commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran  menulis  sebagai  salah  satu  pembelajaran  dalam  keterampilan berbahasa  bertujuan  untuk  meningkatkan  kemampuan  siswa  dalam  menggunakan
unsur-unsur  maupun  kaidah-kaidah  kebahasaan  secara  baik  dan  benar  dalam  bentuk tulisan.  Hal  ini  diperlukan  agar  para  siswa  mampu  mengungkapkan  atau
menginformasikan  ide,  gagasan,  pendapat,  ataupun  perasaan  mereka  kepada  orang lain, sehingga apa yang mereka maksudkan dapat dengan mudah dipahami. Untuk itu
diperlukan  pengetahuan  mengenai  unsur  dan  kaidah  kebahasaan  agar  tulisan  yang dihasilkan sesuai dengan unsur dan kaidah yang berlaku dan mudah dipahami dengan
baik oleh orang yang membacanya. Akan  tetapi,  sampai  saat  ini  kemampuan  menulis  pelajar  terutama  siswa
sekolah  menengah  atas  SMA  masih  rendah.  Bukan  rahasia  lagi  jika  menulis merupakan pekerjaan berat dan menuntut keterampilan yang tinggi. Kegiatan menulis
merupakan  kegiatan  yang  dianggap  tidak  menyenangkan  oleh  kebanyakan  pelajar. Hal  ini  senada  dengan  yang  diungkapkan  oleh  Waluyo  2006:6  bahwa  di  antara
keempat keterampilan berbahasa menulis paling suram dan paling sulit dikuasai oleh para  siswa,  dunia  tulis-menulis  di  Indonesia  miskin  pengarang  produktif  yang
menghasilkan karya-karya yang bemutu dan bermanfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu, harus diakui bahwa pembelajaran menulis terutama di SMA
sangat  memprihatinkan.  Hal  terlihat  jelas  baik  dari  kualitas  ataupun  kuantitas pelajaran  menulis  di  sekolah-sekolah  tersebut.  Selama  ini  menulis  hanya  diajarkan
sebagai  pelajaran  yang berorientasi  pada nilai.  Pembelajaran menulis sebagai  proses akhirnya  tersisihkan.  Pembelajaran  bahasa  Indonesia  masih  sering  hanya  diberikan
hanya bersifat teoretis, tanpa melibatkan keaktifan siswa secara langsung. Kondisi ini
commit to user 2
berakibat  pula  pada  keterampilan  menulis  sebagai  suatu  beban  berat.  Hal  yang demikian ini terjadi baik pada kemampuan menulis ilmiah maupun nonilmiah.
Keterampilan  menulis  merupakan  salah  satu  keterampilan  yang  paling  sulit untuk  dikuasai.  Menurut  Nurgiyantoro  2001:296  keterampilan  menulis  lebih  sulit
dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa sekalipun. Baik pada tulisan ilmiah maupun nonilmiah.  Kesulitan  tersebut  disebabkan  keterampilan  menulis  menghendaki
penguasaan  berbagai  unsur  kebahasaan  dan  unsur  di  luar  kebahasaan  yang  akan menjadi isi karangan.
Permasalahan dalam kemampuan menulis juga terjadi pada siswa kelas XI IA SMA  Muhammadiyah  3  Masaran  Sragen.  Permasalahan  kemampuan  menulis
terutama terjadi pada jenis menulis ilmiah. Berdasarkan data yang diperoleh dari guru mata  pelajaran  bahasa  Indonesia,  diketahui  bahwa  kemampuan  menulis
ilmiahsebagian besar siswa  rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel 1 berikut ini : No
Uraian pencapaian hasil Jumlah
1. Siswa yang memperoleh nilai kurang dari 65
22 siswa 2.
Siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65
8 siswa
Melalui  data  di  atas  ditunjukkan  bahwa  hanya  sekitar  26  8siswa  yang mendapatkan  nilai  lebih  dari  atau  sama  dengan  65  batas  ketuntasan,  namun
sebagian  besar  siswa  mendapatakan  nilai  dibawah  65  atau  sekitar  7422  siswa. Berdasarkan  data  yang  diperoleh  tersebut  bisa  dinyatakan  bahwa  kemampuan  siswa
kelas tersebut dalam menulis masih perlu untuk ditingkatkan. Rendahnya  kemampuan  siswa  dalam  menulis  ilmiah  ini  menjadi  petunjuk
adanya  kelemahan  sekaligus  kesulitan  belajar  yang  dialami  oleh  para  siswa.  Hal  ini menunjukkan  bahwa  siswa  mengalami  kesulitan  yang  serius  dalam  menulis  ilmiah.
