Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas VII
226
3. Kerajaan Gowa–Tallo
Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan yang berdiri di daerah Sulawesi Selatan. Tahun 1605, raja Gowa yang bernama Daeng
Manrabia dan raja Tallo yang bernama Karaeng Matoaya memeluk agama Islam. Kemudian keduanya menyatukan
wilayah kedua kerajaan mereka dengan Daeng Manrabia sebagai rajanya. Sementara, Karaeng Matoaya menjabat sebagai
perdana menteri. Daeng Manrabia mengganti namanya menjadi Sultan Alauddin dan Karaeng Matoaya mengganti namanya
menjadi Sultan Abdullah. Sebagai penganut Islam, kedua penguasa kerajaan tersebut
dimusuhi oleh himpunan pedagang Belanda di Hindia Timur Vereenigde Oost Indische Compagnie = VOC yang ingin
menguasai perdagangan di kawasan tersebut. Hingga wafatnya pada tahun 1639, Sultan Alauddin tidak pernah mau menerima
kapal-kapal Belanda di pelabuhan-pelabuhan milik Gowa–Tallo. Sepeninggal Alauddin, tahta raja diduduki oleh Sultan
Muhammad Said. Seperti halnya ayahnya, Sultan Muhammad Said tidak pernah mau berdamai dengan Belanda yang
menurutnya licik dan suka memaksa. Tahun 1653, Sultan Muhammad Said digantikan oleh putranya
yang bernama Hasanuddin. Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin inilah perseteruan dengan VOC semakin
memuncak. Kondisi ini diperparah oleh terjadinya pemberontakan seorang bangsawan Bone yang bernama Aru
Palaka pada tahun 1660. VOC yang membenci Sultan Hasanuddin memberikan bantuan pada Aru Palaka.
Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani perjanjian yang mengakui monopoli VOC di wilayah kerajaannya. Isi perjanjian
Bongaya adalah sebagai berikut. a.
VOC memperoleh hak monopoli dagang di Makassar. b.
Belanda mendirikan benteng di pusat Kerajaan Makassar yang bernama Rotterdam.
c. Makassar melepas Bone dan pulau di luar wilayah Makassar.
d. Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone.
Walaupun Sultan Hasanuddin mengalami kekalahan, VOC mengakui keberaniannya dalam peperangan tersebut. VOC
menyebut Sultan Hasanuddin dengan de Haan Van de Oosten Ayam Jantan dari Timur.
Sepeninggal Hasanuddin, Gowa–Tallo dipimpin oleh putranya yang baru berusia 13 tahun, yakni Mappasomba. Dalam sebuah
pertempuran, VOC mengalahkan Mappasomba dan menghapuskan Kerajaan Gowa–Tallo. Setelah itu, selain memonopoli
perdagangan, VOC juga menjalankan pemerintahan langsung di Gowa dan Tallo.
4. Kerajaan Ternate dan Tidore
Kerajaan Ternate dan Tidore telah ada sejak masuknya pengaruh Islam. Namun peran kedua kerajaan tersebut mulai menguat
Gambar 8.15 Peta wilayah Kerajaan
Gowa–Tallo.
Tugas Mandiri
Jelaskan peran Makassar dalam kegiatan perdagangan dan
pelayaran
Di unduh dari : Bukupaket.com
Peradaban Masa Islam
227
sejak keduanya menetapkan Islam sebagai agama resmi kerajaan. Semula, kedua kerajaan tersebut saling bersaing dalam
kegiatan perdagangan di kawasan Maluku. Ternate dengan empat kerajaan lain membentuk persekutuan
bernama Uli Lima lima saudara yang dipimpin Ternate dengan anggota Ambon, Bacan, Obi, dan Seram, sedangkan Tidore
dengan delapan kerajaan lain membentuk persekutuan bernama Uli Siwa
sembilan saudara yang dipimpin Tidore dengan anggota Makean, Halmahera, Kai, Mare, Moti, dan pulau-pulau
kecil yang lain hingga ke Papua bagian barat. Raja Ternate pertama yang memeluk Islam adalah Zainal Abidin.
Setelah wafat, Zainal Abidin digantikan oleh Sultan Tabariji. Pada masa pemerintahan Sultan Tabariji, para pedagang Eropa mulai
memasuki kawasan Laut Maluku. Ternate mengizinkan Portugis untuk mendirikan benteng di
kerajaannya. Sementara, Tidore memperbolehkan Spanyol untuk membangun benteng di wilayahnya.
Kedatangan kedua bangsa Eropa tersebut makin memperuncing perseteruan antara Ternate dengan Tidore. Akibatnya, pecah
perang antara Ternate yang didukung Portugis dengan Tidore yang didukung Spanyol. Perang tersebut dimenangkan oleh
Ternate. Sebagai hadiah atas bantuan yang diberikan Portugis, Ternate memperbolehkan portugis untuk mengontrol semua
kegiatan perdagangan di kawasan Ternate. Akibatnya, rakyat mengalami kesusahan dan penderitaan. Atas
kesewenang-wenangan Portugis dalam monopoli rempah-rempah membuat Sultan Khairun, pengganti Sultan Tabariji marah.
Kemudian memimpin rakyatnya untuk menyerang benteng Portugis hingga benteng tersebut dapat dikuasainya. Akan tetapi,
Portugis berhasil membujuk Sultan Khairun untuk berdamai. Ikrar damai diucapkan oleh Sultan Khairun di bawah kitab suci Alquran
dan perwakilan Portugis di bawah kitab suci Injil.
Gambar 8.16 Peta daerah kekuasaan Uli Lima dan Uli Siwa.
Tugas Mandiri
Apakah latar belakang lahirnya persekutuan Uli Lima dan Uli
Siwa?
Di unduh dari : Bukupaket.com
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs Kelas VII
228
Ternyata seiring berjalannya waktu Portugis ingkar janji. Sultan Khairun dibunuh, sehingga Portugis leluasa untuk kembali
melakukan monopoli di kawasan Maluku. Sultan Khairun yang wafat digantikan oleh putranya, Sultan
Baabullah. Sultan Baabullah yang marah atas kematian ayahnya, memimpin rakyatnya untuk menggempur benteng Portugis.
Portugis pun terdesak. Tawaran damai dan gencatan senjata dari Portugis tidak pernah digubris oleh Baabullah. Ia sudah tidak
percaya lagi pada bangsa Eropa mana pun. Akhirnya tahun 1575, Sultan Baabullah dan rakyat Ternate
berhasil mengusir Portugis untuk selamanya. Kemerdekaan tersebut tidak berlangsung lama. Beberapa waktu kemudian,
VOC datang dan menduduki Ambon. Sejak itu, perlahan-lahan kawasan Maluku dikuasai oleh VOC.
5. Kerajaan Demak