuisisi sementara
pemicuan hanya pada bingkai yang salah. Sementara
mengamati penyegaran pengulangan bentuk gelombang
pada osiloskop , teknisi dapat melihat bahwa glitch tidak hanya
jarang terjadi, namun juga dalam lokasi acak dalam bingkai data
dan tidak ada hubungan pasa secara khusus pada perbedaan
Gambar 11-7. Perbesaran bentuk gelombang glitch pada CAN sinyal CAN. Ini dimunculkan
bahwa glitch disebabkan oleh sambungan sinyal dari sumber
yang tidak berkaitan dengan pasa. Jika sumber dari glitch dapat
dilacak turun, kemudian sebab utama bisa ditemukan dengan
lebih mudah ditentukan dan ditetapkan.