Berdasarkan  observasi  dan  wawancara  yang  dilakukan  peneliti  didapatkan  bahwa pada  umumnya  karya  tulis  ilmiah  siswaorganisasinya  meloncat-loncat  sehingga
commit to user 3
menampakkan  penalaran  berbahasa  yang  kurang  logis,  isi  gagasan  kurang  faktual, pengorganisasian  isi  yang  tidak  sistematis,  dan  banyak  terdapat  kesalahan  bahasa
yang meliputi ejaan, diksi, maupun dalam pembuatan kalimat yang efektif. Berdasarkan  observasi  yang  dilakukan  peneliti,  permasalahan  tentang
keterampilan  menulis  ilmiah  timbul  karena  1  siswa  sering  mengalami  kesulitan memunculkan  dan  mengungkapkan  ide  untuk  tulisan  mereka  dan  tidak  tahu  harus
menulis apa, 2 jika sudah mendapatkan ide maka sering macet ditengah-tengah, 3 siswa sering mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data-data untuk mendukung
karangan  ilmiah  mereka,  dan  4  guru  belum  menggunakan  strategi  pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan materi pelajaran tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas,  guru  dalam  mengajar  menulis  ilmiah  juga  masih  menggunakan  strategi  yang
konvensional.  Selama  ini  guru  dalam  mengajar  menulis  ilmiah  hanya  dengan menjelaskan  materi  dari  buku  LKS,  siswa  tidak  mendapatkan  buku  pegangan  atau
buku  paket,  hal  ini  dikarenakan  buku  paket  yang  diberi  dari  dinas  pendidikan  tidak mencukupi  untuk  dibagikan.  Setelah  selesai  menjelaskan  siswa  diberi  penugasan
untuk  menulis  ilmiah.  Setelah  selesai  maka  hasil  tulisan  siswa  dikumpulkan.  Guru selama ini tidak mempergunakan strategi  yang menyenangkan dan melibatkan siswa
secara langsung selama pembelajaran menulis ilmiah. Fakta-fakta  di  atas  menunjukkan  kualitas  proses  dan  hasil  pembelajaran
kemampuan  menulis  ilmiah  masih  kurang  optimal.  Oleh  karena  itu,  diperlukan perbaikan  yang  dapat  mendorong  seluruh  siswa  untuk  aktif  dan  mampu  menulis
ilmiah dengan baik dan benar. Pembelajaran akan lebih optimal  jika  pendekatan atau strategi  yang  digunakan  tepat.Untuk  mengoptimalisasi  hasil  belajar,  terutama
keterampilan  menulis  ilmiah  diperlukan  strategi  yang  tepat.  Hal  ini  bertujuan  agar dapat  meningkatkan  aktivitas  serta  kreativitas  siswa  dalam  belajar  menulis  ilmiah.
Pelaksanaan  pembelajaran  menulis  ilmiah  akan  berlangsung  dengan  efektif  dan optimal  apabila  guru  mampu  memilah  dan  memilih  materi,  pendekatan,  metode,
commit to user 4
strategi, serta eveluasi yang tepat. Hal ini sejalan dengan pendapat Sagala 2007:69 bahwa  terdapat  kerelevansian  antara  metode  ataupun  strategi  mengajar  yang
dipergunakan  oleh  guru    dengan  prinsip-prinsip  belajar  yang  akan  meningkatkan gairah,  minat,  serta  motivasi  anak  didik  dalam  mencapai  tujuan  pembelajaran.
Berdasarkan pernyataan di atas jelaslah bahwa dalam pembelajaran menulis terutama ilmiah seorang pendidik harus menggunakan strategi yang tepat.
Satu diantara banyak strategi  yang dianggap tepat adalah  peta pikiran  mind mapping. Dipilihnya strategi peta pikiran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
menulis  ilmiah  karena  berdasarkan  hasil  survei  yang  telah  dilakukan  oleh  peneliti, siswa  kelas  XI  IA  SMA  Muhammadiyah  3  Masaran  Sragen  kesulitan  dalam
menuangkan  ide  dan  ide  para  siswa  sering  macet  di  tengah-tengah,  serta  siswa kesulitan  mengumpulkan  data  untuk  mendukung  karya  ilmiah  siswa  sehingga  untuk
penggunaan  strategi  peta  pikiran  sangat  tepat  karena  siswa  akan  tetap  dapat mengembangkan berbagai ide tetapi masih dalam konteks yang berhubungan dengan
karya tulis ilmiah siswa. Silberman  menjelaskan  bahwa  peta  pikiran  merupakan  cara  kreatif  bagi
peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran, atau merencanakan  sebuah  penelitian  baru.  Melalui  sebuah  peta  pikiran  siswa  akan
menemukan  kemudahan  untuk  mengidentifikasi  secara  jelas,  kreatif,  dan  inovatif tentang  apa  yang  telah  mereka  pelajari  dan  apa  yang  akan  mereka  rencanakan
2007:188. Peta  pikiran  mind  mapping  banyak  melibatkan  siswa  untuk  beraktivitas
dalam pembelajaran dan akan menciptakan suasana yang menggembirakan sehingga siswa senang dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Melalui hal ini digarapkan
kesan  yang didapatkan siswa tentang materi  yang sedang dipelajari akan lebih kuat, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa.
