Laporan Tahunan
2013
PT Bank Mandiri Persero Tbk. Laporan Tahunan
2013
PT Bank Mandiri Persero Tbk.
Tabel 9.2.b. Pengungkapan Proil Maturitas Valas - Bank Secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak
No. Pendekatan Yang Digunakan
31 Desember 2012 Saldo
Jatuh Tempo ≤ 1 bulan
1 bln s.d. 3 bln
3 bln s.d. 6 bln
6 bln s.d. 12 bln
12 bulan 1
2 3
4 5
6 7
8 I
NERAcA
A Aset
1. Kas
1.645.635 1.645.635
- -
- -
2. Penempatan pada
Bank Indonesia 16.210.197
16.210.197 -
- -
- 3.
Penempatan pada bank lain
15.814.585 15.671.412
289 87.990
- 54.894
4. Surat Berharga
5.367.544 475.118
432.672 144.533
89.810 4.225.411
5. Kredit yang diberikan
51.938.687 927.481
10.801.265 2.956.020
5.209.020 32.044.901
6. Tagihan lainnya
11.047.977 2.101.896
4.447.567 3.176.151
652.829 669.534
7. Lain-lain
217.135 53.533
92.193 11.242
7.620 52.547
Total Aset 102.241.760
37.085.272 15.773.986
6.375.936 5.959.279
37.047.287 B
Kewajiban 1.
Dana Pihak Ketiga 66.257.696
64.668.366 988.472
403.816 193.461
3.581 2.
Kewajiban pada Bank Indonesia
- -
- -
- -
3. Kewajiban pada bank
lain 996.967
996.967 -
- -
- 4.
Surat Berharga yang Diterbitkan
- -
- -
- -
5. Pinjaman yang
Diterima 8.675.059
240.938 400.511
240.938 -
7.792.672 6.
Kewajiban lainnya 2.106.083
1.030.110 1.075.973
- -
- 7.
Lain-lain 179.594
1.912 -
- 1.912
175.770
Total Kewajiban 78.215.399
66.938.293 2.464.956
644.754 195.373
7.972.023 Selisih Aset dengan Kewajiban
dalam Neraca 24.026.361
29.853.021 13.309.030
5.731.182 5.763.906
29.075.264 II
REKENING AADMINISTRATIf
A. Tagihan Rekening
Administratif 1.
Komitmen 6.242
6.242 -
- -
- 2.
Kontijensi 9.919.327
9.919.327 -
- -
-
Total Tagihan Rekening Administratif
9.925.569 9.925.569
- -
- -
B. Kewajiban Rekening
Administratif 1.
Komitmen 10.460.693
9.916.035 543.504
1.155 -
- 2.
Kontijensi 26.057.908
1.979.853 2.713.231
3.281.401 4.980.397
13.103.025
Total Kewajiban Rekening Administratif
36.518.601 11.895.888
3.256.735 3.282.556
4.980.397 13.103.025
Selisih Tagihan dan Kewajiban dalam Rekening Administratif
26.593.032 1.970.319
3.256.735 3.282.556
4.980.397 13.103.025
Selisih [IA-IB+IIA-IIB] 2.566.670
31.671.035 9.882.365
2.526.329 775.889
15.919.782 Selisih Kumulatif
- 31.671.035
21.788.670 19.262.341
18.486.452 2.566.670
Tidak termasuk Interbank Transaction
4. PENGELOLAAN RISIKO OPERASIONAL
Risiko operasional dapat disebabkan karena ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya faktor eksternal yang mempengaruhi operasional Bank.
Pengelolaan risiko operasional yang efektif dapat menekan kerugian akibat risiko operasional. Kerangka kerja Operational Risk Management ORM mengacu pada regulasi Bank Indonesia, Basel II dan ketentuan internal Bank
yang berlaku. Pada saat ini, Bank telah memiliki kebijakan manajemen risiko yang mencakup ORM yaitu Kebijakan Manajemen Risiko Bank Mandiri KMRBM, dan Standar Prosedur Operasional SPO yang berisi teknis pengelolaan
risiko operasional baik aspek governance, prosedur maupun sistem pelaporan.