commit to user 5
Melalui  pembelajaran  dengan  peta  pikiran,  siswa  dapat  meningkatkan kemampuan  berpikir  secara  kritis  dan  holistik.  Hal  ini  diperkuat  dengan  penelitian
yang dilakukan oleh Mueller,  Johnston, dan Bligh 2002:24 yang berjudul
“Joining mind mapping and care planning to enhance student critical thinking and achieve
holistic nursing care . Mereka menjelaskansebagai berikut: “ By marrying mind mapping with care planning, we have encouraged
the use of critical, whole-brained, holistic thinking when applying the nursing process and using nursing diagnoses. Standardized language is still used, but
the  thinking  that  occurs  has  become  more  important  than  the  language. Whole-brain  thinking  leads  to  the  development  of  higher-level  critical
thinking skills. In order to map out the interconnectedness of all components
of care, students must first make those connections in their minds”. Melalui  penggabungan  peta  pikiran  dengan  perencanaan  perawatan,
hal  tersebut  telah mendorong mahasiswa berpikir secara kritis, mereka dapat berpikir  secara  holistik  ketika  menerapkan  proses  keperawatan  dan
menggunakan  diagnosa  keperawatan  melalui  peta  pikiran.  Standar  bahasa masih digunakan, tetapi  hasil pikiran dari peta pikiran  yang merupakan hasil
diagnosa  pasien,  lebih  penting  daripada  bahasa.Dalam  rangka  memetakan keterkaitan  dari  semua  komponen  perawatan,  mahasiswa  keperawatan  di
Philadelphia  Amerika  Serikat,harus  terlebih  dahulu  membuat  koneksi  atau hubungan dalam pikiran mahasiswa tersebut.
Hasil  penelitian  tersebut  menunjukkan  bahwa  setelah  strategi  peta  pikiran diterapkan dalam cara mendiagnosa pasien pada siswa keperawatan di Philadelphia
Amerika Serikat, ada reaksi positif dari siswa yang ditunjukkan dengan motivasi dan minat  belajar  siswa  yang  meningkat  secara  drastis.  Strategi  peta  pikiran  mind
mapping  memungkinkan  siswa  mengeksplorasi  seluruh    kemampuan  otak  untuk keperluan  berpikir  dan  belajar.  Strategi  ini  membantu  siswa  untuk  menghilangkan
rasa  jenuh  pada  saat  berpikir  dan  belajar,  karena  melibatkan  keseimbangan  kerja otak kiri dan otak kanan melalui peta pikiran di otak yang diwujudkan dalam bentuk
coretan  gambar  garis  dan  kata  kunci.  Melalui  penggunaan  strategi  peta  pikian didapatkan  fakta  bahwa  siswa  lebih  mudah  mengembangkan  setiap  ide  yang
commit to user 6
dimiliknya.  Upaya  tersebut  dapat  memberikan  pengalaman  kepada  siswa  untuk menulis  ilmiah  lebih  kreatif  dan  menyenangkan.  Melalui  hal  ini  diharapkan
organisasi  tulisan  siswa  dapat  menjadi  runtut  dan  logis  serta  siswa  lebih  mudah mengumpulkan data faktual untuk mendukung karya ilmiahmereka.