Selain itu, dalam rangka mendukung inovasi Bank untuk memenuhi kebutuhan Nasabah atas produk dan layanan Bank, maka disusun pedoman mengenai pengelolaan risiko dan langkah-langkah mitigasi pada Produk atau
Aktivitas Baru PAB, yaitu Standar Pedoman Operasional SPO PAB bertujuan untuk menetapkan standarisasi dalam pengelolaan risiko PAB secara end to end dan menghasilkan produk atau aktivitas yang handal serta dapat
meningkatkan keuntungan, corporate image, dan kualitas layanan Bank. Sebagai upaya senantiasa melaksanakan prinsip kehati-hatian dan penerapan Good Corporate Governance, maka dalam SPO PAB dirumuskan metodologi
assessment terhadap 8 delapan jenis risiko. Hal ini membuat seluruh produk atau aktivitas baru yang diterbitkan telah memenuhi ketentuan regulator.
Dalam rangka meningkatkan efektiitas pelaksanaan pengelolaan risiko operasional, Bank sudah melakukan hal- hal sebagai berikut yaitu alignment metodologi risiko operasional dengan metodologi Risk Based Audit melalui
sinkronisasi risk library; menyediakan media komunikasi dengan Direktur Utama yang dinamakan ”Letter to CEO” dan berfungsi sebagai Whistle Blowing System; dan melakukan implementasi perangkat yang dinamakan Operational
Risk Management Tools ORM Tools. ORM Tools yang dipergunakan untuk pelaksanaan ORM adalah sebagai berikut :
A. Risk Control Self Assessment RCSA : RCSA dipergunakan untuk identiikasi dan menilai risiko yang melekat pada aktivitas, dan menilai
kualitas kontrol. B. Mandiri Form Operational Risk System M-FORs:
Bank menggunakan M-FORs untuk mencatat kerugian-kerugian akibat risiko operasional yang terjadi pada masing-masing unit kerja.
C. Key Indicator KI : KI merupakan indikator kuantitatif yang dimanfaatkan untuk memberikan indikasi tingkat risiko melekat
pada key process dalam satu tahapan unit bisnissupporting atau end-to-end processing. D. Issue Action Management IAM:
IAM merupakan perangkat untuk memasukkan issuepermasalahan terkait risiko operasional. Dari issuepermasalahan tersebut dianalisa penyebabnya dan ditetapkan action plan serta dilakukan
monitoring pelaksanaan action plan oleh unit kerja. Dalam hal pengelolaan risiko operasional, Unit Risk Management berperan sebagai second line of defense dan
Internal Audit sebagai third line of defense. Sedangkan Unit kerja sebagai risk owner merupakan irst line of defense yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan risiko operasional dari masing-masing unit kerja Bank.
manajemen risiko manajemen risiko
Laporan Tahunan
2013
PT Bank Mandiri Persero Tbk. Laporan Tahunan
2013
PT Bank Mandiri Persero Tbk.
Sebagai output dari proses Pengelolaan Risiko Operasional, unit kerja menghasilkan proil risiko operasional yang menggambarkan eksposur risiko operasional unit kerja yang akan dijadikan dasar dalam pembuatan proil risiko
operasional Bank. Laporan proil risiko operasional tingkat korporasi bankwide yang sudah di-review oleh unit Internal Audit dipresentasikan kepada Dewan Komisaris dan dilaporkan kepada Bank Indonesia secara periodik.
Untuk pelaporan kecukupan modal risiko operasional ke Bank Indonesia, Bank menggunakan Pendekatan Indikator Dasar, seperti terlihat dalam tabel-tabel berikut:
TTabel 8.1.a. Pengungkapan Kuantitatif Risiko Operasional - Bank Secara Individual No.