Khuraesin 2008 dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Peta pikiran dan Kemampuan Penalaran Berbahasa  Dengan  Kemampuan Menulis Argumentasi
Pada  Siswa  Kelas  XI  IPA  2  SMA  2  Bandung”  menyebutkan    hasil   eksperimen
proses pembelajaran dengan menggunakan strategi peta pikiran dapat mengaktifkan siswa di kelas untuk mengikuti pembelajaran menulis argumentasi. Kerjasama yang
baik dapat terjalin melalui kebersamaan dalam mengembangkan  kreatifitas, percaya diri dan keberanian yang selama ini sulit ditumbuhkan ketika pembelajaran menulis
argumentasi   dapat teratasi dengan adanya strategi peta pikiran. Untuk  meningkatkan  kemampuan  siswa  dalam  pembelajaran  menulis  ilmiah
dengan  strategi  peta  pikiran  tersebut,  yang  harus  dipersiapkan  adalah  kertas  kosong dan  spidol  beraneka  warna.  Pertama  siswa  menulis  tema  di  tengah  kertas.  Tema
kemudian dijabarkan dalam bentuk ranting-ranting berupa ide-ide yang muncul yang nantinya dapat berkembang menjadi gagasan utama paragraf, rancangan bahasa, serta
kaidah penulisan untuk memperjelas, mempertegas, dan menarik perhatian pembaca. Unsur  tersebut  adalah  kata  kunci  yang  ditulis  di  atas  ranting-ranting  tersebut  yang
dilengkapi dengan
gambar berwarna
yang dipetakan
sehingga dapat
menyeimbangkan belahan otak kanan dan belahan otak kiri, dengan demikian strategi ini  memberikan  kebebasan  siswa  dalam  mengembangkan  kreativitasnya  dalam
menulis  ilmiah    sehingga  dapat  meningkatkan  minat  dan  kemamapuan  siswa  dalam menulis ilmiah.
Selain  itu,  penggunaan  strategi  peta  pikiran  dalam  pembelajaran  juga  dapat merangsang  siswa  untuk  berpikir  secara  kritis  dan  komprehensif.  Hal  ini  sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wang, Chieh dan Chuyang berjudul
“A Brief
commit to user 7
Review  on  Developing  Creative  Thinking  in  Young  Children  by
Mind  Mapping”. Mereka mengungkapkan sebagai berikut:
“From    the  reseach,  it  is  known  that  mind  mapping  increases creativity  of  young  children  and  allows  cognition  of  children  can  be  easily
understood. With abundant colors, images, keywords or short sentences, such map integrates functions of right brain and left brain and facilitates thinking,
memorizing,  analyzing  and  triggering  inspiration  and  allowing  young children to learn via picture.This allows one to find that picture is helpful for
young  children  on  learning  and  interaction
….”  Wang,  Chieh  dan  Chu, 2010:7
Penelitian  ini    membuktikan  bahwa  peta  pikiran  dapat  meningkatkan kreatifitas  anak-anak  dan  memungkinkan  kognisi  anak-anak  dapat  dengan
mudah  dipahami.  Melalui  penggunaan  warna  yang  berlimpah,  gambar,  dan kalimat pendek, peta pikiran seperti mengintegrasikan fungsi otak kanan dan
otak  kiri  dan  memfasilitasi  berpikir,  menghafal,  menganalisa  dan memunculkan  inspirasi  dan  membiarkan  anak-anak  muda  untuk  belajar
melalui  gambar.  Sehingga  anak-anak  muda  dapat  belajar  dan  berpikir  secara komprehensif.  Hal  tersebut  karena  dalam  belajar  gambar  yang  sangat  siswa
menggunakan  banyak  gambar  yang  membantu  para  siswa  untuk  belajar  dan berinteraksi dengan temannya.
Hal  ini  senada  dengan  hasil  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Sukma  2007:4 yang  berjudul  Peningkatan  Kemampuan  Menulis  Puisi  Dengan  Peta  Pikiran  Pada
Siswa Kelas V SDN Sumbersari III Malangbahwa peta pikiran efektif meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menulis puisi. Dari hasil penelitian tindakan kelas ini
dapat  disimpulkan  bahwa  penggunaan  strategi  pemetaan  pikiran  telah  mampu meningkatkan  kemampuan  siswa  menulis  puisi  di  SDN  Sumbersari  III  Malang,
dengan  hasil  berikut.a  pada  tahap  pemunculan  gagasan,  siswa  telah  mampu memunculkan  gagasan  yang  akan  dijadikan  sebagai  gagasan  pokok,  b  pada  tahap
pengembangan  gagasan,  siswa  telah  mampu  mengembangkan  gagasan  secara  logis, c  pada  tahap  penulisan,siswa  telah  mampu  menulis  judul,menyusun  kata,
commit to user 8
mengembangkan  kata  menjadi  kalimat,  menata  kalimat  menjadi  puisi  dengan memperhatikan kesesuaian isi dengan judul, diksi, imajinasi, serta merevisi puisi.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk melaksanakan penelitian tindakan  kelas  sebagai  usaha  perbaikan  kualitas  proses  dan  hasil  pembelajaran
ke terampilan menulis ilmiah dengan judul”Peningkatan Kemampuan Menulis Ilmiah
dengan  Strategi  Peta  Pikiran  Mind  Mapping  pada  Siswa  Kelas  XI  IA  SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen Tahun Pelajaran 20102011”.
B. Rumusan Masalah