Pendekatan Yang Digunakan 31 Desember 2013
Pendapatan Bruto Rata-rata 3 tahun
terakhir Beban Modal
ATMR I
II III
IV V
1 Pendekatan Indikator Dasar
30.758.015 4.613.702
57.671.278
Total 30.758.015
4.613.702 57.671.278
No. Pendekatan Yang Digunakan
31 Desember 2012 Pendapatan Bruto
Rata-rata 3 tahun terakhir
Beban Modal ATMR
I II
III IV
V 1
Pendekatan Indikator Dasar 25.805.133
3.870.770 48.384.624
Total 25.805.133
3.870.770 48.384.624
Untuk bank yang menggunakan Pendekatan Indikator Dasar dalam menghitung Risiko Operasional Tabel 8.1.b. Pengungkapan Kuantitatif Risiko Operasional - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak
No. Pendekatan Yang Digunakan
31 Desember 2013 Pendapatan Bruto
Rata-rata 3 tahun terakhir
Beban Modal ATMR
I II
III IV
V 1
Pendekatan Indikator Dasar 36.077.126
5.411.569 67.642.899
Total 36.077.126
5.411.569 67.642.899
No. Pendekatan Yang Digunakan
31 Desember 2012 Pendapatan Bruto
Rata-rata 3 tahun terakhir
Beban Modal ATMR
I II
III IV
V 1
Pendekatan Indikator Dasar 29.725.743
4.458.861 55.735.768
Total 29.725.743
4.458.861 55.735.768
Untuk bank yang menggunakan Pendekatan Indikator Dasar dalam menghitung Risiko Operasional
Implementasi Manajemen Risiko Operasional
Strategi kunci yang dipedomani dalam manajemen risiko operasional terkait Risk Management, Audit Compliance adalah ”Melanjutkan Program-program untuk antisipasi Fraud, termasuk mengoptimalkan First Defense, Second
Defense dan Third Defense”. Adapun Implementasi Manajemen risiko difokuskan pada 4 aspek penguatan yaitu: - Program Risk Awareness, yakni program budaya spesiik yang dimiliki setiap unit terkait terkait
dengan pengenalan, pemahaman, dan mitigasi risiko operasional. - Laporan Proil Risiko, yakni laporan wajib dari unit pengelola risiko operasional kepada pembina sistem
manajemen resiko operasional secara rutin, minimal secara triwulanan atau dengan frekuensi yang lebih pendek jika diperlukan ad-hoc. Penyusunan Laporan Proil Risiko secara rutin dimaksudkan agar proil
risiko operasional setiap Unit Pengelola Risiko Operasional selalu ter-update dan terjaga. - Forum MRO, yakni suatu forum yang digunakan untuk membahas permasalahan terkait risiko
operasional. Forum MRO ini wajib untuk dilaksanakan minimal sebulan sekali. Jalannya forum tersebut dilaporkan ke pembina sistem manajemen resiko operasional dalam bentuk minute of meeting.
- Data Quality pada ORM Tools, berupa pengelolaan dan pengkinian datainformasi yang ada pada ORM
Tools iMORs meliputi RCSA, KI, IAM, dan MFORs. Data yang diinput di iMORS merupakan dasar penyusunan Proil Risiko Unit Kerja dalam rangka perhitungan Tingkat Kesehatan Bank.
manajemen risiko manajemen risiko
Laporan Tahunan
2013
PT Bank Mandiri Persero Tbk. Laporan Tahunan
2013
PT Bank Mandiri Persero Tbk.
Dalam rangka tindak lanjut implementasi, maka dijalankanProgram Penguatan MRO bagi seluruh unit kerja sebagai kelanjutan “No Surprise Program”. Tujuan pelaksanaan Program Penguatan MRO di masing-masing unit kerja adalah:
a. Agar lebih memahami Risiko Operasional Utama yang melekat pada produk dan aktivitas Unit Kerja, dan
cara pengendaliannya. b. Agar lebih memahami bahwa serangkaian inisiatif seperti: Pelaksanaan Forum MRO, Risk Awareness
Program dan Letter to CEO LTC dapat menunjang efektiitas Pengelolaan Risiko Operasional. c. Agar DCOR dan RBC sebagai second line of defense memahami risiko utama yang ada pada unit yang
disupervisi, sehingga lebih fokus dalam melaksanakan pengawasannya.
Strategi Anti fraud, Sistem Pemantauan fraud, dan fraud Respon Plan
Sejalan dengan SE BI No.1328DPNP mengenai Penerapan Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum, Bank Mandiri telah melakukan berbagai upaya untuk memantau dan memitigasi risiko fraud melalui penerapan 4 pilar yaitu: 1
Pencegahan; 2 Deteksi; 3 Investigasi, Pelaporan dan Sanksi; serta 4 Pemantauan, Evaluasi dan Tindak Lanjut, dimana dalam implementasinya melibatkan seluruh line of defense.
Untuk mendukung implementasi strategi anti fraud, khususnya dalam pilar deteksi, telah dikembangkan early detection system yang dapat mendeteksi secara dini transaksi, proses, dan aplikasi yang bersifat anomali dan
memiliki potensi fraud risk. Sistem tersebut secara otomatis akan memberikan alert terhadap transaksi yang memiliki risiko fraud. Tindak lanjutnya adalah proses investigasi data alert, baik secara on-desk maupun onsite
review, untuk memastikan apakah benar telah terjadi kejadian fraud sehingga Bank dapat dengan cepat melakukan langkah mitigasi dan penanganan yang cepat, akurat, dan terencana fraud respon plan. Mengingat proses
pengembangan deteksi fraud merupakan proses panjang dan berkelanjutan, maka manajemen akan memfokuskan pada bisnis yang memiliki fraud risk yang signiikan. Untuk itu bisnis yang diutamakan adalah:
a Segmen Retail Payment Deposit Cabang, EDCMerchant, dan E-Channel b Segmen Retail Financing Mikro, Kartu Kredit, Consumer Loan
c Segmen Wholesale Business Banking sd 2 Miliar Fraud Control System yang saat ini telah dimiliki antara lain:
a. Fraud Control System Credit Card b. Fraud Control System Debit Card
c. Merchant Monitoring System d. Internet Mobile Banking Monitoring System
e. Anti Fraud Application System f. Early Detection System Mikro
Fraud Control System yang saat ini sedang dan akan dikembangkan antara lain: a. Fraud Detection System for Branch
b. Fraud Control System untuk Business Banking
Anti Pencucian uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme
Untuk mencegah dan memitigasi risiko akibat transaksi pencucian uang dan pendanaan terorisme, Bank telah menerapkan proses due diligence dan pengelolaan risiko terhadap nasabah mengacu kepada ketentuan Bank
Indonesia mengenai Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme. Proses due diligence dan pengelolaan risiko ini didasarkan pada prinsip risk-based approach yang mengidentiikasi, mengklasiikasi,
memantau dan mengelola risiko transaksi oleh nasabah atas dasar karateristik produk, nasabah dan geograis negara, cross-border.
Business continuity Management
Untuk menjamin kelangsungan operasional Bank dalam kondisi bencana, Bank memiliki suatu rencana komprehensif secara terdokumentasi dan teruji, yang berisi langkah-langkah yang harus diambil sebelum, selama
dan setelah terjadinya suatu keadaan bencana. Kebijakan dan prosedur Bank dalam menjamin kelangsungan operasional bisnis diatur dalam Business Continuity Management BCM yang mencakup Emergency Response
Plan ERP, Disaster Recovery Plan DRP dan Business Continuity Plan BCP. ERP adalah panduan yang digunakan untuk menjamin keamanan dan keselamatan jiwa pegawai dalam kondisi bencana, DRP adalah rencana kerja untuk
persiapan pemulihan dari bencana yang berdampak kepada layanan Teknologi Informasi, sedangkan BCP adalah prosedur informasi yang dibuat untuk menjaga kelangsungan operasional suatu unit kerja.
5. SIMuLASI KONDISI TERBuRuK STRESS TESTING